120 masih muncul persepsi yang berbeda sehubungan dengan telah terjadinya
pencucian uang. Sebagai contoh, adalah suatu perkara sudah cukup bukti, tetapi jaksa memanclang tidak cukup bukti. Dengan demikian, kendala terbesar
tampaknya muncul dari sudut pembuktian yang harus dilakukan oleh jaksa.
153
Kendala lain yang pasti akan timbul, antara lain, belum diatur mekanis- me dan kerja sama yang langsung mengatur dalam hal bagaimana apabila
terjadi korupsi yang ditangani KPK yang juga terlibat pencucian uang. Dalam hal ini ada kekosongan hukum karena KPK tidak berwenang menangani masalah
pencucian uang, sedangkan seharusnya antara korupsi dan pencucian uang di sidang secara bersamaan dengan dakwaan kumulatif.
Pada akhirnya profesionalitas hakim juga harus mem
.
egang peranan penting dalam pengungkapan perkara pencucian uang, mengingat terdapat
pendekatan pragmatik dan inovatif yang terpaksa harus dilakukan sehubungan dengan sulitnya pembuktian.
154
C. Hambatan Dari Segi Budaya Hukum
Kerjasama dan koordinasi yang baik antar pihak-pihak terkait merupakan salah satu pilar terpenting di dalam pembangunan rezim anti pencucian uang yang
efektif dan sekaligus merupakan prasyaratan utama di dalam upaya pencegahan dan
153
Ibid
154
Ibid, hlm 219
Universitas Sumatera Utara
pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
155
Kerjasama dan koordinasi yang baik juga didukung dengan budaya hukum serta sumber daya manusia.
Pemahaman masyarakat tentang penggunaan rekening bank sebagai kepemilikan pribadi yang tidak memperhatikan clausa dalam pembukaan rekening
dan menggunakannya tidak sesuai dengan profil menjadikan banyak transaksi yang dikategorikan mencurigakan oleh pihak pelapor.
156
Di sisi lain orientasi penyedia jasa keuangan atau penyedia barang dan jasa lainnya yang cenderung lebih
mengedepankan profit, sehingga tidak melaksanakan kepatuhan terhadap aturan yang seharusnya dipedomani. Sementara itu, masyarakat selalu menginginkan kemudahan
dalam bertransaksi, sehingga menjadi titik temuakumulasi bagi berbagai penyimpangan yang berakibat tindak pidana pencucian uang semakin sulit dilacak.
Hal ini bisa membantu institusi kepolisian dan lembaga lain untuk meneruskan pengusutan pencucian uang ke tahap penyidikan dan penuntutan.
Terutama, karakter kejahatan ini sangat bersifat spesifik, butuh keahlian, dan rentan penyimpangan. Jika PPATK berwenang menyelidiki dan ini akan membantu
kepolisian. Atau, semacam strategi multi investigator dan investgasi silang antara lembaga penegak hukum dalam menangani pencucian uang tersebut.
Mengenai hukum dan ketertiban, khususnya mengenai hakekat perbedaannya, 121
155
Naskah Akademik, Rancangan Undang-Undang Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Jakarta:2006, hlm 62ik
156
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indinesia Kepala Badan Reserse Kriminal, Optimalisasi Peran Kepolisian Dalam Meningkatkan Efektifitas Kerjasama Penanganan Tindak Pidana
Pencucian Uang, Makalah Seminar “Sosialisasi Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering, Di Hotel Grand Angkasa Medan, Tanggal 14 April
2011, hlm 8
Universitas Sumatera Utara
122 merupakan suatu keharusan apabila ingin membicarakan masalah penegakan hukum
secara sosiologis.
157
Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK, juga mengalami beberapa kesulitan penerapan Undang-Undang Tindak Pidana
Pencucian Uang yaitu:
158
1. Fungsi PPATK hanya
bersifat administratif, yaitu untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi informasi yang diperoleh PPATK Pasal 26 huruf a dan bilamana
dari hasil analisis ditemukan transaksi keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang maka PPATK baru melaporkan kepada kepolisian dan kejaksaan
Pasal 26 huruf g, atau paling lambat 3tiga hari kerja sejak ditemukan adanya petunjuk atas dugaan transaksi keuangan yang mencurigakan, PPATK wajib
menyerahkan hasil analisis kepada penyidik untuk ditindaklanjuti Pasal 31. Selain itu PPATK tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan pemblokiran
atas dana yang diduga merupakan hasil tindak pidana. 2.
Pihak kepolisian dan penuntut umum memiliki kesulitan dalam membuktikan terjadinya tindak pidana pencucian uang
karena modusnya yang bervariasi dan biasanya tidak ditemukan adanya cukup alat bukti.
