65
memiliki izin dari FKUB dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan? Jika ada, ya kita izinkan mereka mendirikan rumah
ibadah di dalam ruko atau mall tersebut. Tapi jika tidak ada, kita akan tutup rumah ibadah tersebut. Kita biasanya memberikan
surat rekomendasi sementara untuk rumah ibadah di sebuah gedung dalam jangka waktu kurang lebih 2 dua tahun, tetapi
harus memenuhi syarat-syarat yang diberlakukan oleh FKUB. Dan apabila jangka waktu pendirian rumah ibadah sementara
tersebut sudah habis, surat rekomendasinya bisa diperpanjangan dengan catatan melengkapi kembali syarat-syarat itu tadi…”
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak H. Manippo Pohan selaku pegawai secretariat FKUB Kota Medan sebagai berikut:
“… kita kasih surat rekomendasi untuk pendirian rumah ibadah sementara selama kurang lebih 2 dua tahun. Tetapi syarat
dan kelengkapan surat harus dipenuhi terlebih dahulu. Dan surat rekomendasi itu bisa diperpanjang kembali..”
Berdasarkan Bab V pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006,
khusus untuk permohonan izin sementara pemanfaatan bangunan gedung yang digunakan sebagai rumah ibadah sementara, pemohon mengajukan permohonan
kepada FKUB dengan melampirkan izin tertulis pemilik bangunan, rekomendasi tertulis dari Lurah, dan pelaporan tertulis kepada FKUB. Dengan begitu ruko dan
mall bisa dijadikan rumah ibadah asalkan memenuhi dan melengkapi syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh pihak FKUB.
4.6 Harmonisasi Sosial Masyarakat Kota Medan
Sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan mengalami dinamika perkotaan yang terus berkembang.Kondisi masyarakat yang harmonis
menjadi salah satu tonggak berhasilnya pembangunan.Meskipun memiliki
66
kemajemukan latar belakang agama, suku dan ras, Kota Medan tetap harmonis dan jauh dari konflik Sara.
Sejumlah tempat ibadah bahkan ada yang saling berdampingan, karena semua pihak saling menghormati ibadah dan kepercayaan orang lain. Bahkan
sebagian rumah ibadah menjadi salah satu tujuan wisata spiritual, baik oleh pemeluk agamanya maupun dikunjungi pemeluk agama lain. Selama tetap
menghormati aturan yang berlaku di dalam rumah ibadah, kunjungan siapapun akan diterima dengan baik.
Drs. H. Palit Muda Harahap selaku ketua FKUB Kota Medan menjelaskan dalam Fihir, 2012 bahwa Kota Medan memang sudah menjadi kota yang
harmonis, jarang terjadi konflik antar agama atau konflik lainnya, namun dia melihat bahwa keharmonisan di Kota Medan lebih kepada sikap-sikap
individualistik sebagian masyarakatnya. Sikap masyarakat Kota Medan yang individualistik mendorong rasa tidak peduli dan tidak ingin mengurusi urusan
orang lain, dalam hal ini urusan beribadah yang dilakukan oleh umat lain, sehingga hal itu menjadi penekan tingkat konflik yang terjadi. Tetapi mereka
masih tetap menghargai hari-hari besar keagamaan orang lain, bahkan tidak sedikit yang ikut menyambutnya meskipun bukan hari besar keagamaan yang
dianut.Hal tersebut juga diungkapkan Pak Palit kepada peneliti sebagai berikut:
“… masyarakat Kota Medan saya rasa masih terlihat rukun dan harmonis. Sejauh ini belum ada konflik yang terjadi diantara umat
masing-masing agama.Toleransinya bagus sekali, mereka menghargai setiap umat yang beribadah. Kalau ada hari-hari besar keagamaan
seperti lebaran, natal, imlek dan sebagainya masyarakat Kota Medan dengan antusias menyambutnya…”
67
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Ir. Sutopo selaku wakil ketua I FKUB Kota Medan.
“… masyarakat Kota Medan sudah rukun, dan saya lihat mereka semua cerdas. Tidak mudah terprovokasi. Jadi tidak mudah
terpancing emosi jika ada orang-orang yang berusaha menjatuhkan agama orang lain…”
Begitu juga yang dijelaskan oleh Bapak Pdt. Dr. L. Karo Sekali, M. Th.
Selaku sekretaris FKUB Kota Medan. “… interaksi yang terjalin antar umat beragama di Kota Medan
sudah harmonis. Jarang sekali konflik, kalaupun ada itu biasanya karena ada kepentingan-kepentingan pribadi. Tapi belum ada konflik
yang benar-benar memecah belah hubungan umat beragama terjadi di Kota Medan ini…”
Pak Karo juga mengatakan bahwa ketika mengadakan acara atau terlibat pada acara-acara perayaan besar keagamaan dan kegiatan dalam menyambut
bulan suci Ramadhan dan perayaan Natal misalnya pembukaan Ramadhan Fair di Kota Medan atau Chrismast Season para pemuka agama seluruhnya turut hadir.
Rasa dilibatkan dan dirangkul inilah yang membuat beliau merasa persaudaraan terhadap seluruh umat beragama terjalin harmonis.
FKUB Kota Medan seperti halnya dengan organisasi lainnya tentu
memiliki cara atau strategi yang dapat digunakan untuk mensosialisasikan dan mewujudkan visi dan misi yang diaplikasikan melalui program-program kerja
serta kegiatan-kegiatan nyata. Salah satu contoh kegiatan FKUB yang mendukung terjalinnya keharmonisan sosial adalah dengan cara mengadakan dialog-dialog
dengan mengundang masyarakat lintas agama. Dialog-tersebut diadakan dengan tujuan untuk bersilaturahmi dengan seluruh umat beragama yang ada di Kota
68
Medan, dalam hal ini adalah umat agama dari enam agama yang diakui oleh Negara Indonesia dengan cara berdiskusi bersama terkait permasalahan apa yang
terjadi yang menjadi topik pembahasan dialog tersebut. Sebagai forum yang bergerak dalam kerukunan lintas agama, FKUB terus memberikan informasi,
mengedukasi, dan mengajak masyarakat Kota Medan untuk meningkatkan keharmonisan dan menjaga kerukunan umat beragama.
Masyarakat Kota Medan pada awalnya memang sudah terlihat rukun, dengan hadirnya FKUB di tengah-tengah masyarakat memberikan dampak positif
yang dapat menjaga keharmonisan tersebut tetap terjalin, bahkan FKUB dapat menambah wawasan tentang agama kepada masyarakat lintas agama melalui
dialog-dialog yang diadakannya. Hal ini tentunya membuat kerukunan diantara masyarakat Kota Medan lebih harmonis lagi.
4.7 Faktor Penghambat FKUB Kota Medan Dalam Membina Kerukunan