Metode dan Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode cakap dan metode simak. Metode cakap yang diperoleh dari percakapan antara peneliti dengan informan. Dalam pelaksanaan metode cakap, peneliti terlibat langsung di daerah penelitian, menemui informan untuk mendapatkan data. Selanjutnya peneliti menyimak setiap kata-kata informan yang menjadi data pada penelitian ini. Menurut Mahsun 1995:94 metode cakap memiliki teknik dasar yang disebut dengan teknik pancing. Dikatakan teknik dasar, karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode cakap itu hanya dimungkinkan muncul jika peneliti memberi stimulasi pancingan pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan peneliti. Dalam penelitian ini teknik pancingan dilakukan dengan menjelaskan makna-makna yang biasanya tersusun dalam daftar pertanyaan yang disediakan. Peneliti memberi stimulus dengan menyebutkan kosakata dasar Balai Bahasa dengan harapan informan memberikan penjelasan mengenai kata – kata dasar yang telah disediakan tersebut. Selanjutnya dalam metode cakap ini dilanjutkan dengan teknik cakap semuka. Pada pelaksanaan teknik ini peneliti mendatangi langsung setiap daerah yang menjadi lokasi penelitian dan melakukan percakapan langsung dengan para informan. Selain itu, peneliti menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data dengan cara menyimak penggunaan bahasa Mahsun, 1995:98. Metode ini memiliki teknik dasar yaitu teknik sadap. Penelitian ini dilakukan dengan teknik lanjutan yaitu teknik sadap catat. Teknik sadap catat, yaitu mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitinya dari penggunaan bahasa secara tertulis tersebut. Setelah informan memberikan informasi mengenai kosakata swadesh yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa sasaran, maka peneliti mencatat informasi tersebut.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data secara utuh dan menyeluruh menggunakan metode komparatif. Menurut Jeffers dan Lehiste dalam Sari, 2010 : 28 metode komparatif ini didasarkan pada dua asumsi yakni hipotesis yang berhubungan dan hipotesis keberaturan. Hipotesis keberhubungan ini berupaya untuk menerangkan kesamaan-kesamaan yaang jelas ada antara kata-kata dari bahasa-bahasa atau dialek- dialek yang berbeda dengan cara mengasumsikan bahwa bahasa-bahasa tersebut berhubungan . Hipotesis ini berasumsi bahwa bahasa-bahasa ataupun dialek-dialek tersebut diturunkan dari moyang yang sama atau dari bahasa proto. Sedangkan hipotesis keberaturan memungkinkan merekonstruksi Universitas Sumatera Utara bahasa proto tersebut dengan berasumsi bahwa perubahan-perubahan bunyi adalah beraturan, dimana setiap bunyi dalam satu bahasa akan berubah pada lingkungan yang sama. Harus diperhatikan sebelum melakukan rekonstruksi protobahasa, khususnya rekonstruksi tataran fonologi dan leksikon, ialah bahwa selain menyisihkan kata-kata pinjaman, peneliti harus menemukan kata dasar atau dasar kata. Dengan kata lain, semua afiks harus ditanggalkan. Proses morfofonemis diperhatikan pula dalam penemuan kata dasar itu. Mbete, 2002 : 37 Dalam merekonstruksi dapat dilakukan dengan dua arah, yaitu dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah Mbete, 2002 : 38. Penelitian ini menggunakan dari bawah ke atas, kemudian dilanjutkan dengan metode padan. Rekonstruksi dari bawah ke atas bertujuan untuk menetukan bentuk – bentuk proto yang dihipoesiskan sebagai asal dari bentuk – bentuk turunan serta menggambarkan kaidah dan proses perubahannya pada bahasa – bahasa turunan. Metode komparatif ini diuraikan dalam teknik hubung. Teknik hubung mempunyai dua teknik lanjutan, yaitu teknik hubung banding menyamakan HBS dan teknik hubung banding membedakan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kedua teknik lanjutan dari teknik hubung. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan perubahan korespondensi fonem setiap bahasa yang diteliti. Menurut Sudaryanto 1993 Metode padan ialah metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual penentu yang berada di luar bahasa, terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan ini diuraikan menjadi teknik artikulatoris, yaitu menentukan bunyi vokal dan konsonan yang mana yang menjadi retensi atau inovasi. Untuk menyelesaikan permasalahan yang pertama, digunakan metode komparatif dengan kedua teknik lanjutannya, yaitu teknik hubung menyamakan dan teknik hubung membedakan. Seluruh data dibandingkan untuk mendapatkan bentukan yang berkorespondensi. Gloss yang tidak berkorespondensi tidak digunakan dalam merekonstruksi bahasa tersebut. Setelah ditemukan, maka selanjutnya adalah melihat perubahan – perubahan bunyi yang terjadi dari bahasa – bahasa yang dibandingkan, sehingga terlihat bentukan yang berinovasi dan yang mengalami retensi. Kemudian ditentukan pada posisi mana kata – kata tersebut mengalami perubahan tersebut. Universitas Sumatera Utara Berikut ini adalah penerapan teknik analisis dengan menggunakan beberapa data berikut: GLOS BML BMS BMP Abang abah abah abah Abu abu abu abu Adik ade ʔ ade ʔ ade ʔ Pada posisi awal vokal a tetap menjadi vokal a. Misalnya kata abang pada bahasa Melayu Langkat BML menjadi abah, pada bahasa Melayu Serdang BMS tetap menjadi abah dan bahasa Melayu Panai BMP juga menyebutkan abah. Demikian juga pada kata abu, vokal a pada posisi awal tidak mengalami perubahan pada ketiga bahasa yang dibandingkan. Ketiga bahasa yang dibandingkan memiliki korespondesi vokal a dan memperlihatkan suatu perkembangan yang sama. Untuk menyelesaikan permasalah yang kedua, tetap digunakan hasil analisis dari pemasalahan yang pertama. Untuk menentukan leksikon proto dari ketiga bahasa yang dibandingkan, sebelumnya ditentukan dulu fonem protonya. Untuk menentukan fonem proto yang mana menurunkan satu perangkat korspondensi dalam bahasa kerabat itu menurut Keraf 1996 : 61 perlu diperhatikan beberapa faktor berikut: 1. Sebuah fonem yang distribusinya paling banyak dalam sejumlah bahasa kerabat dianggap merupakan pantulan linear dan fonem proto. 2. Fonem yang ditetapkan dalam butir pertama di atas harus didukung pula dengan geografisnya yang luas, atau fonem itu terdapat dalam banyak daerah bahasa. 3. Fonem proto yang ditetapkan dengan ketentuan butir pertama dan kedua hanya boleh menurunkan satu perangkat korespondensi fonemis. Berdasarkan faktor – faktor yang telah diuraikan di atas maka penetapan fonem proto pada bahasa yang dibandingkan sebagai berikut : korespondensi konsonan n ~ n ~ n, baik pada posisi awal, tengah, dan akhir mengalami retensi. Tidak ditemukan variasi perubahan bunyi dari ketiga bahasa yang dibandingkan BML, BMS, dan BMP. Berdasarkan persebaran fonem – fonem pantulannya Universitas Sumatera Utara dalam bahasa kerabat yang bersifat seragam, maka dapatlah kita simpulkan bahwa fonem proto dari n ~ n ~ n adalah n. n n n BML n BMP BMS Fonem n dari korespondensi n ~ n ~ n dapat dibuktikan dengan rekurensi sebagai berikut: GLOSS BML BMS BMP Nama nama nama nama Napas napas napas napas Nasi nasi nasi nasi Bantal bantal bantal bantal Binatang binata ŋ binata ŋ binata ŋ Bintang binta ŋ binta ŋ binta ŋ Angin a ŋin a ŋin a ŋin Awan awan awan awan Lengan le ŋan le ŋan lo ŋan Setelah ditentukan seluruh fonem protonya, barulah dapat kita tentukan leksikon protonya. Leksikon proto dari ketiga bahasa yang dibandingkan BML, BMS, BMP beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara NO GLOSS BML BMS BMP PROTO 1 abang abah abah abah abah 2 abang dari istrisuami ipa ipar ipaR ipaR 3 abangnya ayahibu ua ʔ ua ʔ ua ʔ ua ʔ 4 semua s ǝmua samuo samua semua 5 sendok sudu sudu sudu sudu 6 serambi teRas teras teRas 7 seratus s ǝRatus s ǝratus saRatus seRatus Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN