sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip due process of law
146
dan transparansi serta akuntabilitas tidak diatur secara terperinci sehingga tidak ada due
diligence of power
147
terhadap kinerja lembaga terkait indikasi pencucian uang.
148
Mengenai mengenai profesi tertentu seperti lawyer, notaris, akuntan independent. Mengenai bidang profesi ini Rancangan Undang Undang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang memasukkannya sebagai pihak pelapor, dengan pemikiran bahwa bidang profesi ini dapat membantu upaya
penegakan hukum dan dapat berperan sebagai “palang pintu” gatekeeper karena sesuai dengan sifat pekerjaannya dimaksud dapat mendeteksi kemungkinan terjadinya
pencucian uang melalui penggunaan perjanjian-perjanjian legal, seperti trust dan corporate vehicles.
149
Kemudian dalam Undang Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dalam pasal-pasalnya
tidak menyebutkan dengan tegas mengenai kewajiban ini, tetapi dalam penjelasan Pasal 41 ayat 1, secara tersirat dimasukkan sebagai pihak pelapor.
B. Hambatan Dari Sisi Struktur Hukum
Praktek penegakan hukum tindak pidana pencucian uang bukanlah bukanlah hal yang mudah, seperti yang disebutkan oleh Kabareskim Polri dalam makalahnya
146
Due Process of Law bahwa setiap tersangka berhak diselidiki dan disidik berdasarkan alasan yang sesuai dengan hukum acara.
147
Due Diligence of Power adalah sesuai dengan ketentuan yang telah ada maka kekuasaan
yang dipakai sesuai dengan ktentuan undang-undang yang berlaku
148
Ibid
149
Yunus Husein, “Urgensi Pengesahan Rancangan Undang-Undang Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang”, Op.cit., hal. 12
Universitas Sumatera Utara
bahwa tindak pidana pencucian uang terjadi karena faktor internal penyedia jasa keuangan atau penyedia barang dan jasa lainnya sebagai akibat dari longgarnya
penerapan prinsip mengenal nasabah dan lemahnya data atau sistem dalam analisa transaksi keuangan mencurigakan sehingga belum mampu menangkal dari awal
penempatan dana hasil kejahatan ke dalam sistem perbankan.
150
Kemudian lambannya informasi intelijen tentang transaksi keuangan mencurigakan dan kurangnya kerjasama antar lembaga
151
baik antara penyedia jasa keuangan maupun penyedia barang dan jasa lainnya dengan aparat penegak hukum
Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan demikian juga dengan PPATK. Selain itu, permasalahan penegakan hukum juga dipengaruhi oleh banyaknya
perkembangan produk perbankan, jasa, investasi dan sistem pembayaran yang kompleks. Semua hal ini menyebabkan munculnya modus-modus baru yang rumit
dalam sistem pembuktian tindak pidana pencucian uang.
152
Penyidikan akan semakin sulit ketika melibatkan penggunaan jasa wire system, hal ini nampaknya dikarenakan
tuntutan efisiensi, kecenderungan ekonomi, teknologi dan tuntutan kebutuhan pasar terbuka. Sejak 1989 dihampir semua negara telah menerapkan wire transfer system
secara internal, antar bank dan lembaga keuangan transffering fund by electronic messages between banks-wire transfer, ini merupakan cara untuk memindahkan
dana ilegal dengan cepat dan tidak mudah untuk dilacak oleh jangkauan hukum,
150
Anonim, “Optimalisasi Peran Kepolisian Dalam Meningkatkan Efektivitas Kerjasama Penanganan Tindak pidana Penucian Uang”, Mabes POLRI, Kabareskrim, Makalah, disampaikan
pada seminar sosialisasi Pencegahan dan Pemberantasan Tindak pidana Pencucian Uang, Medan, 14 April 2011, hal. 8
151
Ibid
152
Ibid
Universitas Sumatera Utara
dimana sekaligus pada saat yang sama terjadilah pencucian uang dengan cara mengacaukan audit trail.
153
Berkenaan dengan tugas penyidikan polisi harus memperoleh alat bukti yang akan diajukan pada jaksa untuk selanjutnya diungkapkan di persidangan, dan untuk
perkara pencucian uang bukanlah masalah mudah, apalagi harus dikaitkan dengan kejahatan asalnya. Peran polisi juga sangat dominan manakala berkaitan dengan
pengembalian harta kekayaan hasil tindak pidana ini di luar negeri. Kemajuan dibidang teknologi informasi memungkinkan kejahatan pencucian uang bisa terjadi
melampaui batas kedaulatan suatu negara, untuk mencegah dan memberantasnya memerlukan kerjasama antara negara.
