Bachtiar H. Tambunan mengatakan bahwa kesulitan untuk memberantas trafficking karena beberapa kendala yaitu :
60
1. luas wilayah Indonesia yang tidak sebanding dengan petugas pengawas di
perbatasan. 2.
kemampuan penyidik polisi yang masih rendah, sedangkan tempat kejadian perkara terkadang melintasi dua negara, hal ini menimbulkan
masalah dalam pelaksanaan penyidikan.
3. belum adanya atau jarangnya kerjasama antar negara untuk
menindaklanjuti kasus trafficking dan sulitnya melakukan penyidikan apabila tempat kejadian perkara di luar negeri dan tersangkanya adalah
warga negara asing.
5 - June Menghadapi kondisi ini, maka diperlukan kebijakan yang lebih dapat
mengatur secara komprehensif mengenai pencegahan, penanganan, penanggulangan, dan penegakan hukum atas tindak pidana perdagangan orang.
B. Bentuk-bentuk Trafficking
Bentuk-bentuk perdagangan orang dapat berupa pekerja migran, pekerja anak, perdagangan anak melalui adopsi pengangkatan anak, pernikahan dan pengantin
pesanan, dan implantasi organ tubuh.
61
1. Pekerja Migran
Pekerja migran adalah orang yang berimigrasi dari wilayah kelahirannya ke tempat lain dan kemudian bekerja di tempat yang baru tersebut dalam jangka waktu
relatif menetap. Pekerja migran terbagi dua yaitu :
60
Administrator, ”Kasus Trafficking terus meningkat”, http:matanews.com20090628-kasus-
trafficking -terus- meningkat, diakses tanggal 23 April 2011
61
Farhana, Op.Cit., hal. 32-49
Universitas Sumatera Utara
a. Pekerja Migran Internal
Pemerintah mengatur kebijakan tentang penempatan tenaga kerja dalam negeri untuk menjamin perlindungan bagi tenaga kerja yang ditempatkan melalui
penetapan prosedur dan mekanisme penempatan tenaga kerja serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan tersebut, sehingga tidak terjadi perdagangan orang.
Dalam Pasal 2 ayat 1 UU PTPPO disebutkan : Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penipuan, penyalagunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang
yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut diwilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 tiga rahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan denda paling sedikit Rp120.000.000,- seratus dua puluh juta rupiah dan
paling banyak Rp600.000.000,- enam ratus juta rupiah.
Dari rumusan pasal ini dapat dilihat bahwa tindak pidana perdagangan orang tersebut adalah :
1 adanya perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan,atau penerimaan seseorang. 2
adanya ancaman kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahguanaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan
utang, atau memberi bayaran atau manfaat. 3
walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain.
4 untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5 di wilayah Negara Republik Indonesia.
Kemudian dalam Pasal 3 UU PTPPO
, memberi rumusan
tindak pidana trafficking perdagangan orang sebagai berikut:
a. memasukkan orang b. ke wilayah Negara Republik Indonesia
c. dengan maksud untuk dieksploitasi d. di wilayah negara Republik Indonesia
e. atau dieksploitasi di negara lain Pasal ini dapat digunakan apabila pelaku perdagangan orang menjadikan
negara Republik Indonesia sebagai tempat tujuan perdagangan orang tempat dilakukannya eksploitasi, atau apabila pelaku menjadikan negara Republik Indonesia
sebagai tempat transit atau persinggahan sebelum pelaku membawa korban perdagangan orang ke negara lain sebagai tempat tujuan.
b. Pekerja Migran Internasional
Pasal 4 UU PTPPO disebutkan : Setiap orang yang membawa warga negara Indonesia ke luar wilayah negara
Republik Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di luar wilayah negara Republik Indonesia dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga
tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan denda paling sedikit Rp120.000.000,- seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak
Rp600.000.000,- enam ratus juta rupiah.
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pengirim tenaga migran terbesar. Kebijakan penempatan Tanaga Kerja Indonesia TKI dan Tenaga Kerja Wanita
TKW pada prinsipnya adalah penempatan jasa manusia bukan komoditas barang,
Universitas Sumatera Utara
tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak kelemahan dan tantangan di dalam proses tersebut, sehingga penyimpangan-penyimpangan dari visi dan misi kebijakan
penempatan TKITKW tersebut menimbulkan banyak peluang yang memungkinkan terjadinya trafficking perdagangan manusia. Kaitannya dengan pengadaan jasa
TKITKW yaitu bahwa banyak kasus trafficking terjadi akibat dari kesalahan yang dimulai dari proses perekrutan bahkan sampai pada proses penempatan tenaga kerja
di luar negeri. Trafficking terjadi akibat kesalahan PJTKI dan PPTKIS.
62
Banyak ditemui kasus TKITKW mengalami penyiksaan di luar negeri, hal ini bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 10 dari Konvensi Internasional
Tentang Perlindungan Hak Semua Buruh Migran dan Anggota Keluarganya, dimana pasal ini diatur bahwa tidak seorangpun buruh migran dan anggota keluarganya dapat
dijadikan sasaran penyiksaan atau perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat.
2. Pekerja Anak Pada tahun 1990 pemerintah Indonesia telah meratifikasi hak-hak anak. Hal
ini sebagai bentuk perhatian bagi masalah buruh anak. Batas minimum anak yang diperbolehkan bekerja diundangkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 1999
tentang pengesahan Konvensi ILO.
62
Hal ini berhubungan dengan reputasi dari PJTKI dan PPTKIS sebagai perusahaan yang berwenang untuk melakukan yang melakukan perekrutan dan penempatan tenaga kerja di luar negeri. Dari hasil
audit yang dilakukan oleh Kementrian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi terhadap 560 lima ratus enam puluh PJTKI, maka ada sejumlah 165 seratus enam puluh lima yang memiliki reputasi jelek,
150 seratus lima puluh reputasi sedang dan sisanya sebanyak 245 dua ratus empat puluh lima dengan predikat baik.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan anak dalam rangka menjamin dan menghindarkan anak dari bentuk-
bentuk eksploitasi, khususnya yang berkaitan dengan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk yang dilakukan anak.
Pasal 74 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan :
a. Siapa pun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-
pekerjaan terburuk. b.
Pekerjaan-pekerjaan terburuk yang dimaksud pada ayat 1 meliputi : 1.
Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya, 2.
Segala pekerjaan yang bermanfaat, menyediakan atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau
perjudian
3. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan
anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, danatau
4. Semua pekerjaan anak yang membahayakan kesehatan, keselamatan
atau moral anak
63
c. Jenis-jenis pekejaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau
moral anak sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 huruf d ditetapkan dengan keputusan Menteri.
63
Hal ini sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan
ILO Convention No. 182 Concerning The Prohibition and Immediate Action For The Elimination of The Worst Form of Child Labour, dalam konvensi ini disebutkan bahwa Pasal 1. Negara anggota
ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajib mengambil tindakan segera dan efektif untuk menjamin pelarangan dan penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. 2. Anak berarti semua
orang yang berusia di bawah 18 delapan belas tahun. 3. Pengertian bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak adalah : a segala bentuk perbudakan atau praktek sejenis perbudakan, seperti
penjualan dan perdagangan anak, kerja ijon
debt bondage, dan perhambaan serta kerja paksa atau
wajib kerja, termasuk pengerahan anak secara paksa atau wajib untuk dimanfaatkan dalam konflik bersenjata; b pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk pelacuran, untuk produksi
pornografi, atau untuk pertunjukan-pertunjukan porno; c pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk kegiatan terlarang, khususnya untuk produksi dan perdagangan obat-obatan sebagaimana
diatur dalam perjanjian internasional yang relevan; d pekerjaan yang sifat atau keadaan tempat pekerjaan itu dilakukan dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak-anak.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga dengan Pasal 35 Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri, ditetapkan tentang batas minimal
usia 18 tahun dan syarat pendidikan serendah-rendahnya lulus SLTP atau sederajat yang bisa disalurkan untuk bekerja di luar negeri. Hal ini berhubungan dengan
ketentuan Pasal 17 UU PTPPO yang memberikan perlindungan hukum terhadap korban perdagangan orang yang masih anak-anak yang belum berusia 18 delapan
belas tahun bahkan anak yang masih dalam kandungan, sebagai ganjarannya terhadap pelaku perdagangan orang akan dikenakan pemberatan sanksi pidana yaitu
menambah sepertiga dari pidana yang dijatuhkan. Kenyataan yang banyak berkembang saat ini banyak pemalsuan terhadap
umur dan juga pendidikan,
64
sehingga banyak kasus terjadi eksploitasi atau perdagangan orang dengan kedok penyaluran TKITKW.
Pasal 19 UUPTPPO, memberi rumusan tindak pidana sebagai berikut: a. memberikan atau memasukkan keterangan palsu
b. atau memalsukan c. dokumen negara atau dokumen lain
d. untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang
64
pelaku trafficking dapat berupa agen dan agen resmi, dalam hal ini perusahaan penempatan TKI swasta PPTKIS dan perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia PJTKI. Diperkirakan hampir 80
permasalahan TKI yang terjadi di luar negeri bahkan sampai terjadinya eksploitasi diakibatkan perbuatan PJTKI. Kesalahan yang dilakukan dimulai dari pelaksanaan perekrutan, pemalsuan
identitas, baik itu pemalsuan usia maupun pendidikan. Contoh kasus adalah perdagangan anak yang dilakukan oleh PJTKI, Susiani anak yang belum cukup umur asal Nusa Tenggara Barat NTB,
kemudian oleh PJTKI dipalsukan identitasnya manipulasi umur dan dikirimkan ke Yordan Timur Tengah
Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud dengan dokumen negara dalam ketentuan ini tidak terbatas pada paspor, kartu tanda penduduk, ijazah, kartu keluarga, akte kelahiran, dan surat
nikah, sedangkan dokumen lain meliputi surat perjanjian kerja bersama, surat permintaan tenaga kerja Indonesia, asuransi, dan dokumen yang terkait.
65
3. Perdagangan Anak Melalui Adopsi Pengangkatan Anak
Modus lain dalam perdagangan orang adalah dengan pengangkatan anak adopsi. Pasal 5 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang mengatur : Setiap orang yang melakukan pengangkatan anak dengan menjanjikan sesuatu
atau memberikan sesuatu dengan maksud untuk dieksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas
tahun dan denda paling sedikit Rp120.000.000,- seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp600.000.000,- enam ratus juta rupiah.
Kemudian Pasal ini juga diperkuat dengan Pasal 6 Undang-Undang No. 21
Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, yaitu : Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri
dengan cara apa pun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama
15 lima belas tahun dan denda paling sedikit Rp120.000.000,- seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp600.000.000,- enam ratus juta
rupiah.
Dari isi pasal ini dapat dilihat bahwa adopsi yang dimaksudkan sebagai tindak pidana trafficking adalah adopsi yang menyebabkan anak tereksploitasi. Dua badan
peradilan yang berwenang menangani pengangkatan anak adalah Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama. Prosedur pengangkatan anak memang dilakukan dengan
65
Penjelasan Pasal 19 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
Universitas Sumatera Utara
ketat demi melindungi hak-hak anak yang diangkat dan mencegah berbagai pelanggaraaan dan kejahatan seperti perdagangan anak. Ketidaktahuan prosedur ini
menimbulkan persepsi yang salah pada masyarakat, sehingga sering masyarakat bertindak di luar hukum yang mengakibatkan terjadinya perdagangan anak.
Para pelaku perdagangan anak dalam kejahatannya melakukan pemalsuan data identitas anak, even adoptive parents and children only rarely discover the status
of the children as trafficking victims. Once children are secured, traffickers launder them through the adoption system by creating fictitious identities and obliterating the
childrens histories.
66
Perdagangan anak terjadi melalui sistem adopsi sangat banyak terjadi, contoh yang terjadi di negara Amerika, seperti yang diungkapkan oleh Patricia J. Meier
dalam jurnalnya bahwa :
67
“Intercountry adoption involves parents who are citizens of one country adopting children who are citizens of another. It is a well-established method
of creating or enlarging an American family. Americans adopt more foreign children each year than all other receiving countries combined. In 2006,
20,679 adoptees joined American families. This number has grown rapidly, nearly tripling since 1990, when Americans adopted 7093 foreign children.
The total has surpassed 20,000 each year since 2002. To date, 2004 marks the year the most children--22,884--became U.S. citizens through adoption.
Dari tulisan ini dapat dilihat begitu besarnya jumlah adopsi terhadap anak
yang dilakukan antar negara, sehingga jika tidak dilakukan pengawasan yang baik dan juga pengaturan yang jelas dan tegas mengenai perbuatan adopsi, maka tidak
66
Patricia J. Meier, “ Small Commodities : How Child Traffickers Exploit Children and Families in Intecountry Adoption and What The United State Must Do to Stop Them,” Westlaw: Journal of
Gender, Race and Justice, 2008, hal. 1
67
Ibid
Universitas Sumatera Utara
dapat dihindari akan banyak kasus adopsi sebagai modus dari kejahatan trafficking perdagangan orang.
4. Pernikahan dan Pengantin Pesanan
Modus perdagangan orang yang lain adalah pengantin pesanan Mail Order Bride yang merupakan pernikahan paksa, dimana pernikahannya diatur oleh orang
tua. Dua bentuk perdagangan melalui perkawinan, yaitu pertama, perkawinan digunakan sebagai jalan penipuan untuk mengambil perempuan tersebut dan
membawanya ke wilayah asing dan selanjutnya dimasukkan dalam prostitusi. Kedua, perkawinan untuk memasukkan perempuan kedalam rumah tangga
untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domestik yang sangat eksploitatif. 5.
Implantasi Organ Tubuh Modus terakhir yaitu ditemukan adanya kasus berkedok adopsi, yang tujuan
sebenarnya adalah untuk implantasi organ tubuh. Selain kelima bentuk trafficking ini, maka Undang-Undang No. 21 Tahun
2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, juga mengatur perbuatan yang dimasukkan sebagai tindak pidana trafficking, yaitu :
Pasal 9 Undang-Undang No. 21 tahun 2007, memberi rumusan tindak pidana sebagai berikut:
a. berusaha b. menggerakkan orang lain
c. supaya melakukan tindak pidana perdagangan orang d. tindak pidana itu tidak terjadi
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang juga menyebutkan bahwa setiap orang yang membantu atau
melakukan percobaan,
68
merencanakan atau melakukan permufakatan jahat
69
untuk melakukan tindak pidana perdagangan orang, menggunakan atau memanfaatkan
korban tindak pidana perdagangan orang dengan cara melakukan persetubuhan atau
perbuatan cabul lainnya dengan korban tindak pidana perdagangan orang,
mempekerjakan korban tindak pidana perdagangan orang untuk meneruskan praktik eksploitasi, atau mengambil keuntungan dari hasil tindak pidana perdagangan orang
70
dipidana dengan pidana yang sama seperti pelaku tindak pidana perdagangan manusia.
Hal ini sangat berbeda dengan Pasal 53 KUHP tentang percobaan, dimana apabila seseorang telah melakukan permulaan perbuatan namun tidak selesai bukan
karena kehendak dari pelaku, maka hukumannya dikurangi sepertiga. Begitu pula dengan pembantuan sebagaimana dinyatakan dalam pasal 56 dan 57 KUHP, dimana
ancaman pidana bagi pelaku pembantuan dikurangi sepertiga dari pidana pokoknya.
68
Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Pasal 10
69
Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Pasal 11
70
Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Pasal 12
Universitas Sumatera Utara
C. Perbuatan Pidana Trafficking