62
4.5 Permasalahan Yang Ditangani Oleh FKUB Kota Medan
Kota Medan yang masyarakatnya majemuk berpotensi mengalami gesekan-gesekan atau pertentangan antara umat agama yang satu dengan
lainnya.Tetapi kebanyakan masalah yang ditangani oleh FKUB adalah bukan permasalahan mengenai agama mana yang terkuat dan agama mana yang lemah,
bukan juga mengenai agama minoritas dan mayoritas.Beberapa permasalahan yang sering dihadapi FKUB adalah mengenai pembangunan rumah ibadah dan
juga permasalahan mengenai masyarakatnya yang tidak terbuka terhadap agama yang dipeluknya, dalam hal ini adalah bagi mereka yang sudah berpindah
keyakinan. Hal tersebut dialami oleh salah seorang responden yang diwawancarai
peneliti.Dia bernama Ibu Erpita Simorangkir. Ibu Erpita yang beragama Katholik sudah pernah mengikuti kegiatan dialog yang diadakan oleh FKUB Kota Medan
setidaknya sebanyak tiga kali pertemuan. Salah satu permasalahan yang dia dan keluarganya alami pernah diselesaikan oleh pihak FKUB, seperti yang dia
jelaskan sebagai berikut: “… keluarga saya pernah mengalami perdebatan
mengenai pemakaman saudara saya yang meninggal beberapa waktu lalu. Saya beragama Katholik, saudara saya juga
Katholik.Namun beberapa tahun lalu pada saat dia menikah, dia berpindah agama menjadi Islam.Awalnya keputusan saudara saya
tersebut menimbulkan konflik diantara keluarga kami.Namun beberapa waktu kemudian akhirnya keluarga kami dapat
menerimanya.Pada saat saudara saya itu meninggal, pertentangan didalam keluarga kami pun muncul kembali.Orang yang dituakan
didalam keluarga kami ingin memakamkannya di tanah pemakaman umat Katholik dan dimakamkan secara
Katholik.Pihak keluarga satunya lagi tidak terima karena mereka mengatakan bahwa saudara saya sudah berpindah agama menjadi
Muslim, jadi dia harus dimakamkan secara Islam.Saat itu suasana sangat kacau, hingga akhirnya FKUB dapat membantu
permasalahan tersebut.Kemudian saudara saya dimakamkan di
63
tanah pemakaman umat Islam dan dimakamkan secara Islam karena berdasarkan hukum, KTP saudara saya tercantum agama
yang dipeluknya adalah Agama Islam, jadi kita harus mengikuti ketentuan tersebut.Ya, walaupun saudara saya adalah umat
Katholik kian, namun kita harus mengikuti peraturan-peraturan yang ada di negara kita. Dan ini juga berkat bantuan FKUB yang
mau berdiskusi kepada keluarga saya untuk mengatasi permasalahan yang sedang kami hadapi..”
Ibu Erpita berpendapat bahwa FKUB sangat memberikan kontribusi yang positif dalam kehidupannya, tidak hanya membantu permasalahan yang dihadapi
oleh keluarganya, baginya FKUB telah membuatnya menjadi orang yang toleransi terhadap semua masyarakat umat beragama. Hal ini seperti yang diungkapkannya
sebagai berikut: “… menurut saya kondisi keharmonisan sosial di
Kota Medan ini semakin baik. Dan FKUB juga punya peran dalam hal ini.Salah satu contohnya, saya yang bertetangga
dengan orang Jawa yang beragama Islam, kami sering ‘rewang’ kalau ada acara pesta. Rewang itu melakukan
kegiatan gotong royong dalam hal masak memasak untuk sebuah acara…”
Selain permasalahan tentang perpindahan agama, masalah yang kerap ditangani oleh FKUB Kota Medan adalah tentang banyaknya ruko rumah toko
dan rumah tempat tinggal serta bangunan seperti Department Store Pusat Perbelanjaan yang dijadikan rumah ibadah umat Kristen berupa gereja.
Di dalam sebuah berita surat kabar Waspada pada tanggal 28 November 2015 tertera bahwa di Kota Medan banyak terdapat ruko dan rumah tempat
tinggal yang dijadikan sebagai rumah ibadah. Di dalam berita tersebut H. Hamdani Harahap selaku Direktur Lembaga Advokasi Umat Islam – Majelis
Ulama Indonesia LADUI – MUI Sumatera Utara mengungkapkan bahwa cukup banyak persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendirikan rumah ibadah sesuai
64
ketentuan Surat Keputusan Bersama SKB Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala
daerah wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadah. Dia
juga menyebutkan bahwa mendirikan rumah ibadah dibutuhkan rekomendasi tertulis dari Kepala Kantor Kemenag kabupaten kota, rekomendasi FKUB, surat
keterangan perubahan peruntukkan lahan tempat, termasuk ruko yang hendak didirikan dibangun rumah ibadah.
Khususnya di Kota Medan, menurut Hamdani tidak mudah dilakukan perubahan peruntukkan bangunan ruko menjadi tempat ibadah.Karena yang
namanya ruko, sudah jelas berada dalam satu kawasan komplek rumah toko yang memang peruntukkannya untuk ruko. Persyaratan lain, lanjut Hamdani
adalah kajian dan masalah lalu lintas dan izin gangguan lingkungan HO dari tetangga atau masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, jika hal-hal tersebut tidak
terpenuhi maka sudah jelas membuat ruko menjadi rumah ibadah adalah pelanggaran sehingga harus segera ditutup.Hamdani Harahap menyebutkan,
potensi konflik apabila ruko atau rumah tempat tinggal dijadikan rumah ibadah sangat tinggi.Karena itu dia meminta pemerintah harus benar-benar serius dalam
menangani masalah ini. Berita mengenai pemanfaatan ruko sebagai rumah ibadah tersebut
membuat peneliti ingin menanyakan kepada anggota kepengurusan FKUB Kota Medan bagaimana cara penyelesaiannya. Hal tersebut dijelaskan oleh Bapak Pdt.
DR. L. Karo Sekali selaku Sekretaris FKUB Kota Medan sebagai berikut: “… apabila ada rumah ibadah berbentuk ruko atau mall,
kita harus pastikan apakah pengurus rumah ibadah tersebut
65
memiliki izin dari FKUB dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan? Jika ada, ya kita izinkan mereka mendirikan rumah
ibadah di dalam ruko atau mall tersebut. Tapi jika tidak ada, kita akan tutup rumah ibadah tersebut. Kita biasanya memberikan
surat rekomendasi sementara untuk rumah ibadah di sebuah gedung dalam jangka waktu kurang lebih 2 dua tahun, tetapi
harus memenuhi syarat-syarat yang diberlakukan oleh FKUB. Dan apabila jangka waktu pendirian rumah ibadah sementara
tersebut sudah habis, surat rekomendasinya bisa diperpanjangan dengan catatan melengkapi kembali syarat-syarat itu tadi…”
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak H. Manippo Pohan selaku pegawai secretariat FKUB Kota Medan sebagai berikut:
“… kita kasih surat rekomendasi untuk pendirian rumah ibadah sementara selama kurang lebih 2 dua tahun. Tetapi syarat
dan kelengkapan surat harus dipenuhi terlebih dahulu. Dan surat rekomendasi itu bisa diperpanjang kembali..”
Berdasarkan Bab V pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006,
khusus untuk permohonan izin sementara pemanfaatan bangunan gedung yang digunakan sebagai rumah ibadah sementara, pemohon mengajukan permohonan
kepada FKUB dengan melampirkan izin tertulis pemilik bangunan, rekomendasi tertulis dari Lurah, dan pelaporan tertulis kepada FKUB. Dengan begitu ruko dan
mall bisa dijadikan rumah ibadah asalkan memenuhi dan melengkapi syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh pihak FKUB.
4.6 Harmonisasi Sosial Masyarakat Kota Medan