Selain itu polisi juga harus menemukan fakta untuk dibuktikan jaksa yang meliputi unsur subyektif atau mens rea dan unsur obyektifnya atau actus reus. Mens
rea yang harus dibuktikan yaitu knowledge mengetahui atau patut menduga dan intended bermaksud. Kedua unsur tersebut berkaitan dengan unsur terdakwa
mengetahui bahwa dana tersebut berasal dari hasil kejahatan dan terdakwa mengetahui tentang atau maksud untuk melakukan transaksi. Untuk memenuhi unsur
yang harus dibuktikan jaksa tersebut sangat sulit, mengetahui atau cukup menduga
153
Yenti Garnasih, Op.Cit., tanpa halaman, cara ini juga sering disebut sebagai Electronic Fund Transfer EFT atau cyber payment yang merupakan salah satu jasa yang diberikan oleh
electronic banking, yang memungkinkan pembayaran transfer berlangsung dengan mobilitas tinggi dengan mengoptimalkan jaringan perbankan international International Offshore Banking Centers
sebagai lembaga intermediasi.
Universitas Sumatera Utara
apalagi bermaksud untuk menyembunyikan hasil kejahatan, benar-benar harus didukung berbagai faktor terutama dari perilaku dan kebiasaan pelaku.
Hal ini nantinya pasti juga akan menimbulkan akibat hukum yang akan melibatkan pihak penyedia jasa, PPATK demikian juga aparat penegak hukum.
Untuk mengatasi hal ini maka dibutuhkan pengaturan yang lebih lanjut dengan memperhatikan peraturan di bidang pencucian uang maupun pelaksanaan pembuktian
dan juga pengaturan tindak pidana perdagangan orang sebagai predicate crime. Dalam menangani tindak pidana pencucian uang, ada 2 faktor yang harus
diperhatikan yaitu Tindak Pidana Asal dan Keberadaan Harta Hasil Kejahatan.
154
1. Faktor Tindak Pidana Asal
Bahwa tindak pidana pencucian uang dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan, penuntutan dan sidang pengadilan tidak perlu dibuktikan terlebih
dahulu,
155
namun pemeriksaan tersebut mempunyai tujuan yakni untuk memutuskan siapa yang bersalah. Keputusan pengadilan dilakukan atas perbuatan melawan hukum
dimana perbuatan melawan hukum atas perbuatan menempatkan, menghibahkan, memindahkan atau menyamarkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil dari tindak pidana. Dalam hal ini perlu diperhatikan tentang adanya perluasan penyidik tindak
pidana asal yang terdiri dari Polri, Kejaksaan, KPK, BNN, Ditjen Bea dan Cukai,
154
Anonim, Op.Cit., hal. 9-10
155
Yenti Garnasih, Op. Cit., tanpa halaman
Universitas Sumatera Utara
Ditjen Pajak.
156
Semua unsur ini harus mengharmonisasikan langkah dalam upaya penyidikan guna menghindari terjadinya tumpang tindih kewenangan dalam proses
penyidikan terhadap subyek yang sama. Metode penelusuran harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana asal
adalah merupakan metode yang lebih mudah dan resiko lebih kecil dalam upaya penegakan hukumnya, tetapi yang menjadi kendala dalam proses ini adalah
bagaimana kalau tindak pidana perdagangan orang trafficking sebagai tindak pidana asal ternyata tidak terbukti, sedangkan terhadap asset telah dilakukan pemblokiran,
maka hal ini dapat dikatakan sebagai hambatan dalam penerapan hukum oleh aparat penegak hukum.
2. Keberadaan harta hasil kejahatan.
Diperlukan kecepatan dan ketepatan dalam menentukan harta hasil kejahatan, yang nantinya diikuti oleh pemblokiran dan penyitaan.
157
Dalam pelaksanaannya sangat dibutuhkan pedoman pelaksanaan penghentian transaksi, pemblokiran
transaksi dan kemudian penyitaan.
156
Perluasan penyidik dalam tindak pidana pencucian uang, yang berlaku sejak disahkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang
157
Upaya yang dibenarkan oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, guna menghindari dipindahkan atau dialihkannya
harta hasil kejahatan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Kelemahan dalam penerapan undang-undang tindak pidana pencucian uang juga terjadi akibat adanya :
158
1. Sistem birokrasi di Indonesia sangat lemah dalam segi manajemen
administrasi, koordinasi, dan pengawasan pelaksanaan tugas yang dibebankan oleh undang-undang.
2. sistem birokrasi di Indonesia masih sangat lemah dari sisi profesionalisme,
integritas, dan akuntabilitas sehingga potensial muncul penyalahgunaan wewenang serta korupsi, kolusi, dan nepotisme.
