Pemeriksaan dan Penghentian Sementara Transaksi Bentuk-Bentuk Penyedia Jasa Keuangan dan Kewajiban Identifikasi dan

66

3. Pemeriksaan dan Penghentian Sementara Transaksi

Secara umum pemeriksaan adalah proses perbandingan antara kondisi dan kreteria. Kondisi yang dimaksudkan disini adalah kenyataan yang ada atau keadaan sebenarnya yang melekat pada objek yang diperiksa. Sedangkan kreteria adalah tolak ukur, yaitu hal yang seharusnya terjadi atau hal yang seharusnya melekat pada objek yang diperiksa. a. PPATK melakukan pemeriksaan TKM terkait adanya indikasi TPPU atau tindak pidana lain Pasal 64. b. Dalam hal ditemukan adanya indikasi TPPU atau tindak pidana lain, PPATK menyerahkan hasil analisis kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan Pasal 64 c. Penyidikan oleh penyidik berkoordinasi dengan PPATK. d. PPATK dapat meminta PJK menghentikan sementara seluruh atau sebagian transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana, rekening penampung harta kekayaan berasal dari tindak pidana, menggunakan dokumen palsu; e. Penyedia Jasa Keuangan membuat berita acara penghentian sementara; f. Paling lama 5 hari sejak pembuatan berita acara, PPATK dapat memperpanjang 15 hari kerja; g. Apabila dalam waktu 20 hari tidak ada pihak yang mengajukan keberatan, PPATK menyerahkan penanganan kepada penyidik; Universitas Sumatera Utara 67 h. Dalam hal pelaku Tindak Pidana tidak ditemukan dalam 30 hari penyidik dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan negeri untuk memutuskan harta kekayaan tersebut sebagai aset negaradikembalikan kepada yang berhak.

