51
Beberapa pernyataan yang diungkapkan oleh beberapa informan menunjukkan bahwa anggota FKUB berasal dari perwakilan agama yang di yakini
di Indonesia, mereka adalah yang diutus dari majelis agama atau ormas keagamaan dan tentunya harus dikenal baik oleh masyarakat. Persyaratan tersebut
menjadi hal yang harus dimiliki oleh setiap anggota. Tidak melihat dari jenjang pendidikan yang sudah didapat, tetapi lebih kepada rekomendasi yang diterima
dari majelis agama atau ormas keagamaan yang dijalankan oleh setiap anggota tersebut sebelum menjadi anggota FKUB.
4.4.1 Kegiatan FKUB Kota Medan
Beberapa kegiatan FKUB Kota Medan yang sering dilaksanakan adalah berupa rapat atau diskusi yang dilakukan oleh beberapa anggota FKUB. Diskusi
ini biasanya dilakukan di gedung FKUB Jalan IAIN tersebut pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB atau 17.00 WIB atau tepatnya pada saat jam pulang kantor.
Selain itu FKUB juga sering melakukan dialog-dialog yang mengikutsertakan masyarakat Kota Medan dari berbagai umat, khususnya umat dari keenam agama
yang diakui oleh negara Indonesia.Hal ini dijelaskan oleh Bapak H. Palit Muda Harahap selaku ketua FKUB Kota Medan.
“… kami biasanya melakukan diskusi di kantor FKUB Kota Medan pada hari rabu sore sekitar jam 4 atau 5. Tetapi tidak
setiap hari rabu juga.Namun biasanya sih hari rabu.Tergantung kegiatannya, kalau ada rekomendasi pembangunan rumah ibadah,
ya kami harus diskusi pada hari rabu itu. Begitu juga kalau ada kegiatan dialog-dialog yang akan diadakan oleh FKUB Kota
Medan…”
Dialog-dialog yang diselenggarakan oleh FKUB Kota Medan pada umumnya diadakan di sebuah hotel dan semua kegiatan tersebut didanai oleh
52
pemerintah setempat.Hal ini juga diterangkan oleh Bapak Pdt. DR. L. Karo Sekali selaku sekretaris FKUB Kota Medan.
“… FKUB biasanya mengadakan dialog-dialog dengan masyarakat Kota Medan dari masing-masing agama di sebuah
hotel. Dan dana yang kami gunakan untuk melakukan dialog itu dibantu oleh pemerintah Kota Medan…”
Beberapa dialog yang diselenggarakan FKUB Kota Medan beberapa bulan terakhir ini adalah Dialog Tokoh-Tokoh Perempuan Lintas Agama yang diadakan
di Hotel Garuda Plaza Medan pada tanggal 3 Desember 2015 dan Dialog Kerukunan Pengurus Rumah Ibadah Kota Medan yang diadakan di Hotel Inna
Dharma Deli Medan pada tanggal 19 Desember 2015. Di dalam dialog tokoh-tokoh perempuan lintas agama yang diadakan oleh
FKUB Kota Medan masyarakat diajak untuk membahas bagaimana peran perempuan dalam memelihara dan mengukuhkan kerukunan umat beragama. Dra.
Khairtati Purnama Nasution adalah seorang Psikolog selaku salah satu pembiacara dalam dialog tersebut menjelaskan bahwa perempuan mampu memberikan
pengaruh kepada dunia baik ketika berada didepan kendali sebagai pemimpin maupun jika berada dibalik kendali orang lain, mampu memberikan kontribusi
kepada negara yang dimulai dari lingkungan yang paling kecil yaitu lingkungan keluarga, perempuan menjadi pihak pertama dalam terbukanya relasi sosial dalam
masyarakat, dan sangat signifikan dalam memberikan pemahaman dan pendidikan kepada anak-anak, anggota keluarga tentang pentingnya kerukunan umat
beragama, dan perempuan menempati posisi dalam mensupport pada orang terdekat tentang hidup berdampingan.
