Aparat Penegak Hukum Kepolisian, Kejaksaan dan Peradilan Presiden, DPR, Publik dan Komite Koordinasi TPPU

Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan adalah Direktorat Jenderal di bawah Menteri Keuangan yang bertanggung jawab dalam mengawasi lembaga keuangan non bank seperti perusahaan asuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun. Selain sebagai pengawas dan pengatur, DJLK bertanggungjawab pula terhadap pelaksanaan KYC yang telah dikeluarkan bagi lembaga keuangan non bank. 96

3. Aparat Penegak Hukum Kepolisian, Kejaksaan dan Peradilan

Berdasarkan laporan hasil analisis PPATK, Kepolisian selaku penyidik melakukan penyelidikan dan penyidikan untuk membuat terang suatu kasus dengan mencari bukti untuk menentukan apakah terdapat indikasi tindak pidana pencucian uang atau tidak. Apabila dalam penyidikan diperoleh bukti yang cukup, selanjutnya berkas perkara diteruskan kepada Kejaksaan untuk membuat dakwaan atau tuntutan dalam sidang pengadilan.

4. Presiden, DPR, Publik dan Komite Koordinasi TPPU

Di samping DPR, setiap 6 bulan sekali Presiden menerima laporan kinerja pembangunan rezim anti pencucian uang dari PPATK. Laporan ini akan digunakan oleh Pemerintah dan DPR dalam mengevaluasi pembangunan rezim anti pencucian uang guna menetapkan kebijakan umum dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Sementara itu, laporan kinerja PPATK khususnya dan pembangunan anti pencucian uang pada umumnya juga dilaporkan ke publik dalam rangka transparansi dan akuntabilitas PPATK. Mengingat badan pelaksana implementing agency pembangunan rezim anti pencucian uang cukup banyak, diperlukan koordinasi yang efektif dan berkesinambungan. Oleh karena itu, melalui Universitas Sumatera Utara Keputusan Presiden No. 1 Tahun 2004 tanggal 5 Januari 2004 dibentuk Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Komite TPPU, dengan ketua Menko Polhukkam, Wakil Ketua Menko Perekonomian, sekretaris Kepala PPATK, dan beranggotakan 17 pimpinan instansi terkait. 124 Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa dalam sistem penegakan hukum, anti pencucian uang hadir dengan paradigma baru, semula orientasi tindak pidana pada umunya adalah mengejar pelaku pidana, sedangkan pada masa sekarang orientasinya adalah lebih mengejar pada hasil tindak pidananya. Mengingat tindak pidana pencucian uang termasuk transnational organize crime, dan melibatkan harta kekayaan yang umumnya dalam jumlah besar, untuk efektifitas pencegahan dan pemberantasannya diperlukan koordinasi bukan hanya dalam tingkat nasional tetapi juga internasional, serta kemudahan dalam penindakannya. Kemudahan-kemudahan tersebut telah diberikan dalam undang-undang pencucian uang antara lain secara khusus diatur mengenai pengecualian dari ketentuan rahasia bank dan kerahasiaan transaksi keuangan lainnya, azas pembuktian terbalik, serta penyitaan dan perampasan aset. 125 97 Koordinasi yang sedemikian luasnya tersebut juga harus didukung dengan tindakan konkrit, yaitu setiap elemen harus terlibat dalam anti-money laundering melalui pelaksanaan peranan dan tugasnya. Apabila dalam satu kesatuan tersebut terdapat satu atau beberapa elemen yang tidak dapat menjalankan fungsi 124 http:www.transparency.org , pada hari senin, diakses tanggal 21 Maret 2011 125 Bismar Nasution, Op.,cit, hlm 131-132 Universitas Sumatera Utara dan tugasnya secara efektif, sudah tentu akan menjadi loophole yang dapat memberikan ruang gerak bagi pelaku pencuci uang. Pelaku pencuci uang dapat memanfaatkan penyedia jasa keuangan seperti bank, kantor pos, money changer, asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga sekuritas Berta lembaga-lembaga yang terkait dengan keuangan dengan cara bertransaksi untuk menyembunyikan atau menyamarkan sehingga seolah-olah harta kekayaannya terlihat seperti harta kekayaan yang diperoleh secara legal. Apabila penyedia jasa keuangan tidak melaporkan transaksi yang diwajibkan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi yang dilakukan secara tunai di atas RP 500 juta, tugas pokok PPATK yaitu melakukan analisis sudah tentu tidak dapat dilaksanakan. Walaupun PPATK telah menerima banyak laporan dari PJK, namun tidak ada koordinasi dan kerjasama dengan institusi lain baik di dalam maupun di luar negeri yang memiliki informasi terkait dengan laporan tersebut, maka hasil analisis PPATK kurang berkualitas dan pada akhirnya aparat penegak hukum juga tidak optimal dalam memproses lebih lanjut. 