4. Bentuk-Bentuk Penyedia Jasa Keuangan dan Kewajiban Identifikasi dan

Pelaporan Transaksi keuangan bagi Penyedia Jasa Keuangan. Pelaksanaan tindak pidana pencucian uang tidak terlepas dari adanya peran serta penyedia jasa keuangan yang dimanfaatkan para pelaku money laundering pencucian uang. Sebenarnya hal demikian merupakan salah satu tugas dari penyedia jasa keuangan dan tidak diinginkan oleh penyedia jasa keuangan manapun. Menurut Undang-Undang No. 8 tahun 2010 Pasal 23 ayat 1 memberikan pengertian penyedia jasa keuangan adalah sebagai berikut: 1 Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1 huruf a wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi: a. Transaksi Keuangan Mencurigakan; b. Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah paling sedikit Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah atau dengan mata uang asing yang nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali Transaksi maupun beberapa kali Transaksi dalam 1 satu hari kerja; danatau c. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri. Kemampuan mencuci uang basil tindak pidana melalui sistem Universitas Sumatera Utara keuangan merupakan hal yang sangat vital untuk suksesnya kegiatan kriminal, sehingga Setiap pihak yang terlibat dalam tindak pidana tersebut akan memanfaatkan kelemahan loopholes yang terdapat pada sistem keuangan. Penggunaan sistem keuangan sebagai sarana tindak pidana pencucian uang mempunyai potensi meningkatkan risiko bagi penyedia jasa keuangan secara individual, yang pada akhirnya dapat meruntuhkan integritas dan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan. 94 68 Semakin meningkatnya integrasi antar sistem keuangan dunia dan berkurangnya hambatan dalam perpindahan arus dana, akan meperbesar peluang praktik pencucian uang dalam Skala global sehingga mempersulit upaya pelacakannnya. Setiap penyedia jasa keuangan yang terlibat dalam tindak pidana pencucian uang akan menanggung resiko dituntut, kehilangan reputasi pasar, yang dapat berakibat merusak reputasi Indonesia sebagai wilayahnegara yang aman dan dapat dipercaya bagi investor. Keterlibatan perbankan dalam kegiatan pencucian uang disebabkan kemudahan proses untuk mengelola hasil kejahatan dalam bentuk simpanan dan menempatkannya dalam instrumen keuangan. hal tersebut merupakan suatu hal yang sangat diperlukan kegiataan money laundering. Di samping itu kebutuhan organisasi kejahatan untuk mengelola keuangan dengan cara menempatkan dananya dalam kegiatan usaha perbankan yang menghasilkan keuntungan antara lain melalui penerimaan bunga atas simpanan yang ditempatkan juga menjadi perhatian khusus bagi kelompok organisasi kejahatan sehingga mereka 94 Ibid Universitas Sumatera Utara 69 tidak perlu melakuan investasi kembali dalam kegiatan kejahatan. Istilah transaksi yang mencurigakan digunakan pertama sekali oleh FATE Dalam prakteknya tip-tiap negara dapat menggunakan istilah yang berbeda. Istilah yang digunakan tidak hanya transaksi yang mencurigakan tetapi juga dengan istilah lainnya seperti transaksi yang menyimpang dari kebiasaan”. 95 Pengertian transaksi keuangan yang mencurigakan menurut pasal 64 ayat 1, 2, dan ayat 3 dirumuskan sebagai berikut: 1. Pengakuan 1 PPATK melakukan pemeriksaan terhadap Transaksi Keuangan Mencurigakan terkait dengan adanya indikasi tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain. 2 Dalam hal ditemukan adanya indikasi tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain, PPATK menyerahkan Hasil Pemeriksaan kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan. 3 Dalam melaksanakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, penyidik melakukan koordinasi dengan PPATK. Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang diatas, juga bersifat unsur-unsur transaksi keuangan mencurigakan. Transaksi telah memenuhi salah satu dari point pengertian transaksi keuangan yang mencurigakan diatas, maka Penyedia Jasa Keuangan wajib menetapkan sebagai transaksi keuangan yang 95 Yunus Hussein, Menyoal Cuci Uang, 21 Januari 2011, http:www.tabloid- ombudsman.comartikel.php?idb=563noedisi=0 , pada hari selasa diakses tanggal 22 Februari 2011 Universitas Sumatera Utara 70 mencurigakan dan melaporkannya kepada PPATK. Penyampaian laporan kedua transaksi ini memiliki masa waktu. Menurut Undang-Undang TPPU untuk laporan transaksi keuangan mencurigakan dilakukan paling lambat 5 lima hari kerja dari saat diketahui adanya unsur transaksi mencurigakan oleh Penyedia Jasa Keuangan. Masa pelaporan itu harus, bersifat cepat dan segara supaya dengan cepat dan segera pula dilakukan pelacakan. Sang pelaku mencurigakan akan bisa melakukan kesempatan cukup untuik mngaburkan diri jika peristiwa tersebut tidak sesegera mungkin dilaporkan. Kemudian mengenai laporan transaksi keuangan yang bersifat tunai dalam jumlah komulatif lima ratus juta rupiah keatas atau valuta asing dengan nilai setara masa waktu penyampainan laporan tersebut dilakukan sejak tanggal transaksi dilakukan. 96 Rasa khawatir dari pejabat atau pegawai Penyedia Jasa Keuangan yang bersangkutan untuk memperoleh sanksi, baik dari atasannya atau dari PPATK maupun otoritas penegak hukum apabila tidak melapor, karena mungkin saja menurut pertimbangannya transaksi tersebut bukan tergolong transaksi keuangan yang mencurigakan, sedangkan menurut atasannya termasuk keuangan yang mencurigakan yang wajib dilaporkan. 97 Akibat dari rasa khawatir yang demikian tersebut, dapat menimbulkan sikap dari pejabat atau pegawai Penyedia Jasa Keuangan yang bersangkutan untuk sebanyak mungkin melaporkan transaksi keuangan yang ditanganinya. 96 Ibid 97 Sutan Remy Sjahdeini, Op.,cit, hlm 270 Universitas Sumatera Utara 71 Apabila sikap ini yang diambil, maka tidak mustahil akan banyak transaksi keuangan yang dilaporkan. Apabila Penyedia Jasa Keuangan tidak melaporkan transaksi yang diwajibkan, tugas pokok PPATK yaitu melakukan analisis sudah tentu tidak dapat dilaksanakan. Walaupun PPATK telah menerima banyak laporan dari PJK, namun tidak ada koordinasi ataupun kerjasama dengan institusi lain baik didalam maupun diluar negeri yang memiliki informasi terkait dengan laporan tersebut, maka basil analisis PPATK kurang berkualitas dan pada akhirnya aparat penegak hukum juga tidak akan optimal dalam memproses lebih lanjut. Penyedia Jasa Keuangan yang dengan senagaja tidak menyampaikan laporan kepada PPATK dikenakan sanski pidana sebagaimana diatur dalam pasal 23 Undang- Undang Nomor 8 tahun 2010, yaitu pidana denda paling sedikit Rp. 500.000.000,- lima ratus Juta Rupiah. Pelaksanaan pelaporan transaksi yang diwajibkan, pihak pelapor memiliki kekhawatiran dan tanggung jawab hukum dan juga kekhawatiran keselamatan baik sebagai pribadi diri sendiri maupun sebagai lembaga Penyedia Jasa Keuangan. Untuk menjamin bagi pelapor dan skasi dalam memberikan kesaksian disidang pengadilan, mereka perlu mendapat perlindungan khusus antara lain: 1 Penyedia Jasa Keuangan, pejabat serta pegawainya tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana atas pelaksanaan kewajiban pelaporan. 2 Sumber keterangan dan laporan transaksi keuangan Universitas Sumatera Utara 72 mencurigakan wajib dirahasiakan dalam persidangan di pengadilan. 3 PPATK, penyidik, penuntut umum atau hakim wajib merahasiakan identitas pelapor. 4 Pelapor dan saksi atas suatu tindak pidana pencucian uang wajib diberikan perlindungan khusus oleh negara. 5 Pelapor dan saksi tidak dapat dituntut baik secara pidana maupun perdata atas pelaporan atau kesaksian yang diberikannya. 98 Penyedia jasa keuangan lainnya misalnya perbankan, lembaga keuangan non bank dan perusahaan efek, pengelola reksa dana dan bank kustodian yaitu sebagai berikut:

1. Perbankan