Psikolog tersebut juga menjelaskan bahwa persoalan toleransi adalah persoalan kesadaran beragama yang menyangkut aspek psikologis, sehingga
53
penting mengetengahkan isu toleransi dengan pendekatan psikologis. Wanita sebagai salah satu pihak penganut agama aktif memiliki potensi psikologis yang
besar untuk berperilaku toleran, berbagai peran yang dijalaninya memberikan wanita makna nilai-nilai kemanusiaan, bahwa semua manusia apa pun agama,
suku dan rasnya adalah satu keluarga besar yang bisa hidup dengan harmonis.Pendekatan psikologis ini difokuskan kepada kalangan wanita, karena
wanita ada1ah makhluk yang secara psikologis sangat potensial untuk bersikap toleran. Seorang wanita terutama dalam perannya sebagai ibu, yang selalu
berhubungan dengan anaknya dan selalu bekerja sama, memupuk sikapnya untuk tidak mementingkan diri sendiri, sabar, rela berkorban, dan keibuan. Sikap-sikap
tersebut menjadikan wanita selalu siap menyesuaikan diri, mempertimbangkan alternatif atau kemungkinan-kemungkinan lain dan mampu melihat perbedaan-
perbedaan yang ada dilingkungannya. Penjelasannya mengenai peran perempuan dalam memelihara dan
mengukuhkan kerukunan umat beragama pada dialog yang diselenggarakan FKUB Kota Medan sangat menginspirasi perempuan-perempuan yang menghadiri
dialog tersebut. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang peserta yang diwawancarai oleh peneliti yaitu Ibu Kartini.
“… acara ini sangat menginspirasi kami, khususnya kaum perempuan. FKUB sering mengadakan dialog-dialog yang
bertujuan untuk memelihara kerukunan umat beragama.Dan saya rasa perempuan memiliki peran penting dalam hal memelihara
kerukunan tersebut.Karena perempuan adalah seorang ibu.Ibu adalah orang yang pertama kali memberikan pelajaran kepada
seorang bayi yang baru dilahirkan di dunia. Jadi dengan demikian, perempuan berkontribusi untuk mengajari kepada manusia dari
usia dini untuk dapat bertoleransi kepada seluruh umat beragama tanpa terkecuali..”
Hal senada juga diungkapkan IbuNur Aisyah Siregar sebagai berikut:
54
“...menurut saya dialog ini sangat bermanfaat bagi masyarakat kota Medan yang sangat kompleks. Disini kita jadi
tahu bagaimana agama yang satu dan agama yang lain. Kita juga jadi lebih toleran terhadap agama lain. Saya pribadi sudah sering
mengikuti dialog-dialog yang diadakan oleh FKUB ini, karena menurut saya dialognya sangat bermanfaat...”
Kedua informan tersebut mengaku bahwa diskusi yang diselenggarakan oleh FKUB sangat bermanfaat terhadap toleransi kehidupan beragama yang
semakin terbangun di dalam diri setiap individu yang ikut dalam dialog tersebut. Setelah peserta mendapatkan pendidikan toleransi setelah dialog tersebut, mereka
tentu saja akan mengajari sejak dini kepada orang lain untuk dapat bertoleransi kepada seluruh umat beragama yang ada dalam lingkungan kehidupan mereka.
Dua minggu setelah dialog tokoh-tokoh perempuan lintas agama yang diselenggarakan tanggal 3 Desember 2015, FKUB kembali menyelenggarakan
dialog dengan tema yang berbeda. Hanya saja tujuan dialog tersebut tetap sama, yaitu menciptakan kehidupan pluralisme yang penuh rasa toleransi.Didalam
dialog Kerukunan Pengurus Rumah Ibadah Kota Medan yang diadakan FKUB Kota Medan pada tanggal 19 Desember 2015 mengajak masyarakat untuk
membahas bagaimana peran pengurus rumah ibadah dalam memelihara kerukunan umat beragama di Kota Medan.
