Perbuatan Pidana Trafficking BENTUK KEJAHATAN TRAFFICKING DALAM

C. Perbuatan Pidana Trafficking

Istilah Perbuatan Pidana adalah terjemahan dari Bahasa Belanda “Strafbaar- feit” atau juga disebut Delict. 71 Menurut Simons tindak pidana adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja oleh seseorang yang dapat mempertanggungjawabkan tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum. 72 Menurut Van Hammel “Strafbaar-feit” adalah kelakuan orang yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum yang patut dipidana strafwaardig dan dilakukan dengan kesalahan. Suatu peristiwa hukum yang dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana kalau memenuhi unsur obyektif dan unsur subyektif. Dua unsur yang harus dipenuhi untuk menentukan adanya suatu perbuatan pidana adalah : 73 1. Unsur Obyektif yaitu adanya suatu tindakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau perbuatan yang dilarang oleh hukum dengan ancaman pidananya. Menjadi titik utama dari pengertian obyektif ini adalah tindakannya 71 Utrecht, Op.Cit., hal.251 72 Tongat, “Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesi Dalam Perspektif Pembaharuan”, Malang: UMM Press, 2009, hal. 105, unsur-unsur tindak pidana yaitu :1. perbuatan manusia, baik dalam arti perbuatan positif berbuat maupun perbuatan negatif tidak berbuat, 2. diancam dengan pidana, 3. melawan hukum,4. dilakukan dengan kesalahan, 5. oleh orang yang mampu bertanggungjawab. 73 Ketut Wirawan, ”Perbuatan Pidana”, http:ketutwirawan.comperbuatan-pidana diakses tanggal 25 April 2011 Universitas Sumatera Utara 2. Unsur Subyektif yaitu adanya perbuatan seseorang atau beberapa orang yang berakibat pada hal yang tidak dikehendaki oleh undang-undang. Menjadi titik utama dari pengertian subyektif ini adalah adanya seseorang atau beberapa orang yang melakukan tindakan, jadi sorotannya adalah pelakunya. Syarat yang harus dipenuhi sebagai unsur obyektif dan subyektif yang dipersyaratkan dalam suatu peristiwa pidana ialah : 74 a. Harus ada perbuatan orang atau beberapa orang. Perbuatan itu dapat dipahami orang lain sebagai sesuatu yang merupakan peristiwa b. Perbuatan itu harus bertentangan dengan hukum c. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang disebutkan dalam ketentuan hukum d. Harus terbukti ada kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan e. Harus tersedia ancaman hukuman terhadap perbuatan yang dilakukan yang termuat dalam peraturan hukum tersebut. Menurut Moeljatno bahwa unsur-unsur tindak pidana itu adalah : 75 a. perbuatan b. yang dilarang oleh aturan hukum c. ancaman pidana bagi yang melanggar larangan Jika dilihat unsur-unsur ini maka ini dapat diterjemahkan sebagai syarat formil yaitu berhubungan dengan azas legalitas pada Pasal 1ayat 1 KUHP yang dalam rumusannya disebutkan “tiada suatu perbuatan boleh dihukum, melainkan atas kekuatan pidana dalam undang-undang yang ada terlebih dahulu dari perbuatan itu.” 74 Ibid 75 Moeljatno dalam Adami Chazawi, “Pelajaran Hukum Pidana”, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010, hal. 79 Universitas Sumatera Utara Sedangkan unsur ancaman pidana berkaitan dengan syarat materiil sifat melawan hukum dengan fungsinya yang negatif, artinya bahwa suatu perbuatan dapat hilang sifatnya sebagai melawan hukum, apabila secara material perbuatan itu tidak bertentangan dengan hukum. 76 Bilamana perbuatan handeling, melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku maka perbuatan itu menjadi perbuatan pidana feit, bilamana perbuatan pidana terbukti ada sifat melawan hukum, ada kesalahan kesengajaan atau kelalaian ada juga kemampuan bertanggung jawab, maka feit meningkat menjadi perbuatan yang dapat dihukum Strafbaar feit. Dengan demikian dalam setiap terjadinya suatu kejahatan ada 3 tiga komponen yang harus dikuasai yaitu : perbuatan pidana feit, sifat melawan hukum wederrechttelijk serta pertanggung jawaban pidana. Pompe 77 merumuskan straafbaar feit sebagai suatu tindakan yang menurut sesuatu rumusan undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum, sedangkan Vos 78 merumuskan bahwa straafbaar feit adalah suatu kelakuan manusia yang diancam pidana oleh peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa suatu straafbaar feit harus memenuhi beberapa unsur, yaitu: 76 Komariah Emong Sapardjaja, “Ajaran Sifat Melawan Hukum Materiel Dalam Hukum Pidana Indonesia”, Bandung: Alumni, 2002, hal. 26 77 Adami Chazawi, Op.Cit., hal. 76 78 Ibid Universitas Sumatera Utara 1 suatu perbuatan manusia menselijk handelingen, dengan handeling dimaksudkan tidak saja perbuatan een doen perbuatan akan tetapi juga een nalatten mengakibatkan 2 perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman dalam undang-undang 3 perbuatan itu harus dilakukan oleh seseorang yang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Mengenai sifat melawan hukum wederrechttelijk ini mempunyai beberapa pengertian yaitu : melawan hukum tegen het recht, tanpa hak sendiri zonder eigen recht, bertentangan dengan hukum pada umumnya in strijd met recht in het algemeen, bertentangan dengan hak pribadi seseorang in strijd met een anders subjectieve recht, bertentangan dengan hukum objektif tegen het objectieve recht. 79 Pada umumnya para sarjana hukum menyatakan bahwa melawan hukum merupakan unsur-unsur dari tiap-tiap delik baik dinyatakan secara eksplisit atau implisit. Tidak semua pasal dalam KUHP mencantumkan unsur melawan hukum ini secara tertulis, hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu : 1. Bilamana dari rumusan undang-undang, perbuatan yang tercantum sudah sedemikian wajar sifat melawan hukumnya sehingga tidak perlu dinyatakan secara eksplisit 2. Perbuatan melawan hukum berarti bahwa perbuatan seseorang melanggar atau bertentangan dengan kaidah materiil yang berlaku baginya, oleh karena itu 79 Alvi Syahrin, Op.Cit., tanpa halaman. Universitas Sumatera Utara dengan sendirinya berarti bahwa memidana orang yang tidak melakukan perbuatan pidana adalah tidak masuk akal, sifat melawan hukumnya perbuatan merupakan salah satu syarat pemidanaan. Trafficking merupakan kejahatan yang tergolong ke dalam crime against humanity dan sulit dibuktikan. Pelaku adalah orang-orang yang memiliki keahlian, jaringan, serta akses ke berbagai bidang seperti penegak hukum, elit politik, serta aparat keamanan, para korban sebahagian adalah orang yang tidak tahu hukum serta memiliki kepentingan ekonomi sehingga mudah diperalat atau dieksploitasi. Tindak pidana trafficking perdagangan orang sebagai perbuatan pidana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 yaitu disebutkan : Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut diwilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.120.000.000,- seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp.600.000.000,- enam ratus juta rupiah. Dari isi pasal ini dapat dianalisis sebagai berikut, bahwa yang memenuhi unsur perbuatan adalah : perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang. Perbuatan ini bukan merupakan perbuatan yang dilarang oleh undang-undang tetapi ketika perbuatan itu dilakukan dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau Universitas Sumatera Utara memberi bayaran atau manfaat, maka perbuatan tadi menjadi bagian dari hukum pidana. Kata selanjutnya adalah “untuk tujuan”. Frasa “mengeksploitasi orang tersebut” menunjukkan bahwa tindak pidana perdagangan orang merupakan delik formil yang berarti bahwa adanya tindak pidana perdagangan orang cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan dan tidak harus menimbulkan akibat. 80 Suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang harus memenuhi persyaratan supaya dapat dinyatakan sebagai perbuatanperistiwa pidana ialah harus ada suatu perbuatan maksudnya bahwa memang benar-benar ada suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang. Kegiatan itu terlihat sebagai perbuatan tertentu yang dapat dipahami oleh orang lain sebagai sesuatu yang merupakan peristiwa serta perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang ditentukan dalam ketentuan hukum, artinya perbuatan sebagai suatu peristiwa hukum harus memenuhi isi ketentuan hukum yang berlaku dimana pelakunya memang benar-benar telah berbuat seperti yang terjadi dan terhadapnya wajib mempertanggung jawabkan perbuatannya tersebut. 80 H.A. Zainal Abidin Farid, “Hukum Pidana I”, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hal.358-359, delik formil adalah delik yang oleh pembuat undang-undang dirumuskan secara formil, dengan kata lain undang-undang pidana cukup menguraikan perbuatan yang dilarang saja dan tidak menyebut akibatnya. Berbeda dengan delik materil yang menghendaki adanya suatu akibat dari perbuatan. Perbedaan kedua delik ini sangat penting dalam hal terjadinya percobaan dan penyertaan. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian dalam rangka menegakkan hukum pidana terhadap kejahatan trafficking perdagangan orang, maka terhadap pelakutrafficker yang melakukan perbuatan pidana sesuai ketentuan dapat dikenakan sanksi pidana yang tertuang dalam kejahatan trafficking perdagangan orang. Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang UUPTPPO ini mengantisipasi dan menjerat semua jenis tindakanperbuatan seseorang yang mampu menyediakan landasan hukum materil dan formil sekaligus, misalnya dalam Pasal 2 ayat 1 UU PTPPO merupakan delik formil, sedangkan Pasal 2 ayat 2 UUPTPPO yang mengatur tentang mengakibatkan orang tereksploitasi merupakan delik materil dalam tindakanproses, cara atau semua bentuk eksploitasi yang mungkin terjadi dalam praktek perdagangan orang dan antara tindakanproses, cara dan tujuan saling kait mengkait sehingga perbuatan pidana pelaku menjadi suatu rangkaian peristiwa pidana. 81 Dari semua rumusan mengenai tindak pidana trafficking perdagangan orang, maka dapat dilihat bahwa unsur-unsur yang harus dipenuhi sehingga perbuatan itu memenuhi tindak pidana adalah : 82 1. Adanya unsur perbuatan yang meliputi perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang. 2. Adanya unsur cara yaitu menggunakan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau penyalahgunaan posisi rentan, penjeratan utang, atau memberi bayaran atau manfaat. 3. Adanya unsur tujuan yaitu eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. 81 Farhana, Op.Cit., hal. 116- 117 82 Rini Maryam, Op.Cit., hal. 2-3 Universitas Sumatera Utara

BAB III IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PENCEGAHAN DAN

Dokumen yang terkait

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Perpajakan Melalui Penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

1 69 151

Pembuktian Terbalik Dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang

3 71 102

Kejahatan Perdagangan Anak Sebagai Predicate Crime Dalam Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang

3 39 136

.UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DARI HASIL KEJAHATAN NARKOTIKA MELALUI UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG.

0 2 14

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG uu0082010

0 0 65

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

0 0 20

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI MELALUI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

0 0 15

BAB II UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG A. Sejarah Terjadinya Pencucian Uang - Identifikasi Transaksi Keuangan Mencur

0 0 44

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERPAJAKAN MELALUI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

0 0 14

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang JURNAL ILMIAH

0 0 35