3. Undang-undang Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang ini tidak menyediakan sarana hukum yang memadai untuk melakukan pencegahan terhadap kemungkinan moral hazard yang akan
terjadi dalam implementasinya.
4. Sistem birokrasi di Indonesia tidak berhasil dan tidak pernah berhasil
menggunakan prinsip stick and carrot dan merrit system yang benar dalam langkah reformasi birokrasi sejak 1998 yang lampau.
5. Indonesia merupakan tempat strategis dalam peta politik global baik dari
aspek ekonomi internasional, politik internasional dan keamanan maupun pertahanan regional.
Efektifitas penanganan tindak pidana pencucian uang sangat ditentukan oleh kerjasama berbagai pihak, sebagai implementasi nota kesepahaman MoU antara
Polri, Kejaksaan, KPK, BNN, Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen Pajak.
159
Hal ini diperlukan untuk meningkatkan upaya penegakan hukum tindak pidana pencucian
uang dan menyita harta hasil kejahatan. Dalam hal adanya keharusan mengenali Pengguna Jasa customer due
diligence, maka hal ini tentunya ada beberapa dampak yang muncul yaitu : seperti diperlukan adanya kesiapan mental, pengetahuan, sistem pengenalan nasabah, sistem
158
Romli Atmasasmita, Op. Cit. tanpa halaman
159
Yunus Husein , “Mutual Legal Assistance : Suatu Keharusan Dalam Penegakan Hukum” http: Yunushusein.wordpress.com 200713_mutual-legal–assistance-suatu-keharusan–dalam-
penegakan-hukum.x.pdf, diakses tanggal 16 Februari 2010
Universitas Sumatera Utara
pelaporan dan arsip, keterampilan dan pengamanan bagi kalangan perbankan untuk melaksanakan undang-undang dan Peraturan Bank Indonesia ini.
Di samping itu, mengingat money laundering paling banyak dilakukan melalui jasa-jasa perbankan,
160
maka sudah tentu industri perbankan akan sangat terpengaruh oleh undang-undang Money Laundering dan industri perbankan sangat berperan di
dalam pencegahan money laundering. Selain itu juga, adanya beban biaya yang lebih besar yang ditanggung bank. Hal
ini disebabkan adanya beberapa hal yang wajib dilakukan atau dimiliki bank seperti melakukan identifikasi nasabah, pelaporan dan pemeliharaan sistem arsip, internal
control, pelatihan dan pengamanan yang perlu dilakukan oleh bank untuk melaksanakan ketentuan pencucian uang ini. Untuk dapat memaksimalkan
penegakan hukum tindak pidana pencucian uang, maka perlu adanya penyesuaian beberapa undang-undang terkait, seperti Undang-Undang Bank Indonesia, Undang-
Undang Perbankan, Undang-Undang Pasar Modal khususnya yang berkaitan dengan ketentuan kerahasiaan. Bank harus mengubah caranya beroperasi agar terhindar dari
penyalahgunaan oleh penjahat dan terhindar juga dari hukuman pidana.
161
Keseragaman kualitas pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah pada seluruh penyedia jasa keuangan, khususnya pada seluruh perbankan nasional serta komitmen
160
Yunus Husein, “Beberapa Petunjuk Bagi Bank Dalam Mewaspadai Kejahatan Pencucian Uang”, http: Yunushusein.wordpress.com 200726_beberapa_petunjuk-bagi-bank_yhx.pdf, diakses
tanggal 16 Februari 2010, hal. 3
161
Yunus Husein, “Kebijaksanaan Bank Indonesia Tentang Pencucian Uang Money Laundering”, Op.Cit., hal. 9-10
Universitas Sumatera Utara
dan pandangan yang sama dari perbankan dan nasabah terhadap pentingnya penerapan ketentuan anti money laundering.
Dalam upaya penegakan hukum pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, maka kelemahan jaksa dimulai dari penuntutan yang ternyata tidak
sederhana, pertama berkenaan bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan kejahatan lanjutan follow up crimes sehingga ada permasalahan lain yaitu
bagaimana dengan predicate crimenya predicate offencenya. Apakah harus dibuktikan keduanya atau cukup pencucian uangnya saja tanpa terlebih dahulu
membuktikan predicate offencenya.
162
Berdasarkan amanat undang-undang maka predicate offece tidak perlu dibuktikan, artinya cukup menggunakan bukti petunjuk saja. Sebagai konsekuensinya
maka dakwaan harus disusun secara kumulatif bukan alternative, karena antara predicate offence dan pencucian uang adalah dua kejahatan yang walaupun perbuatan
pencucian uang selalu harus dikaitkan dengan tindak pidana asalnya, namun pencucian uang adalah kejahatan yang berdiri sendiri as a separate crime.
163
C. Hambatan Dari Sisi Budaya Hukum