Pada dialog kali ini, para pengurus rumah ibadah dari 6 agama yang di akui di Indonesia lah yang menjadi peserta. Hal itu dikarenakan para pengurus
rumah ibadah menjadi orang yang sangat berperan penting dalam menyebarkan rasa saling menghargai kepada masyarakat umum tiap-tiap agama. Selain itu,
khusus di Kota Medan yang sangat jarang bahkan dapat dikatakan hampir tidak pernah terjadi kasus intoleransi kehidupan beragama, ternyata ada satu
permasalahan yang memungkinkan untuk terjadinya gesekan konflik yaitu
55
pendirian rumah ibadah. Rumah ibadah yang dibangun diantara kehidupan yang didominasi oleh agama lain ditakutkan dapat memicu konflik. Misalnya saja,
Gereja dibangun di lingkungan yang didominasi umat muslim, atau Mesjid yang dibangun di tengah lingkungan umat kristen atau contoh lainnya. Keadaan
tersebut memungkinkan terjadinya konflik, sehingga sangat penting dialog pengurus rumah ibadah dilakukan. Dalam dialog tersebut, FKUB berusaha
menjelaskan bahwa setiap pendirian rumah ibadah harus memiliki izin pendirian rumah ibadah. Izin tersebut harus dimiliki oleh setiap rumah ibadah yang ada. Izin
tersebut di dapat dari Pemerintahan Kota Medan, hanya saja sebelum mendapatkan surat izin tersebut, pengurus rumah ibadah harus mendapat surat
rekomendasi dari FKUB. Rekomendasi dari FKUB dimaksudkan apabila terjadi konflik karena pendirian rumah ibadah, FKUB dapat mengambil peran menjadi
penengah. Dr. H. Maratua Simanjuntak selaku ketua FKUB Sumatera Utara, pada
dialog tersebut menjelaskan bahwa pengurus rumah ibadah adalah orang-orang pilihan yang dengan suka rela mengurus tempat-tempat ibadah, jamaah agama
masing-masing ditentukan menurut tata cara masing-masing agama yang dilayani di indonesia yaitu: Islam, Kristen,Katolik, Hindu, Buddha dan Konghocu. Mereka
sekaligus menjadi pemuka agama. Beliau juga menjelaskan nama-nama pengurus rumah ibadah beradasarkan
agamanya masing-masing sebagai berikut: 1.
Islam :Nazir, BKM, Ulama, Ustad, TuanSyekh, dan lain-lain.
2. Katholik
: Uskup, Imam Paroki, Pastor, Diakon, Cardinal,dan Paus. 3.
Kristen : Pendeta, Penatua, Penginjil, Sintua, dan Eporus.
56
4. Hindu
: Pandita, Pinandita, Brahmana. 5.
Buddha : PikkhuRahib Pria, Bikhuni Rahib Wanita, Mahayana,
dan Pandita. 6.
Konghuchu: Jiao Shen Js,Penebar Agama, Wanse Ws, Guru Agama, XuesePendeta, dan Jong Lau Sesepuh.
Penjelasan Bapak Dr. H. Maratua Simanjuntak mengenai peran pengurus rumah ibadah dalam memelihara kerukunan umat beragama di Kota Medan pada
dialog yang diselenggarakan FKUB sangat menginspirasi para peserta yang menghadiri dialog tersebut. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang peserta yang
diwawancarai oleh peneliti yaitu Bapak Suriadi. “… dialog ini sangat bagus. Kita jadi tahu mana rumah
ibadah umum mana rumah ibadah keluarga. Saya sebagai anggota pengurus masjid jadi memahami rumah ibadah keluarga dari umat
agama lain. Awalnya saya nggak tahu. Dan disini kita juga jadi tahu apa peran kita sebagai pengurus rumah ibadah, tidak hanya
menjaga rumah ibadah, kita juga bisa berperan dalam hal menjaga keharmonisan kehidupan bermasyarakat…”
Hal senada juga dikatakan oleh Ibu Erpita Simorangkir: “… dengan mengikuti dialog-dialog ini saya dan peserta
lainnya jadi lebih mengerti dan memahami agama lain. Saya sebagai salah satu pengurus gereja jadi lebih tahu peran saya
sebagai pengurus rumah ibadah bukan cuma menjaga gereja saja, tapi lebih memahami bagaimana prosedur dalam pembangunan
rumah ibadah, karena itu kan nggak sembarangan…”
Kedua informan tersebut mengaku bahwa dialog yang diadakan oleh FKUB sangat bermanfaat terhadap toleransi kehidupan beragama yang semakin
terbangun di dalam diri setiap individu yang mengikuti dialog tersebut. Mereka jadi lebih memahami apa peran penting pengurus rumah ibadah dan bagaimana
prosedur untuk dapat membangun suatu rumah ibadah di suatu wilayah.
57
4.4.2 Peran FKUB Kota Medan