126 98 Berkaitan dengan hal terakhir inilah FATF mengeluarkan suatu rekomendasi khusus special recommendation mengenai pembawaan uang tunai keluar atau masuk wilayah suatu Negara cash courier. Di Indonesia, jauh sebelum dikeluarkannya rekomendasi FATF tersebut, Undang-Undang TPPU telah menetapkan pembawaan uang tunai keluar atau masuk wilayah Republik Indonesia menjadi salah satu laporan yang menjadi sumber informasi vital bagi PPATK 126 Ibid Universitas Sumatera Utara dalam melaksanakan tugasnya, disamping dua laporan yang telah disebut di atas. Melaksanaan pelaporan ini, koordinasi juga menjadi kata kunci keberhasilan penegakan rejim anti pencucian uang. 127 PPATK antara lain telah melakukan kerja sama yang dituangkan dalam bentuk Nota Kesepahaman MoU dengan Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan, Bapepam, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kepolisian Negara, Kejaksaan Agung RI, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan lembaga penelitian di bidang kehutanan CIFOR Center for International Forestry Research. Kerja sama meliputi pertukaran informasi, pertukaran pegawai, capacity building dan hal-hal lain yang terkait dengan pelaksanaan rezim inti pencucian uang di Indonesia. 99 Implementasinya telah terjadi pertukaran informasi diantara instansi terkait tersebut, antara lain permintaan informasi intelijen keuangan dari Kepolisian RI dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK kepada PPATK. Sementara itu dalam lingkup internasional, Indonesia telah menjadi anggota Asial Pacific Group on Money Laundering APG sejak tahun 2000. Pada tanggal 23 Juni 2004 PPATK secara resmi diterima sebagai anggota The Egmont Group. The Egmont Group TEG adalah suatu organisasi iternasional informal yang dibentuk pada tahun 1995 di Egmont-Arenberg Palace di Brussel. The Egmont Group beranggotakan Financial Inteligence Unit FIU dari berbagai negara, yang sebagian besar merupakan focal point dari rejim anti pencucian uang di 127 Ibid, hlm 134 Universitas Sumatera Utara masing-masing negara. Diterimanya PPATK sebagai anggota TEG ini menunjukan bahwa PPATK telah diterima dan diakui oleh dunia internasional sebagai FIU yang telah beroperasi secara penuh dan mempunyai kedudukan yang sama dengan FIU dari negara lainnya. P P A T K t e l a h a k t i f p u l a d a l a m b e r b a g a i k e g i a t a n internasional yang diselenggarakan lembaga internasional seperti APG dan The Egmont Group. Diantara kegiatan tersebut adalah ditunjuknya Wakil Kepala PPATK sebagai co-chair dalam APG Typologies Working Group untuk periode 2003-2004, keikutsertaan PPATK sebagai anggota APG Implementation Issues Working Group, keikutsertaan PPATK sebagai anggota tim APG mutual evaluation terhadap negara Niue dan partisipasi Kepala PPATK sebagai pembicara dalam Seminar for non-Egmont member yang diselenggarakan oleh the Egmont Group beberapa waktu yang lalu. 128 100 Efektifnya pelaksanaan pencucian uang di Indonesia, melalui Keputusan Presiden No. 1 T a h u n 2 0 0 4 T a n g g a l 5 J a n u a r i 2 0 0 4 , P e m e r i n t a h R I me mbe nt u k Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasai Tindak Pidana Pencucian Uang Komite TPPU yang diketua oleh Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan dengan wakil Menteri Koordinator bidang Perekonomian dan Sekretari K e p a l a P P A T K . K o mi t e T P P U b e r a n g g o t a k a n Menkeh dan HAM, Menkeu, Kapolri, Jaksa Agung, Kepala BIN dan Gubernur Bank Indonesia. Komite TPPU bertugas: 129 128 Ibid 129 Ibid Universitas Sumatera Utara a. mengkoordinasikan upaya penanganan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang; b. memberikan rekomendasi kepada Presiden mengenai arch dan kebijakan penanganan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang secara nasional; c. mengevaluasi pelaksanaan penanganan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang; d. melaporkan perkembangan penanganan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang kepada Presiden. Komite Tindak Pidana Pencucian Uang dibantu oleh Tim yang terdiri dari Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan sebagai Ketua, Deputi Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Bidang Keamanan Nasional sebagai Wakil Ketua, Deputi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Bidang Kedasama Ekonomi Internasional, Direktur Jenderal MuliIateral Politik Sosial Keamanan Departemen Luar Negeri, Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum, Departemen Kehakiman dan HAM, Direktur Jenderal Imigrasi-Departemen Kehakiman dan HAM, Direktur Jenderal Bea dan Cukai-Departemen Keuangan, Direktur Jenderal Pajak Departemen Keuangan, Direktur Jenderal lembaga Keuangan Departemen Keuangan, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Departemen Keuangan. 130 101 130 Ibid, hlm135 Universitas Sumatera Utara

BAB III HAMBATAN YANG DIALAMI OLEH PUSAT PELAPORAN DAN

ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PPATK DALAM MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MONEY LAUNDERING

A. Hambatan Dari Segi Undang-Undang