157
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta: Genta Publishing, 2009, hlm 71
158
http:yunushusein.files.wordpress.com20070733_pembangunan-rezim-aml-dan-profesi- akuntan_x.pdf
, Hasil Wawancara Dengan Ketua PPATK, diakses pada hari senin, tanggal 21 Februari 2011
Universitas Sumatera Utara
Kondisi praktik pencucian uang di Indonesia sudah sangat meresahkan negara, dan sering pula gagal menyelamatkan aset hasil korupsi karena menggunakan
sarana perbankan. Berdasarkan catatan PPATK Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tindak pidana pencucian uang yang berasal dari korupsi
merupakan yang tertinggi. Data hingga Maret 2010, tindak pidana dalam Laporan Keuangan Transaksi Mencurigakan LKTM yang tertinggi ada korupsi, sebesar 42
persen dari 2.442 atau sebanyak 1.030. Kemudian baru Penipuan sebanyak 571 23, 38 persen, Pemalsuan Dokumen sebanyak 162 6,63 persen, Kejahatan Perbankan
sebanyak 136 5,57 persen, dan Tindak Pidana lain sebanyak 375 15,36 persen sisanya tidak terindentifikasi sebanyak 168 6,88 persen.
159
Pencucian uang merupakan kejahatan yang luar biasa dan menjadi bagian dari kejahatan kerah putih, yang mempunya akses terhadap sarana perbankan. Kendala
terbesar dalam menangani pencucian uang, satu-satunya lembaga menangani
pencucian uang atau menginvestigasi laporan PPATK adalah kepolisian. Berdasarkan peraturan, PPATK dapat melaporkan dua hal, LKTM dan Laporan Hasil Analisis.
Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang perseorangan maupun oleh korporasi dalam batas wilayah suatu negara maupun yang
dilakukan melintasi batas wilayah negara lain makin meningkat. Kejahatan tersebut, antara lain, berupa tindak pidana korupsi penyuapan
bribery; penyelundupan barang; penyelundupan tenaga kerja;
penyelundupan imigran; perbankan; perdagangan gelap narkotik dan 123
159
Ibid
Universitas Sumatera Utara
psikotropika: perdagangan budak, wanita, dan anak; perdagangan senjata gelap; penculikan; terorisme; pencucian; penggelapan; penipuaan dan
berbagai kejahatan kerah putih lainnya. Kejahatan-kejahatan tersebut telah melibatkan ataupun menghasilkan harta kekayaan yang sangat besar
jumlahnya.
160
Harta kekayaan yang berasal dari berbagai kejahatan atau tindak pidana tersebut, pada umumnya tidak langsung dibelanjakan atau digunakan
oleh para pelaku kejahatan karena apabila langsung digunakan akan mudah dilacak oleh penegak hukum mengenai sumber diperolehnya
harta kekayaan tersebut. Biasanya para pelaku kejahatan terlebih dahulu mengupayakan agar harta kekayaan yang diperoleh dari kejahatan
tersebut masuk ke dalam sistem keuangan financial system, terutama ke dalam sistem perbankan banking system. Dengan cara demikian, asal
usul harta kekayaan
.
tersebut diharapkan tidak dapat dilacak oleh para penegak hukum. Upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini dikenal sebagai pencucian uang
money laundering.
161
Bagi organisasi kejahatan, harta kekayaan sebagai hasil kejahatan ibarat darah dalam satu tubuh, dalam pengertian apabila aliran harta
124
160
Andrian Sutedi, Op.,cit, hlm 131-132
161
Ibid
Universitas Sumatera Utara
kekayaan melalui sistem perbankan internasional yang dilakukan diputuskan, organisasi kejahatan tersebut lama-kelamaan akan menjadi
lemah, berkurang aktivitasnya, bahkan menjadi mati. Oleh karena itu, harta kekayaan merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu
organisasi kejahatan. Untuk itu, terdapat suatu dorongan bagi organisasi kejahatan melakukan pencucian uang agar asal usul harta kekayaan yang
sangat dibutuhkan tersebut sulit atau tidak dapat dilacak oleh penegak hukum. Perbuatan pencucian uang di samping sangat merugikan
masyarakat, juga sangat merugikan negara karena dapat memengaruhi atau merusak s t a b i l i t a s p e r e k o n o m i a n n a s i o n a l a t a u k e u a n g a n n e g a r a
d e n g a n m e n i n g k a t n y a berbagai kejahatan. Sehubungan dengan hal tersebut. Upaya untuk mencegah dan memberantas praktik pencucian uang
telah menjadi perhatian internasional. Berbagai upaya telah ditempuh oleh masing-masing negara untuk mencegah dan memberantas praktik
pencucian uang, termasuk dengan cara melakukan kerja sama internasional, baik melalui forum secara bilateral maupun multilateral.
Konteks kepentingan nasional, ditetapkannya Undang-Undang ten- tang Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan penegasan bahwa
pemerintah dan sektor swasta bukan merupakan bagian dari masalah, melainkan bagian dari penyelesaian masalah, baik di sektor ekonomi,
keuangan, maupun perbankan. 125
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan