Profil Kanker Tiroid di RSUP.H.Adam Malik Pada Januari 2010–Desember 2011

(1)

PROFIL KANKER TIROID DI RSUP.H.ADAM MALIK PADA JANUARI 2010 – DESEMBER 2011

Oleh :

ZANOAH A/P GANIASAN 100100208

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

PROFIL KANKER TIROID DI RSUP.H.ADAM MALIK PADA JANUARI 2010 – DESEMBER 2011

Abstrak

Pendahuluan: Kanker tiroid adalah penyakit di mana sel-sel dari kelenjar tiroid menjadi abnormal, tumbuh tak terkendali, dan membentuk suatu massa sel yang disebut tumor. Sampai saat ini insidens kanker tiroid di Indonesia belum didapati, hanya saja pada registerasi patologi menempati urutan ke 9 (4%) dari 10 keganasan yang sering terjadi. Prevalensinya adalah 7,7 per 100 000 orang / tahun, dengan tingkat 11,3 per 100 000 wanita/tahun dan 4, 1 per 100 000 pria/tahun. Usia rata-rata saat diagnosis untuk kanker tiroid adalah 50 tahun. Usia, metastasis, perkembangan penyakit, ukuran massa dan jenis kelamin merupakan faktor prognosis kanker tiroid. Tujuan: Mengetahui profil kanker tiroid di RSUP.H.Adam Malik Medan dari1 Januari 2010 – 31 Desember 2011

Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif retrospective study, di mana pada penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data berdasarkan pengamatan rekam medis pasien kanker tiroid di RSUP H.Adam Malik, Medan. Hasil: Penderita kanker tiroid paling sering ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun (36,1%), wanita (77,0%), stadium klinis IV (42,6%) dan gambaran histopatologis tipe Papiler (39,3%).


(3)

PROFILE OF THYROID CANCER IN RSUP.H.ADAM MALIK FROM JANUARY 2010 – DECEMBER 2011

Abstract

Introduction: Thyroidcanceris a disease in which the cells of the thyroid gland become abnormal, grow uncontrollably, and form a mass of cells called a tumor. The incidence of thyroid cancer in Indonesia hasn’t been recorded. However, according to the pathology registration it is in the ninth order out of the 10 most common malignancies. The overall incidence of thyroid cancer is reported to be 7,7 per 100 000 persons/year with rates of 11,3 per 100 000 women/year and 4,1 per 100 000 men/year. The median age at diagnosis for cancer of the thyroid was 50 years of age. The prognostic factors of thyroid cancer include age, metastasis, extent, size and gender.

Objective: To acquire profile of thyroid cancer in RSUP H.Adam Malik Medan in January 2010 – December 2011.

Method: This is a descriptive retrospective study based on the data collected from medical records of the patients in RSUP H.Adam Malik Medan in January 2010 – December 2011.

Result: Patients with thyroid cancer are most prevalent in age group 40-49 years (36,1%), men (77,0%), stage IV (42,6%) and Papillary type from the histopathological aspect (39,3%).


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian karya tulis ilmiah ini dengan judul “Profil Kanker Tiroid di RSUP.H.Adam Malik Medan pada Januari 2010 – Desember 2011.

Penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada dosen pembimbing, dr.Dedy Hermansyah, Sp.B yang telah meluangkan waktu untuk mendukung, membimbing dan mengarahkan penulis dalm menyelesaikan penelitian ini sehingga dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Selain itu, penulisan hasil penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Siregar, Sp. PD (KGEH), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran USU.

2. Dosen penguji 1, dr. Cherry Siregar, M.Kes dan dosen penguji II, dr. H. Romer Danial, SpA, yang telah member kritikan dan banyak masukan sehingga hasil penelitian ini lebih sempurna

3. Dosen dan civitas akademik Fakultas Kedokteran USU.

4. Kedua orangtua, Ayahanda Ganiasan, Ibunda Mageswary serta anggota keluarga lainnya yang telah memberikan banyak sokongan dan semangat kepada penulis selama penelitian ini.

5. Teman-teman stambuk 2010 dan senior yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan pendapat dan bantuan kepada penulis.


(5)

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih ada kekurangannya.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini.Semoga karya tulis ini member manfaat kepada kita semua.

Medan, 11 Januari 2014

Penulis,

………

Zanoah Ganiasan


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ……….. i

ABSTRAK ……….. ii

ABSTRACT ……… iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ……….. vi

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah……….. 2

1.3. Tujuan Penelitian……….. 2

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Tiroid ……… 4

2.1.1. Anatomi Tiroid ……… 4

2.1.2. Fisiologi Kelenjar Tiroid ……… 5

2.2. Kanker Tiroid ……….. 7

2.2.1. Definisi ……… 7

2.2.2. Epidemiologi ……… 7


(7)

2.2.4. Klasifikasi dan Histopatologi ……… 13

2.2.5. Stadium Kanker tiroid ………... 16

2.2.6. Diagnosis ………... 19

2.2.7. Penatalaksanaan ………. 24

2.2.8. Prognosis ……… 29

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 31

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ………... 31

3.2. Definisi Operasional ……….. ……… 32

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 34

4.1. Jenis Penelitian ………... 34

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 34

4.3. Populasi dan Sampel ……… 34

4.4. Metode Pengumpulan Data ……….. 35

4.5. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ……… 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ……….. 36

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian ………. 36

5.1.2. Proporsi Gambaran Karakteristik Penderita Kanker Tiroid.. 36

5.1.3. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid BerdasarkanUsia ……… 37

5.1.4. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 38


(8)

5.1.5. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Stadium ……… 39

5.1.6. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Tipe Histopatologis ……… 40

5.2. Pembahasan ………... 41 5.2.1 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Kanker Tiroid

Berdasarkan Kelompok Usia ………. 41

5.2.2 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Jenis Kelamin ……….... 41

5.2.3 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Stadium ……… 42

5.2.4 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Tipe Histopatologis ……… 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ……… 43

6.2. Saran ……….. 43

DAFTAR PUSTAKA ……… 44 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman

Tabel 1 Tabel Stadium Kanker Tiroid 19

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Usia 37

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan

Jenis Kelamin 38

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Stadium 39

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan

Tipe Histopatologis 40

DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman

Gambar 1.1 Anatomi Tiroid 4

Gambar 1.2 Cara Penatalaksanaan Karsinoma Papiler 27

Gambar 1.3 Cara Penatalaksanaan Karsinoma Folikuler 27 Gambar 1.4 Cara Penatalaksanaan Karsinoma Meduler 28

Gambar 1.5 Cara Penatalaksanaan Karsinoma Anaplastik 28

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup 49

LAMPIRAN 2 Ethical Clearance 50


(10)

LAMPIRAN 4 Statistiks 52

LAMPIRAN 4 Daftar Tabulasi Data 55


(11)

PROFIL KANKER TIROID DI RSUP.H.ADAM MALIK PADA JANUARI 2010 – DESEMBER 2011

Abstrak

Pendahuluan: Kanker tiroid adalah penyakit di mana sel-sel dari kelenjar tiroid menjadi abnormal, tumbuh tak terkendali, dan membentuk suatu massa sel yang disebut tumor. Sampai saat ini insidens kanker tiroid di Indonesia belum didapati, hanya saja pada registerasi patologi menempati urutan ke 9 (4%) dari 10 keganasan yang sering terjadi. Prevalensinya adalah 7,7 per 100 000 orang / tahun, dengan tingkat 11,3 per 100 000 wanita/tahun dan 4, 1 per 100 000 pria/tahun. Usia rata-rata saat diagnosis untuk kanker tiroid adalah 50 tahun. Usia, metastasis, perkembangan penyakit, ukuran massa dan jenis kelamin merupakan faktor prognosis kanker tiroid. Tujuan: Mengetahui profil kanker tiroid di RSUP.H.Adam Malik Medan dari1 Januari 2010 – 31 Desember 2011

Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif retrospective study, di mana pada penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data berdasarkan pengamatan rekam medis pasien kanker tiroid di RSUP H.Adam Malik, Medan. Hasil: Penderita kanker tiroid paling sering ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun (36,1%), wanita (77,0%), stadium klinis IV (42,6%) dan gambaran histopatologis tipe Papiler (39,3%).


(12)

PROFILE OF THYROID CANCER IN RSUP.H.ADAM MALIK FROM JANUARY 2010 – DECEMBER 2011

Abstract

Introduction: Thyroidcanceris a disease in which the cells of the thyroid gland become abnormal, grow uncontrollably, and form a mass of cells called a tumor. The incidence of thyroid cancer in Indonesia hasn’t been recorded. However, according to the pathology registration it is in the ninth order out of the 10 most common malignancies. The overall incidence of thyroid cancer is reported to be 7,7 per 100 000 persons/year with rates of 11,3 per 100 000 women/year and 4,1 per 100 000 men/year. The median age at diagnosis for cancer of the thyroid was 50 years of age. The prognostic factors of thyroid cancer include age, metastasis, extent, size and gender.

Objective: To acquire profile of thyroid cancer in RSUP H.Adam Malik Medan in January 2010 – December 2011.

Method: This is a descriptive retrospective study based on the data collected from medical records of the patients in RSUP H.Adam Malik Medan in January 2010 – December 2011.

Result: Patients with thyroid cancer are most prevalent in age group 40-49 years (36,1%), men (77,0%), stage IV (42,6%) and Papillary type from the histopathological aspect (39,3%).


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insidens kanker tiroid sampai saatini di Indonesia belum didapat, hanya saja pada registerasi patologi menempati urutan ke-9 (4 %) dari 10 keganasan tersering (Ramli.M, 2000).

Kanker tiroid adalah jenis tumor ganas endokrin yang paling umum dan menyumbang 0,90% dari kanker kelenjar endokrin(British Thyroid Association and Royal College of Physicians, 2007). Sebuah penelitian baru-baru ini melaporkan kejadian secara keseluruhan dari semua jenis kanker tiroid di Amerika Serikat sebesar 7,7 per 100 000 orang / tahun, dengan tingkat 11,3 per 100 000 wanita/tahun dan 4.1 per 100 000 pria/tahun(F.Pacini, M.G.Castagna, L.Brilli, 2012). Dari 2005-2009, usia rata-rata saat diagnosis untuk kanker tiroid adalah 50 tahun. Sekitar 1,8% didiagnosa di bawah usia 20, 15,5% antara 20 dan 34; 20,4% antara 35 dan 44; 24,3% antara 45 dan 54; 19,0% antara 55 dan 64; 11,7% antara 65 dan 74; 5,9% antara 75 dan 84 , dan 1,4% di atas 85 tahun (National Cancer Institute, 2013). Kejadian kanker tiroid juga dipengaruhi oleh ras/etnis.Tingkat karsinoma papiler yang tertinggi adalah di kalangan orang berkulit putih dan terendah di kalangan orang berkulit hitam. Ras Hispanik dan Asia memiliki kadar insidens di antara kedua kelompok, meskipun ketika dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, wanita Asia memiliki tingkat tertinggi dari setiap kelompok di Amerika Serikat (Edwin L.Kaplan, 2013).

Kanker tiroid dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu Non Medullary Thyroid Cancer sekitar 95% dan Medullary Thyroid Cancer sekitar 5%. Non Medullary Thyroid Cancer secara histologis dapat dibagi menjadi 4 subtipe yaitu, Papiler (85%), Folikuler (11%), sel Hurthle (3%) dan Anaplastik (1%) (Yeung MJ, Serpell JW, 2008).


(14)

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimanakah profil pasien kanker tiroid di RSUP.H.Adam Malik Medan dari 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui profil kanker tiroid di RSUP.H.Adam Malik Medan dari1 Januari 2010 – 31 Desember 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

• Mengetahui distribusi usia terhadap kanker tiroid di RSUP H.Adam Malik Medan.

• Mengetahui distribusi jenis kelamin terhadap kanker tiroid di RSUP H.Adam Malik Medan.

• Mengetahui distribusi stadium terhadap kanker tiroid di RSUP H.Adam Malik Medan.

• Mengetahui distribusi tipe histopatalogis terhadap kanker tiroid di RSUP H.Adam Malik Medan.

1.4 Manfaat Penilitiaan • Bagi rumah sakit

- Memberikan masukan bagi rumah sakit mengenai distribusi kanker tiroid berdasarkan usia, ras/suku, jenis kelamin, keluhan, stadium serta tipe histopatologis.

- Dapat digunakan sebagai referensi oleh rumah sakit.

- Sebagai rujukan dan pengembang keilmuan di bidang Bedah Onkologi.


(15)

• Bagi Masyarakat

- Meningkatkan kesadaran tentang kanker tiroid.

- Memberikan informasi yang lebih terperinci mengenai kanker tiroid • Bagi Peneliti

- Mengetahui distribusi kanker tiroid secara lebih terperinci. - Menambah ilmu pengetahuan tentang kanker tiroid.

- Sebagai data awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tiroid

2.1.1 Anatomi Tiroid

Kelenjar tiroid terletak di anterior leher berdekatan dengan laring, trakea, esofagus, kelenjar paratiroid, saraf laring berulang, rantai simpatis servikal, selubung karotis dan isinya(Eycleshymer AC, Schoemaker DM, 1938). Lobus lateral yang ukuran panjangnya sekitar 5cm dan meluas ke bagian pertengahan tulang rawan tiroid superior dan cincin trakea inferior yang keenam, lobus yang terhubung di garis tengah oleh isthmus di kedua cincin trakea keempat (Netter FH, 1965).

Unit fungsional kelenjar tiroid adalah folikel, yang terdiri dari satu lapisan epitel kuboid mengelilingi ruang yang berisi koloid. Folikel dipisahkan satu sama lain oleh jaringan ikat yang vaskular di mana terletaknya sel parafolikular. Serat jaringan ikat dari kapsul menembus kelenjar, memisahkan kelompok folikel menjadi lobul (Dozois RR, Beahrs OH, 1977).

Nervus rekuren laring kanan berulang sekitar arteri daerah kelenjar tiroid, saraf biasanya berada dalam posisi terlindung di alur trakeoesofageal meskipun dalam beberapa kasus mereka mungkin dalam keadaan lateral atau, lebih jarang, anterolateral ke trakea(Hunt PS, Poole M, Reeve TS, 1968).

Gambar 1.1: Anatomi Tiroid


(17)

Kelenjar tiroid adalah struktur berbentuk perisai yang terletak langsung di bawah laring di bagian tengah anterior leher. Ini terdiri dari sejumlah besar, struktur berbentuk karong yang disebut folikel.Ini merupakan unit fungsional dari tiroid.Setiap folikel dibentuk oleh satu lapisan epitel (folikel) sel dan diisi dengan substansi sekresi yang disebut koloid, yang sebagian besar terdiri dari kompleks glikoprotein-tirosin yang disebut tiroglobulin.Tiroglobulin yang mengisi folikel tiroid adalah molekul glikoprotein besar yang mengandung 140 asam amino tirosin. Dalam proses sintesis tiroid, yodium melekat pada molekul-molekul tirosin. Kedua tiroglobulin dan iodida disekresikan ke dalam folikel koloid oleh sel-sel folikel.

Kelenjar tiroid sangat efisien dalam penggunaan yodium.Penyerapan 150 sampai 200 mg iodide seharian dari makanan cukup untuk membentuk jumlah normal hormon tiroid. Dalam proses mengeluarkannya dari darah dan menyimpannya untuk penggunaan masa depan, iodida dipompa ke dalam sel folikel melawan gradien konsentrasi. Yodium (I ˉ) diangkut melintasi membran basal sel tiroid oleh protein membran intrinsik yang disebut Na ᶧ / I symporter (NIS).

Di perbatasan apikal, protein transportasi I ˉkedua yang disebut Pendrin menggerakkan yodium ke dalam koloid, di mana yodium terlibat dalam produksi hormon.NIS mendapatkan energi dari natrium (Naᶧ) / kalium (Kᶧ) - adenosine trifosfatase (ATPase), yang mendorong proses tersebut.Akibatnya, konsentrasi iodida dalam kelenjar tiroid yang normal adalah sekitar 40 kali lebih tinggi dari dalam darah.NIS dirangsang oleh TSH dan TSH reseptor-perangsang antibodi.Pendrin, dikodekan oleh gen sindrom PENDRED (PDS) dan merupakan transporter klorida dan iodida.

Setelah masuk folikel, sebagian besar iodida teroksidasi oleh enzim peroksidase tiroid (TPO) dalam reaksi yang memfasilitasi kombinasi dengan molekul tirosin untuk membentuk monoiodotirosin (MIT) dan kemudian diiodotirosine (DIT).Dua sisa diiodotirosin yang digabungkan untuk membentuk tiroksin (T₄), atau monoiodotirosin dan diiodotirosin yang digabungkan untuk membentuk sebuah


(18)

triiodotironin (T₃).Hanya T₄ (90%) dan T₃ (10%) dilepaskan ke dalam sirkulasi.Ada bukti bahwa T₃ merupakan bentuk aktif dari hormon dan T₄ diubah menjadi T₃ sebelum dapat bertindak secara fisiologis.

Hormon tiroid terikat kepada thyroxine-binding globulin(TBG) dan protein plasma lainnya untuk transportasi dalam darah.Hanya hormon bebas memasuki sel dan mengatur mekanisme umpan balik hipofisis.Hormon tiroid yang terikat dengan protein membentuk suatu lubuk penyimpanan besar yang perlahan-lahan ditarik pada saat hormon tiroid bebas diperlukan. Ada tiga protein pengikat tiroid utama: TBG, transtiretin dan albumin. Lebih dari 99% dari T₃ dan T₄diangkut dalam bentuk terikat. TBG membawa sekitar 70% dari T₃ dan T₄, transtiretin mengikat sekitar 10% dari T₄yang beredar dan jumlah yang lebih kecil dari T₃, dan albumin mengikat sekitar 15% dari T₃ danT₄ yang beredar.

Sekresi hormon tiroid diatur oleh sistem umpan balik hipotalamus-hipofisis-tiroid.Dalam sistem ini, thyrotropin-releasing hormone (TRH), yang dihasilkan oleh hipotalamus mengontrol pelepasan TSH dari kelenjar hipofisis anterior.TSH meningkatkan aktivitas keseluruhan kelenjar tiroid dengan meningkatkan kerusakan tiroglobulin dan pelepasan hormon tiroid dari folikel ke dalam aliran darah, mengaktifkan pompa iodida (dengan meningkatkan aktivitas NIS), meningkatkan oksidasi iodida dan persenyawaan iodida menjadi tirosine dan meningkatkan jumlah dan ukuran sel-sel folikel. Pengaruh TSH pada pelepasan hormon tiroid terjadi dalam waktu sekitar 30 menit, tetapi efek lain memerlukan beberapa hari atau minggu (Carol Porth, 2010).


(19)

2.2 Kanker Tiroid 2.2.1 Definisi

Kanker yang terbentuk pada kelenjar tiroid (organ di dasar tenggorokan yang membuat hormon yang membantu mengontrol detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan berat badan).Empat jenis kanker tiroid adalah papiler, folikular, meduler, dan kanker tiroid anaplastik.Keempat jenis tersebut didasarkan pada bagaimana sel-sel kanker tampak di bawah mikroskop (National Cancer Institute, 2013).

Kanker tiroid adalah penyakit di mana sel-sel dari kelenjar tiroid menjadi abnormal, tumbuh tak terkendali, dan membentuk suatu massa sel yang disebut tumor. Kanker tiroid dikelompokkan menjadi empat jenis berdasarkan jenis sel yang dilihat di bawah mikroskop.Jenis-jenis kanker tiroid adalah kanker tiroid papiler, folikel, meduler dan anaplastik (Gale Encyclopedia of Medicine, 2008).

2.2.2 Epidemiologi

Sampai saat ini insidens kanker tiroid di Indonesia belum didapati, hanya saja pada registerasi patologi menempati urutan ke 9 (4%) dari 10 keganasan yang sering terjadi (Ramli.M, 2000).

Kanker tiroid adalah jenis tumor ganas endokrin yang paling umum dan menyumbang 0,90% dari kanker kelenjar endokrin tetapi merupakan, 1% dari semua keganasan terdaftar di United Kingdom (British Thyroid Association and Royal College of Physicians, 2007). Baru-baru ini, sebuah tinjauan melaporkan kejadian secara keseluruhan dari semua jenis kanker tiroid di Amerika Serikat sebesar 7,7 per 100 000 orang / tahun, dengan tingkat 11,3 per 100 000 wanita/tahun dan 4, 1 per 100 000 pria/tahun. Di kalangan wanita, kejadian kanker tiroid papiler yang tertinggi di kalangan orang Asia, 10,96 per 100 000 wanita / tahun dan terendah di kalangan orang yang berkulit hitam, 4,9 per 100 000 wanita / tahun.Di kalangan pria, tingkat kanker tiroid papiler yang tertinggi di kalangan orang yang berkulit putih, 3,58 per 100 000 orang / tahun dan terendah di kalangan orang yang berkulit hitam, 1, 56 per


(20)

Pada tahun 2005 hingga 2009, usia rata-rata saat diagnosis untuk kanker tiroid adalah 50 tahun. Sekitar 1, 8% didiagnosis di bawah usia 20, 15,5% antara 20 dan 34; 20,4% antara 35 dan 44; 24,3% antara 45 dan 54; 19,0% antara 55 dan 64; 11,7% antara 65 dan 74; 5,9% antara 75 dan 84 , dan 1,4% di atas 85 tahun (National Cancer Institute). Kejadian kanker tiroid juga dipengaruhi oleh ras/etnis.Tingkat karsinoma papiler yang tertinggi adalah di kalangan orang yang berkulit putih dan terendah di kalangan orang yang berkulit hitam. Ras Hispanik dan Asia memiliki kadar insidens di antara kedua kelompok, meskipun ketika dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, wanita Asia memiliki tingkat tertinggi dari setiap kelompok di Amerika Serikat (Edwin L.Kaplan, 2013). Kanker tiroid adalah salah satu dari hanya beberapa kanker yang terjadi lebih sering pada wanita dibandingkan pria, dengan tingkat insiden biasanya 2-3 kali lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki di sebagian besar dunia(Parkin M, Muir CS, Whelan SL, Gao YT, Ferlay J, Powell J, 1992).

2.2.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Kankertiroid kebanyakannya disebabkan oleh 7 faktor yaitu: (i) radiasi, (ii) jenis kelamin, (iii) ras/etnik, (iv) nodul, (v) hipertiroidisme, (vi) diet, (vii) genetik.

2.2.3.1 Radiasi

Radiasi terionisasi dianggap sebagai faktor risiko utama untuk menginduksi kanker tiroid.Kelenjar tiroid sensitif terhadap radiasi eksternal dan internal dan hubungan dosis-respons yang kuat antara kejadian kanker tiroid dan radiasi dosis serap telah dilaporkan.Pengenalan terapi sinar-X antara tahun 1920 dan 1950 pada anak dengan penyakit kepala dan leher disertai dengan penyakit kulit dan akibat peningkatan dalam kanker tiroid mengungkapkan bahwa anak-anak sangat sensitif terhadap radiasi. Terapi radiasi yang diberikan pada masa bayi dan masa kanak-kanak dianggap sebagai faktor risiko independen yang kuat untuk pengembangan kanker tiroid.Hal ini mungkin disebabkan oleh proliferasi sel yang cepat pada masa


(21)

kecil.Pelaporan baru-baru ini bahwa aktifitas berkembang-biak sel-sel tiroid menurun dengan usia memberipenjelasan yang masuk akal untuk risiko tinggi terkena kanker tiroid karena radiasi di anak dibandingkan dengan orang dewasa.

Paparan radiasi akibat nuklir juga telah diidentifikasi sebagai faktor risiko utama untuk mendorong kanker tiroid, terutama pada anak-anak.Terdapat banyak bukti yang menunjukkan peningkatan insiden kanker tiroid di antara korban bom atom dan lebih jelas pada wanita muda.Sebuah hubungan dosis-respons linier yang nyata untuk nodul tiroid, baik ganasdan jinak dan diperkirakan bahwa sekitar 37% dari tumor ganas, 31% nodul jinak,dan 25% dari kista, dikaitkan dengan paparan radiasi secara rata-rata dan mediandosis 0,449 dan 0.087 Sv, masing-masing(Leonidas Duntas, Brigitte Maria Grab-Duntas, 2006)

2.2.3.2 Jenis Kelamin

Wanita lebih rentan mengalami kanker tiroid dibandingkan dengan pria. Berdasarkan Surveillance, Epidemiology and End Results (SEER)Incidence, 5, 9 per 100 000 pria dan 17, 3 per 100 000 wanita mengalami kanker tiroid (National Cancer Institute, 2012).

2.2.3.3 Ras/Etnik

Tingkat kejadian kanker tiroid paling tinggi di kalangan kulit orang berkulit putih, 6,2 per 100 000 orang / tahun dan 18,3 per 100 000 wanita / tahun (National Cancer Institute). Di antara wanita, kejadian kanker tiroid papiler yang tertinggi adalah di kalangan orang Asia, 10, 96 per 100 000 wanita / tahun dan terendah di kalangan kulit hitam, 4, 9 per 100 000 wanita / tahun.Di kalangan pria, tingkat kanker tiroid papiler yang tertinggi di kalangan kulit putih, 3, 58 per 100 000 orang / tahun dan terendah di kalangan kulit hitam, 1, 56 per 100 000 pria / tahun (F.Pacini, M.G.Castagna, L.Brilli, 2012).


(22)

2.2.3.4Nodul

Dalam kasus gondok nodular, usia dan jenis kelamin menentukan risiko kanker. Dalam sebuah penelitian terhadap 5637 pasien dengan penyakit tiroid nodular itu menunjukkan bahwa tingkat keganasan lebih kecil pada pasien yang berumur 40-60 tahun dan lebih besar pada pasien yang lebih muda dari 30 tahun atau lebih tua dari 60 tahun (Leonidas Duntas, Brigitte Maria Grab-Duntas, 2006).

2.2.3.5 Hipertiroidisme

Koeksistensi kanker tiroid dan hipertiroidisme pada pasien dengan keduanya baik dijelaskan, meskipun sifat hubungan ini adalah kontroversial.Dilaporkan kejadian kanker tiroid ditemukan pada kasus operasi untuk hipertiroid berkisar 0.21-9.0%. Insiden kanker tiroid mungkin meningkat pada pasien dengan penyakit Graves yang disajikan dengan nodul teraba, sedangkan probabilitas tinggi nodul menjadi ganas rendah, berkisar antara 1 sampai 6%(6-8), tetapi mungkin setinggi 11% pada anak-anak (European Journal of Endocrinology, 2008)

2.2.3.6 Diet

2.2.3.6.1 Kekurangan yodium

Hal ini disebabkan lebih rendah hormon tiroid diproduksi yang akibatnya menyebabkan peningkatan produksi thyroid stimulating hormone (TSH) yang menyebabkan stimulasi berlebihan dari folikel tiroid menyebabkan perkembangan penyakit tiroid nodular dan mungkin mempromosikan perubahan kanker pada sel-sel folikel (Libyan Journal of Medicine, Volume 1, 2006).

2.2.3.6.2 Goitrogen

Goitrogen yang terjadi secara alamiah merupakan zat yang dapat mengganggu fungsi kelenjar tiroid.Goitrogen mendapatkan namadari istilah "gondok," yang berarti pembesaran kelenjar tiroid. Jika kelenjar tiroid mengalami kesulitan membuat


(23)

hormon tiroid, kelenjar tiroid bisa membesar sebagai cara untuk mencoba untuk mengkompensasi produksi hormon yang tidak memadai. "Goitrogens," seperti keadaan yang menyebabkan gondok disebabkan kesulitan kelenjar tiroid dalam membuat hormonnya

Ada dua kategori umum makanan yang telah dikaitkan dengan menghambat produksi hormon tiroid pada manusia: a) Kedelai dan b) sayuran cruciferous

a) Kedelai

Termasuk dalam kategori makanan yang berhubungan dengan kedelai adalah kacang kedelai maupun ekstrak kedelai, dan makanan yang terbuat dari kedelai, termasuk tahu dan tempe. Sementara makanan kedelai berbagi banyak bahan umum.Isoflavon yang terdapat dalam kedelai dikaitkan dengan penurunan pengeluaran hormon tiroid.Isoflavon yang terjadi secara alamiah adalah zat yang termasuk keluarga nutrisi flavonoid.Kebanyakan studi penelitian dalam ilmu kesehatan telah berfokus pada sifat yang bermanfaat dari flavonoid, dan fitonutrien yang terjadi secara alamiah ini telah berulang kali terbukti sangat mendukung kesehatan.

Hubungan antara isoflavon dan penurunan fungsi tiroid adalah, pada kenyataannya, salah satu dari beberapa daerah di mana asupan flavonoid telah dipertanyakan sebagai bermasalah.Isoflavon seperti genistein muncul untuk mengurangi produksi hormon tiroid oleh aktivitas penghambatan dari enzim yang disebut tiroid peroksidase.Enzim ini bertanggung jawab untuk menambahkan yodium ke hormon tiroid.Hormon tiroid harus biasanya memiliki tiga atau empat atom yodium ditambahkan pada struktur mereka untuk berfungsi dengan baik.

b) Sayuran Cruciferous

Kategori kedua makanan yang terkait dengan penggangguan produksi hormon tiroid adalah keluarga makanan cruciferous.Makanan milik keluarga ini disebut "crucifers" dan yang termasuk adalah brokoli, kol, kubis Brussel, kubis, sawi, rutabagas, dan lobak.Isothiocyanates adalah kategori zat dalam crucifers yang telah


(24)

untuk mengurangi fungsi tiroid dengan menghambat tiroid peroksidase, dan juga mengganggu pesan yang dikirim di membran sel tiroid (Fowke, J. H.; Fahey, J. W.; Stephenson, K. K.; Hebert, J. R, 2001).

Karsinogen

Berdasarkan International Agency for Research on Cancer (IARC), yang dilabel sebagai karsinogen adalah seperti berikut:

Aflatoksin adalah kelas metabolit beracun yang dihasilkan oleh beberapa spesies jamur.Sejumlah entitas kimia tertentu yang berbeda membentuk kelas aflatoksin dan mereka umumnya hadir dalam makanan sebagai campuran.Sumber yang paling terkenal adalah Aspergillus flavus aflatoksin yang dapat menginfeksi kacang, tetapi juga menginfeksi pohon kacang dan biji-bijian.

Minuman beralkohol dari semua jenis (difermentasi dan kemudian disuling) dapat menyebabkan kanker pada manusia.Tindakan pelarut etanol mungkin relevan untuk ko-karsinogen baik dalam minuman atau komponen makanan lainnya

Ikan asin yang diproduksi di beberapa bagian Asia menggunakan metode yang muncul untuk menghasilkan produksi karsinogenik oleh produk.Beberapa karsinogen potensial telah diidentifikasi termasuk N-nitrosodimethylamine, senyawa N-nitroso lainnya.

Makanan terkontaminasi dengan polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) selama merokok, barbekue, memanggang, dan juga hadir pada konsentrasi rendah dalam minyak, kopi, sosis dan lain-lain.Di daerah-daerah dunia yang memasak makanan mereka menggunakan batubara, makanan mentah bisa terkontaminasi dari asap memasak (Christian C. Abnet, 2007)

2.2.3.7 Genetik

Sejarah keluarga merupakan faktor risiko untuk mengembangkan papillary thyroid cancer (PTC).Studi epidemiologis menunjukkan bahwa 5% dari pasien yang mengembangkan kanker tiroid dan khususnya mereka dengan PTC, memiliki


(25)

setidaknya satu relatif dengan differentiated thyroid cancer (DTC)(Leonidas Duntas, Brigitte Maria Grab-Duntas, 2006).

Karsinoma tiroid meduler boleh berbentuk familial dan berkembang pada latar belakang Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe 2a dan 2b, yang diwarisi sebagai autosomal dominan.Jenis MEN 2a termasuk karsinoma tiroid meduler, Phaeo-chromocytoma dan neoplasia paratiroid.Jenis MEN 2b termasuk karsinoma tiroid meduler, Phae-chromocytoma, penampilan marfanoid dengan beberapa neuroma mukosa lidah dan bibir serta ganglioneuromas pada saluran pencernaan.Karsinoma tiroid meduler juga dapat diwarisi sebagai Non-MEN karsinoma tiroid meduler familial atau dapat berkembang secara sporadis. Gen terlibat adalah mutasi RET proto-onkogen (Libyan Jounal of Medicine, 2006).

2.2.4 Klasifikasi dan Histopatologi 2.2.4.1 Kanker Tiroid Papiler

Tipe ini merupakan golongan terbesar dari karsinoma tiroid (hamper 80%). Umumnya tumbuh lambat, biasanya terdapat pada usia kurang dari 40 tahun dan jarang ditemukan pada anak-anak. Termasuk golongan yang berdiferensiasi baik, multisentris 85% dan didapatkan berbagai varian yang dapat juga menentukan prognosis. Varian karsinoma tiroid papiler meliputi: papiler biasa (70%), encapsulated (10%), varian folikuler (10%), tall cell (5%), diffuse sclerossing (3%) dan oxyphilic (2%). Di antara varian ini tall cell mempunyai prognosis yang buruk dan cenderung untuk rekuren dan metastasis jauh.

Gambaran makroskopisnya didapati konsistensi keras, keputihan, permukaan yang dipotong granular dengan kemungkinan kalsifikasi. Gambaran histopatologi karakteristik adalah ditemukannya struktur papiler dari sel-sel ganas, yang uniform baik ukuran maupun intinya. Kadang-kadang tipe ini disertai adanya folikuler atau psamoma bodies (40-50%) ditengah-tengah struktur yang papiler. Sel raksasa juga sering ditemukan.


(26)

Penyebaran terutama melalui system getah bening yang mula-mula ke kelenjar regional.Dapat juga bermetastasis jauh ke paru-paru atau tulang.Biasanya terdapat multisentris atau bilateral.Tumor primer atau rekuren dapat menginfiltrasi trakea atau esophagus hingga menimbulkan gejala obstruksi (Suyatno, Emir T Pasaribu, 2010).

2.2.4.2 Kanker Tiroid Folikuler

Karsinoma tiroid folikel ( FTC ) menyumbang 10-17 % dari keganasan tiroid yang telah terbukti secara klinis. Hal ini lebih sering terjadi pada wanita , dan cenderung terjadi pada pasien dalam dekade kelima. Kelangsungan hidup yang lebih baik pada wanita dan pada pasien lebih muda dari 40 tahun untuk pria dan 50 tahun untuk wanita. Pemisahan FTC dari follicular adenoma tiroid ( FTA ) didasarkan pada deteksi pembuluh darah dan / atau invasi kapsuler . Invasi vaskular hampir tidak pernah terlihat. Secara mikroskopis, pembuluhnya harus ditempatkan di dalam atau segera di luar kapsul (bukan dalam tumor ) , dan mengandung satu atau lebih kelompok sel tumor melekat pada dinding dengan tonjolan ke dalam lumen. Seringkali, fokus tumor intravaskular ditutupi oleh endotelium , dengan cara yang sama dengan yang trombus biasa. Penanda endotel , seperti CD31 , faktor VIII yang terkait antigen , dan Ulex europaeus , telah digunakan dalam mengidentifikasi invasi vaskular. Ketika invasi vaskular diidentifikasi dalam FTC , ada makna prognostik berdasarkan jumlah pembuluh yang terlibat ( < 4 atau ≥ 4 invasi vaskular ).

Secara klinis , FTC cenderung menyebar melalui aliran darah , terutama ke tulang dan paru-paru , dan jarang ke kelenjar getah bening regional. Metastasis tulang biasanya multisentrik tetapi memiliki kecenderungan untuk korset bahu , tulang dada , tengkorak , dan tulang iliaka. Metastasis ini umum pada FTC yang menunjukkan invasi vaskular yang luas , tetapi terjadi dalam pada kurang dari 5 % FTC dengan invasi vaskular minimal, dan berkembang pada kurang dari 1 % dari tumor yang didiagnosis sebagai karsinoma hanya atas dasar invasi kapsuler minimal. Tiga belas


(27)

persen dari FTC lebih kecil dari 3 cm , 19 % FTC antara 3 sampai 6 cm , dan 33 % FTC > 6 cm menunjukkan invasi vaskular. Sampai dengan 10 % dari pasien dengan folikel atau karsinoma sel Hurthle memiliki tumor yang agresif menyerang struktur di leher atau menghasilkan metastasis jauh (Xiaoqi Lin, 2010).

2.2.4.4 Kanker Tiroid Meduler

Kanker tiroid meduler merupakan hanya sekitar 5 sampai 10 persen dari semua karsinoma tiroid dan adalah sedikit lebih umum pada wanita.Ini mungkin terjadi secara sporadis atau lebih jarang, sebagai penyakit keluarga dengan pola dominan autosomal yang diwarisi.Tumor ini dapat menjadi bagian dari sindroma neoplasia endokrin ganda dan lesi paling sering dikaitkan adalah pheochromocytoma

(Block MA, Horn RC, Miller JM, Barret JL, Brush, BE, 1967).

Gejalanya bervariasi, tergantung pada apakah kanker tiroid meduler adalah bagian dari sistem endokrin.Manifestasi pertama mungkin sebuahmassa nodular yang tegas di tiroid dengan atau tanpa pembesaran kelenjar serviks.Diagnosis dikonfirmasi oleh pemeriksaan kalsitonin.Penentuan puncak respon kalsitonin tiroid pentagastrin menyediakan metode untuk menegakkan diagnosis karsinoma medullary pada anggota asimtomatik dari keluarga pasien dengan MEN 2 syndrome.Studi diagnostik

pheochromocytoma harus dilakukan pada semua pasien dengan kanker tiroid meduler.Secara mikroskopis, jenis sel bervariasi dari kecil ke bulat hingga besar dan bulat telur atau polihedral.Stroma mengandung jumlah amiloid yang berbeda (Black BM, YaDeau RE, Woolner LB, 1964).

2.2.4.3 Kanker Tiroid Anaplastik

Kasusnya jarang yakni kurang dari 5% keganasan tiroid.Perjalanan penyakit ini cepat dan biasanya fatal.Penyebaran melalui system getah bening dan bermetastasis jauh.Dalam beberapa minggu atau bulan sudah menyebabkan keluhan-keluhan akibat penekanan dan invasi karsinoma berupa gejala obstruksi pernafasan


(28)

atau obstruksi esophagus.Keadaan umum cepat menurun dan tumor cepat mengadakan metastasis jauh.Pada beberapa keadaan jenis ini berasal dari karsinoma jenis papiler yang tidak diobati atau karsinoma papiler yang telah diobati dengan radiasi.

Tipe ini secara histopatologis terdiri dari anaplastik spindle cell, giant cell dan small cell.Ketiga sel ini menunjukkan aktivitas mitosis yang tinggi, focus nekrosis yang luas dan infiltrasi yang nyata (Suyatno, Emir T Pasaribu, 2010).

2.2.5 Stadium Kanker Tiroid

Menurut American Joint Committee on Cancer’s AJCC Cancer Staging Manual, 7th edition (2010), stadium penyakit Kanker Tiroid ditentukan dengan pembahasan di bawah:

Kategori T untuk Kanker Tiroid (selain dari karsinoma anaplastik) TX : Tumor primer tidak dapat dinilai.

T0 : Tidak ada bukti tumor primer.

T1 : Tumor adalah 2 cm (sedikit kurang dari satu inci) atau lebih kecil dan belum tumbuh dari tiroid.

T1a : Tumor adalah 1 cm (kurang dari setengah inci) atau lebih kecil dan belum tumbuh luar tiroid.

T1b : Tumor lebih besar dari 1 cm tapi tidak lebih besar dari 2 cm dan belum tumbuh di luar tiroid.

T2 : Tumor lebih dari 2 cm tapi tidak lebih besar dari 4 cm (sedikit kurang dari 2 inci) ditemukan dan belum tumbuh dari tiroid.

T3 : Tumor lebih besar dari 4 cm di, atau baru saja mulai tumbuh ke jaringan di luar tiroid.

T4a : Tumor berbeda ukuran dan telah berkembang luas di luar kelenjar tiroid ke jaringan yang teledekat pada leher, seperti laring (kotak suara), trakea


(29)

(tenggorokan), esophagus (tabung yang menghubungkan tenggorokan ke perut), atau saraf ke laring. Ini juga disebut penyakit yang cukup canggih. T4b : Tumor berbeda ukuran dan telah berkembang baik ke tulang belakang

atau ke pembuluh darah besar. Ini juga disebut penyakit yang sangat maju.

Kategori T untuk kanker tiroid anaplastik

Semua kanker tiroid anaplastik dianggap tumor T4 pada saat diagnosis. T4a : Karsinoma anaplastik intratiroidal- Tumor ini masih dalam tiroid.

T4b : Karsinoma anaplastik ekstratiroidal- Tumor telah berkembang luar tiroid.

Kategori N untuk kanker tiroid

NX : Regional (di dekatnya) kelenjar getah bening tidak dapat dinilai. N0 : Kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening berhampirannya. N1 : Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening berhampirannya.

N1a : Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitar tiroid di leher (disebut pretracheal, paratrakeal, dan kelenjar getah bening prelaryngeal). N1B : Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening yang lain di leher

(disebut leher rahim) atau ke kelenjar getah bening di belakang tenggorokan (retropharyngeal) atau di dada bagian atas (superior mediastinum).

Kategori M untuk kanker tiroid M0 : Tidak ada metastasis jauh.

M1 : Kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh, seperti kelenjar getah bening jauh, organ, tulang, dll.


(30)

Tabel Stadium Kanker Tiroid berdasarkan AJCC Cancer Staging Manual, 7th edition, 2010.

Papillary or Follicular Under 45 Years

Stage I Any T Any N M0

Stage II Any T Any N M1

Papillary or Follicular 45 Years and Older

Stage I T1 N0 M0

Stage II T2 N0 M0

Stage III T3 N0 M0

T1 N1a M0

T2 N1a M0

T3 N1a M0

Stage IVA T4a N0 M0

T4a N1a M0

T1 N1b M0

T2 N1b M0

T3 N1b M0

T4a N1b M0

Stage IVB T4b Any N M0

Stage IVC Any T Any N M1

Medullary

Stage I T1 N0 M0

Stage II T2 N0 M0

Stage III T3 N0 M0

T1 N1a M0

T2 N1a M0

T3 N1a M0

Stage IVA T4a N0 M0


(31)

2.2.6 Diagnosis 2.2.6.1 Anamnesa

Pada anamnesa, kecurigaan adanya proses keganasan pada penderita dengan nodul tiroid, apabila ditemukan hal sebagai berikut:

a) Riwayat radiasi b) Pertumbuhan cepat c) Suara serak

d) Riwayat keluarga positif

e) Riwayat keluarga dengan MEN f) Gejala sumbatan jalan napas

g) Tetap membesar dengan terapi tiroksin h) Umur <20 tahun >50 tahun

T1 N1b M0

T2 N1b M0

T3 N1b M0

T4a N1b M0

Stage IVB T4b Any N M0

Stage IVC Any T Any N M1

Anaplastic

All anaplastic carcinomas are considered Stage IV.

Stage IVA T4a Any N M0

Stage IVB T4b Any N M0


(32)

2.2.6.2 Pemeriksaan Fisik 2.2.6.2.1 Inspeksi

Inspeksi: Pendekatan anterior

Pasien harus duduk atau berdiri dalam posisi yang nyaman dengan leher dalam posisi netral atau sedikit ekstensi. Cahaya silang meningkatkan bayangan, justeru, meningkatkan deteksi massa. Untuk meningkatkan visualisasi tiroid, anda dapat mengekstensikan leher, yang membentang jaringan diatasnya.Menyuruh pasien menelan seteguk air, mengawasi gerakan ke atas dari kelenjar tiroid.

Inspeksi: Pendekatan Lateral

Setelah menyelesaikan pemeriksaan anterior tiroid, amati leher dari samping. Perkirakan halus, kontur langsung dari kartilago krikoid ke suprasternal notch.Mengukur keunggulan apapun di luar kontur yang dibayangkan ini, dengan menggunakan penggaris yang ditempatkan di daerah yang menonjol.

2.2.6.2.2 Palpasi

Palpasi: Pendekatan Anterior

Pasien diperiksa dalam posisi duduk atau berdiri.Mencoba untuk menemukan

isthmus dengan meraba tiroid antara kartilago krikoid dan suprasternal notch.

Gunakan satu tangan untuk menarik sedikit otot sternokleidomastoid saat menggunakan tangan yang lain untuk meraba tiroid. Menyuruh pasien menelan seteguk air saat anda meraba dan meraba gerakan ke atas dari kelenjar tiroid

Palpasi: Pendekatan Posterior

Pasien diperiksa dalam posisi duduk atau berdiri.Berdiri di belakang pasien dan mencoba untuk menemukan isthmus dengan meraba tiroid antara kartilago krikoid dan takik suprasternal.Pindahkan tangan anda ke arah lateral dan mencoba untuk merasakan di bawah sternokleidomastoid untuk menilai keseluruhan kelenjar tiroid.Menyuruh pasien menelan seteguk air saat anda meraba, meraba gerakan ke atas dari kelenjar tiroid (Linda E. Pinsky, MD. 1997).


(33)

2.2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

2.2.6.3.1 Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)

FNAB merupakan pemeriksaan yang aman, murah dan akurat untuk evaluasi nodul tiroid. Ashcraft dan Van Herle menemukan false negative pada FNAB sebesar 2.5% dan false positive FNAB 3%. Akurasi FNAB dapat ditingkatkan bila diarahkan dengan USG dan ahli patologi yang berpengalaman. Hasil yang dilaporkan dalam dari FNAB biasa berupa: positif ganas, atipik mencurigakan keganasan, atipik condong neoplasma jinak, lesi jinak dan tidak representatif.

Wang melaporkan rerata akurasi FNAB cukup tinggi yaitu 88%-95% pada karsinoma papiler, meduler dan anaplastik.Untuk jenis karsinoma folikuler sukar ditentukan dengan FNAB ini terutama pada karsinoma folikuler invasi minimal. Hal sama juga pada kasus varian dari papiler ataupun varian dari folikuler. Pada kanker tiroid meduler secara teoritis sensitivitas FNAB ekuivalen dengan papiler, namun dalam prakteknya sitologis memerlukan adekuat indeks pada dugaan atipikal, selular dan specimen miskin koloid dengan mengerjakan diagnostik kalsitonin immunostaining.Kanker tiroid anaplastik umumnya didiagnosis FNAB namun untuk definitif diagnosis sebaiknya menggunakan histopatologi (Suyatno, Emir T Pasaribu, 2010).

2.2.6.3.2 Ultrasonography

Pemeriksaan USG dapat mendeteksi nodul 2-3mm, membedakan nodul solid atau kistik, menentukan jumlah dan letak nodul, pembesaran kelenjar getah bening, pengarah biopsy dan menilai respon terhadap terapi supresi. Insiden kista tiroid pada nodul tiroid tunggal adalah 7%-25% dan hanya 2%-3% kista yang kemudian ternyata ganas. Cady; tidak meletakkan pemeriksaan ini sebagai sarana diagnosis primer pada tiroid nodul tapi Oldhof menganjurkan pemeriksaan awal, bila hasil USG kista murni


(34)

solid dilakukan pemeriksaan scan tiroid.

Dengan berkembangnya teknologi ultrasonografi, dengan mempergunakan Doppler; kecurigaan akan keganasan dapat lebih besar apabila ditemukan tanda neovaskularisasi di dalam nodul tiroid tersebut. Menurut Worrisome, gambaran USG dari nodul tiroid yang menunjukkan keganasan meliputi: vaskularisasi intranodul, halo perifer inkomplit, hipoekogenisiti yang jelas, mikrokalsifikasi sentral, batas iregular dan servikal adenopati (Suyatno, Emir T Pasaribu, 2010).

2.2.6.3.3 Pemeriksaan potong beku dan imprint

Dengan cara ini diharapkan dapat membedakan jinak atau ganas waktu operasi berlangsung, dan sekaligus untuk menentukan tindakan operasi definitif. Salah satu masalah yang menarik dalam potong beku kelenjar tiroid adalah lesi folikuler, karena dapat ditemukan pada keganasan maupun kelainan jinak.

Lesi folikuler adalah nodul dengan folikel berukuran kecil tanpa pertumbuhan papiler.Istilah lesi folikuler dipakai pada hasil potong beku tiroid bila Ahli Patologi Anatomi tidak dapat menentukan adanya keganasan pada suatu nodul.Hasil diagnosis parafin dapat berupa nodul adenomatosa, adenoma folikuler, karsinoma folikuler dengan invasi minimal dan karsinoma papiler varian folikuler.

Ketepatan pemeriksaan potong beku 75%-83%. Kekurangan pada potongbeku kelenjar tiroid diharapkan dapat ditanggulangi dengan mengkombinasinya dengan pemeriksaan sitologi imprint karena gambaran sel individual tampak lebih jelas. Dengan kombinasi ini akurasi mencapai 90%. Pemeriksaan sitologi imprint adalah pemeriksaan yang cepat dan sederhana yang dapat dilakukan dengan dua cara:

a) Jaringan dipotong dengan pisau yang tajam lalu permukaan jaringan dikerok dengan lembut, kemudian dipulas ke kaca benda.

b) Menekan dengan lembut permukaan jaringan ke kaca benda, dengan cara ini diharapkan letak sel sesuai dengan sesungguhnya di jaringan asalnya. Sediaan kemudian dipulas dengan pewarna hematotoksilin eosin.


(35)

Kriteria adekuat bila sediaan mengandung 5 sampai 6 kelompok folikel dimana tiap kelompok mengandung 10 sel atau lebih (Suyatno, Emir T Pasaribu, 2010).

2.2.6.3.4PemeriksaanThyroglobulin[Tg]danTSH

Dalam mengevaluasi suatu nodul tiroid perlu dimulai dengan mengevaluasi status fungsi kelenjar tiroid tersebut.Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah kadarthyroid stimulating hormone (TSH), free tetraiodothyroxine (FT₄) dantriiodothyroxine (T₃).Pemeriksaan TSH merupakan langkah pertama yang sangat penting karena dapat mengetahui disfungsi dari kelenjar tiroid (Harach HR, Day ES, Zusman SB, 1991).

2.2.6.3.5 Thyroidscintigraphy

Peranan thyroid scintigraphydalam mengevaluasi nodultiroidyang tunggal sangat terbatas.Padapemeriksaan ini nodul tiroid dapat diklasifikasikan sebagai:hotnodule(hyperfungsi), cold nodule (hypofungsi) atau warmnodule

(normal). Kemungkinan ganaspadahot nodule adalah 5%, pada cold nodule

sekitar80-85% danwarm nodule sekitar 9% (LangBH,ChowSM,LoCY,etal, 2007).

2.2.6.3.6WholeBodyScan

Sebelum dilakukan Whole Body Scan (WBS), protocol yang umum dipakai; menghentikan Thyroxine selama 4-6 minggu dan pengukuran kadar Tg dan TSH dilakukan sebelum tindakan WBS. Tujuan penghentian Thyroxine adalah untuk mencapai kadar TSH di atas 25-30 mU/L karena pada kadar ini sel kanker akan menangkap iodine degan lebih baik (Benbabassat CA, Mechlish Frish S, Guttman H, et al, 2007).

2.2.6.3.7Radioisotope Thyroid Scan


(36)

dengan nodul tiroid soliter untuk mengukur kegiatannya. Isotop yang digunakan untuk pemindaian diagnostik biasanya adalah Teknesium pertecnetate (Tc 99m) atau yodium radioaktif (123i atau 131I).Hal ini juga berguna dalam gondok multinodular untuk mendeteksi keberadaan nodul yang berfungsi secara otonom. Sebuah nodul dengan kadar metabolik yang sangat aktif (nodul panas) memiliki risiko yang sangat rendah menjadi ganas. Sebuah nodul yang tidak aktif secara metabolik (nodul dingin) memiliki risiko sekitar 10-20% menjadi ganas dan risiko ini juga bergantung pada faktor-faktor lain seperti usia, jenis kelamin dan paparan sebelumnya radiasi pengion. Risiko lebih tinggi untuk orang yang sangat muda dan orang tua dan bagi laki-laki dan orang-orang dengan riwayat paparan radiasi (Libyan Journal of Medicine, Volume 1, 2006)

2.2.6.3.8 Studi Pencitraan lain

Foto toraks dapat berguna dalam mendeteksi metastasis paru pada karsinoma folikular. Kedua computerized tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat memiliki aturan yang sangat penting dalam menilai sejauh mana tumor menyebar dan keterlibatan struktur lokal di sekitar tiroid seperti laring, faring dan esofagus. Ini akan membantu dalam perencanaan pendekatan bedah dan tingkat reseksi bedah diperlukan terutamanya pada tumor tiroid besar dan luas dengan ekstensi ekstra tiroid yang melibatkan struktur penting di dekatnya (Libyan Journal of Medicine, Volume 1, 2006)


(37)

2.2.7 Penatalaksanaan

2.2.7.1 Tindakan operasi dan observasi

Menurut prorokol PERABOI 2003, pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah nodul tiroid tersebut suspek maligna atau suspek benigna.Bila nodul suspek maligna dibedakan apakah operable atau inoperable.Jika nodul inoperable dilakukan dilakukan biopsi insisi untuk pemeriksaan histopatologi secara blok paraffin, setelah ada diagnosis histopatologi selanjutnya diberikan radiasi eksterna.

Bila nodul suspek maligna operable dilakukan tindakan isthmulobektomi dengan pemeriksaan potong beku. Hasil yang didapat:

a) Lesi ganas, maka dilakukan tiroidektomi total kecuali pada karsinoma papiler risiko rendah. Papiler dengan risiko rendah dilakukan isthmulobektomi saja namun bila penderita tidak memungkinkan control rutin dianjurkan untuk total tiroidektomi.

b) Anaplastik, jika memungkinkan dilakukan tiroidektomi total bila tidak, cukup debulking dilanjutkan dengan radiasi eksterna.

c) Lesi jinak, operasi selesai dilanjutkan observasi.

d) Lesi folikuler, operasi selesai dilanjutkan observasi, jika hasil histopatologi pasca operasi lesi ganas, dilakukan observasi completion total thyroidectomy.

Tindakan isthmulobektomi ini dianjurkan dengan pertimbangan jika nantinya penderita menolak operasi kembali, tindakan tersebut dianggap sudah cukup (Suyatno, Emir T Pasaribu, 2010).

2.2.7.2 Radiasi

Terapi radiasi adalah perawatan kanker yang menggunakan sinar-x energi tinggi atau radiasi jenis lainuntuk membunuh sel kanker atau mencegah penumbuhan sel tersebut.Terdapat dua jenis terapi radiasi.Terapi radiasi eksternal menggunakan mesin diluar tubuh untuk mengirim radiasi terhadap kanker.Terapi radiasi internal


(38)

yang ditempatkan langsung ke dalam atau berhampiran dengan kanker.Cara terapi radiasi diberikan tergantung pada jenis dan stadium kanker yang sedang dirawat (American Joint Commiittee, 2010).

2.2.7.3 Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pengobatan kanker yang menggunakan obat untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh sel atau dengan menghentikan mereka dari membagi.Bila kemoterapi diambil melalui mulut atau disuntikkan ke vena atau otot, obat memasuki aliran darah dan dapat mencapai sel kanker di seluruh tubuh (sistemik kemoterapi).Bila kemoterapi ditempatkan langsung ke dalam cairan cerebrospinal, organ, atau rongga tubuh seperti perut, obat terutama mempengaruhi sel-sel kanker di daerah tersebut (kemoterapi regional). Cara kemoterapi diberikan tergantung pada jenis dan tahap kanker yang sedang dirawat (American Joint Commiittee, 2010).


(39)

Gambar 1.2: Cara Penatalaksanaan Kanker Tiroid Papiler menurut National Comprehemsive Cancer Network (NCCN)

Gambar 1.3: Cara Penatalaksanaan Kanker Tiroid Folikuler menurut National Comprehensive Cancer


(40)

Gambar 1.4: Cara Penatalaksanaan Kanker Tiroid Meduler menurut National Comprehemsive Cancer Network (NCCN)

Gambar 1.5: Cara Penatalaksanaan Kanker TiroidAnaplastik menurut National Comprehemsive Cancer Network (NCCN)


(41)

2.2.8 Prognosis

Prognosis untuk kanker dibedakan lebih baik bagi pasien yang lebih muda dari 40 tahun tanpa perpanjangan ekstrakapsular atau invasi.Usia, tampaknya menjadi faktor prognosis yang paling penting.Prognostik pentingnya status kelenjar getah bening adalah kontroversial.Satu siri bedah retrospektif dari 931 pasien yang sebelumnya tidak diobati dengan kanker tiroid berdiferensiasi menemukan bahwa jenis kelamin perempuan, multifokalitas, dan keterlibatan regional node merupakan faktor prognostik menguntungkan.Faktor samping termasuk usia yang lebih tua dari 45 tahun, histologi folikel, tumor primer lebih besar dari 4 cm, (T2-T3), ekstensi extrathyroid (T4), dan metastasis jauh.Penelitian lain., bagaimanapun, telah menunjukkan bahwa keterlibatan kelenjar getah bening regional tidak berpengaruh. Penggunaan sentinel biopsi kelenjar getah bening dapat membantu dalam mengidentifikasi pasien dengan metastasis okultisme yang mungkin manfaat dari diseksi leher sentral.

Immunostaining yang intens untuk faktor pertumbuhan endotel vaskular pada pasien dengan kanker papiler telah dikaitkan dengan tingkat tinggi kambuh lokal dan metastasis jauh Tingkat serum tiroglobulin berkorelasi kuat dengan tumor berulang saat ditemui pada pasien dengan kanker tiroid berdiferensiasi selama evaluasi pasca operasi.Tingkat serum tiroglobulin yang paling sensitif ketika pasien mengalami hipotiroid dan memiliki serum kadar TSH yang tinggi. Ekspresi gen supresor tumor p53 juga telah dikaitkan dengan prognosis buruk bagi pasien dengan kanker tiroid.

Pasien dianggap berisiko rendah pada age, metastasis, extent of disease dan

size (AMES) kriteria risiko termasuk wanita yang lebih muda dari 50 tahun dan laki-laki muda dari 40 tahun tanpa bukti metastasis jauh. Juga termasuk dalam kelompok risiko rendah adalah pasien yang lebih tua dengan tumor primer lebih kecil dari 5 cm dan kanker papiler tanpa bukti invasi ekstratiroid atau kanker folikuler tanpa invasi kapsuler besar atau invasi pembuluh darah.Menggunakan kriteria ini, sebuah penelitian retrospektif dari 1.019 pasien menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan


(42)

berisiko tinggi. Tingkat 10 tahun keseluruhan kelangsungan hidup relatif untuk pasien di Amerika Serikat adalah 93 % untuk kanker papiler, 85% untuk kanker folikel, 75% untuk kanker meduler, dan 14% untuk kanker anaplastic yang terdiferensiasi (National Cancer Institute, 2013).


(43)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep untuk penelitian tentang profil pasien kanker tiroid di RSUP H.Adam Malik Medan dari 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011 adalah seperti berikut:


(44)

3.2 Definisi Operasional

Definisi tumor adalah massa abnormal pertumbuhan sel. Tumor dapat berupa jinak atau ganas. Tumor jinak memiliki pertumbuhan sel yang tidak terkendali, tetapi tanpa invasi ke dalam jaringan normal dan tanpa penyebaran apapun. Tumor yang ganas disebut kanker dan sel-sel tumor memiliki kemampuan untuk menyerang jaringan dan menyebar secara lokal serta bagian tubuh yang jauh (Ryan P. Smith, MD, 2012)

Kanker tiroid adalah kanker kelenjar tiroid. Kelenjar ini membuat hormon tiroid, dan ditemukan di depan leher. Tumor kelenjar tiroid sering muncul sebagai benjolan di leher, yang disebut nodul.Dalam kebanyakan kasus, nodul tiroid tidak bersifat kanker.Namun, mereka yang bersifat kanker memiliki potensi untuk menyebar ke seluruh tubuh (Jennifer Hellwig MS, RD, 2012).

3.2.1 Karekteristik usia

Dikaji dengan menggunakan golongan usia yang tertera di bawah: a) Usia di bawah 20 tahun

b) Usia antara 20-29 tahun c) Usia antara 30-39 tahun d) Usia antara 40-49 tahun e) Usia antara 50-59 tahun f) Usia di atas 60 tahun

3.2.2 Jenis kelamin

Penelitian dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi jenis kelamin penderita kanker tiroid.


(45)

3.2.3 Stadium

Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi stadium kanker tiroid dari stadium I-IV.

3.2.4 Tipe Histopatologis menurut WHO

World Health Organization mengklasifikasikan Kanker Tiroid kepada 4 tipe histopatologis: Papillar, Follikular, Medular dan Anaplastik.


(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif retrospective study, di mana pada penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data berdasarkan pengamatan rekam medis pasien kanker tiroid di RSUP H.Adam Malik, Medan. Setelah itu, data tersebut digunakan untuk menilai profil pasien.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Bedah, divisi Bedah Onkologi RSUP H.Adam Malik, Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – November 2013.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita kanker tiroid yang berobat ke Departemen Ilmu Bedah, divisi Bedah Onkologi RSUP H.Adam Malik, Medan dari I Januari 2010 – 31 Desember 2011.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah semua populasi dari penelitian ini, yaitu penderita kanker tiroid yang berobat ke Departemen Ilmu Bedah, divisi Bedah Onkologi RSUP H.Adam Malik, Medan dari I Januari 2010 – 31 Desember 2011.


(47)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data bagi penelitian ini diperoleh dari sumber sekunder, yaitu rekam medis penderita kanker tiroid yang berobat ke Departemen Ilmu Bedah, divisi Bedah Onkologi RSUP H.Adam Malik, Medan dari I Januari 2010 – 31 Desember 2011. Selain itu, hal-hal yang diperlukan dicatat dan ditabulasikan, sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

4.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 4.5.1 Kriteria Inklusi:

• Semua rekam medis di poliklinik Bedah Onkologi RSUP H.Adam Malik Medan dengan diagnosa kanker tiroid.

4.5.2 Kriteria Eksklusi:


(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah sebuah rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Alamat rumah sakit tersebut yalah: Jalan Bunga Lau, No.17, Medan, 20136. RSUP H.Adam Malik mulai berfungsi dengan pelayanan rawat jalan sejak tanggal 17 Juni 1991. Mulai tanggal 2 Mei 1992, rumah sakit ini turut menyediakan pelayanan rawat inap.

RSUP.H.Adam Malik Medan berdiri sebagai rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, RSUP.H.Adam Malik Medan juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Naggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Pada tahun 1993, Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan dipindahkan ke rumah sakit ini secara resmi.

5.1.2. Proporsi Gambaran Karakteristik Penderita Kanker Tiroid

Informasi berikut ini menunjukkan karakteristik penderita kanker tiroid di Departemen Ilmu Bedah, divisi Bedah Onkologi RSUP H.Adam Malik. Mulai bulan Januari 2010 sehingga Desember 2011, terdapat 61 pasien kanker tiroid berobat ke poliklinik Bedah Onkologi RSUP H.Adam Malik.


(49)

5.1.3. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Usia

Pada penelitian ini, distribusi frekuensi penderita kanker tiroid berdasarkan usia tertera di tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Usia

Kelompok Usia N (%)

<20 1 1,6

20-29 4 6,6

30-39 8 13,1

40-49 22 36,1

50-59 14 23,0

>60 12 19,7

Total 61 100

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa kelompok usia tertinggi penderita kanker tiroid adalah 40-49 tahun yaitu sebanyak 22 orang (36,1%). Pada tingkat kedua adalah 50-59 tahun yaitu sebanyak 14 orang (23,0%) dan tingkat ketiga adalah lebih dari 60 tahun yaitu sebanyak 12 orang (19,7%) diikuti dengan kelompok usia 30-39 tahun yaitu sebanyak 8 orang (13,1%). Kelompok usia yang paling rendah adalah kelompok usia di bawah 20 tahun yaitu sebanyak 1 orang (1,6%) diikuti dengan kelompok usia 20-29 tahun yaitu sebanyak 4 orang (6,6%).


(50)

5.1.4. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada penelitian ini, distribusi frekuensi penderita kanker tiroid berdasarkan jenis kelamin tertera di tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari tabel 5.2 dapat terlihat bahwa proporsi tertinggi penderita kanker tiroid dijumpai pada wanita yaitu sebanyak 47 kasus (77,0%) sedangkan pria dijumpai sebanyak 14 kasus (23,0%).

Jenis Kelamin N (%)

Pria 14 23,0

Wanita 47 77,0


(51)

5.1.5. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Stadium

Pada penelitian ini, distribusi frekuensi penderita kanker tiroid berdasarkan stadium tertera di tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Stadium

Stadium N (%)

I 4 6,6

II 10 16,4

III 21 34,4

IV 26 42,6

Total 61 100

Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa stadium penyakit adalah stadium IV yaitu sebanyak 26 orang (42,6%) diikuti dengan stadium yang tertinggi III yaitu sebanyak 21 orang (34,4%). Stadium penyakit yang paling jarang adalah stadium I yaitu sebanyak 4 orang (6,6%). Stadium II terdapat 10 orang (16,4%).


(52)

5.1.6. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Tipe Histopatologis

Pada penelitian ini, distribusi frekuensi penderita kanker tiroid berdasarkan tipe histopatologis tertera di tabel 5.4.

Tabel 54. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Tipe Histopatologis

Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa tipe histopatologis yang paling sering dijumpai adalah tipe papiler yaitu sebanyak 24 kasus (39,3%) diikuti dengan tipe folikuler yaitu sebanyak 21 kasus (34,4%). Tipe histopatologis yang paling jarang ditemui adalah tipe medular yaitu sebanyak 2 kasus (3,3%) diikuti dengan tipe anaplastik yaitu sebanyak 14 kasus (23,0%).

Histopatologis N (%)

Papiler 24 39,3

Folikuler 21 34,4

Medular 2 3,3

Anaplastik 14 23,0


(53)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Kelompok Usia

Penelitian ini dilakukan pada 61 orang penderita kanker tiroid yang datang berobat ke RSUP H.Adam Malik Medan pada Januari 2010 sehingga Desember 2011. Berdasarkan Gambar 5.1, penderita kanker tiroid terbanyak pada penelitian ini adalah pada kelompok usia 40-49 tahun, yaitu sebanyak 36,1% dan kelompok usia 50-59 tahun yaitu sebanyak 23,0%.

Hal ini sesuai dengan sumber yang mengatakan bahwa kebanyakan pasien kanker tiroid diagnosis antara usia 35 dan 44 tahun yaitu sebanyak 24,3% dan antara usia 45 dan 54 tahun yaitu sebanyak 19,0% (National Cancer Institute).

5.2.2 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Jenis Kelamin

Dalam periode 2 tahun, jenis wanita lebih banyak dijumpai sebesar 47 (77%) dibandingkan pria sebesar 14 (23%).

Hal ini sesuai dengan sumber lain yang mengatakan bahwa keganasan ini sering ditemukan pada wanita dengan tingkat kejadian 11,3 per 100 000 wanita/tahun berbanding dengan pria yang mempunyai tingkat kejadian 4,1 per 100 000 pria/tahun (Aschebrook-Kilfoy B, Ward MH, Sabra MM, 2011).


(54)

5.2.3 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Stadium

Stadium lanjut sebanyak 47 orang (77,0%) merupakan frekuensi tersering selama dua tahun yaitu stadium IV sebanyak 26 orang (42,6%) dan stadium III sebanyak 21 orang (34,4%) sedangkan stadium dini hanya sebesar 23,0% yang terdiri dari stadium I, 4 orang (6,6%) dan stadium II, 10 orang (16,4%).

Frekuensi tersering adalah stadium lanjut karena menurut Ryan P.Smith, MD (2012), kanker tiroid biasanya asimtomatik dan kebanyakannya terdeteksi ketika melakukan pemeriksaan fisik rutin atau pemeriksaan radiologi.

5.2.4 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Kanker Tiroid Berdasarkan Tipe Histopatologis

Dari gambar di atas dapat dilihat Tipe Papiler merupakan jenis yang tersering yaitu sebanyak 24 orang (39,3%) diikuti dengan Tipe Folikuler 21 orang (34,4%) dan Tipe Anaplastik 14 orang (23,0%). Tipe yang paling jarang ditemui adalah Tipe Medular yaitu sebanyak 2 orang (3,3%).

Menurut Yeung MJ dan Serpell JW (2008), Tipe Papiler mempunyai tingkat kejadian yang tertinggi yaitu sebanyak 85% diikuti dengan Tipe Folikular 11%. Menurut sumber yang sama Tipe Meduler berada pada tingkat ketiga yaitu sebanyak 3% yaitu sebanyak diikuti dengan Tipe Anaplastik sebanyak 1%. Namun demikian, pada penelitian ini Tipe Anaplastik lebih banyak dijumpai berbanding dengan Tipe Medular. Hal ini kemungkinan besar karena kekurangan penyuluhan tentang kanker tiroid yang menyebabkan peningkatan Tipe Anaplastik yaitu tipe kanker tiroid yang paling parah.


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada penderita kanker tiroid mulai Januari 2010 – Desember 2011 didapatkan 61 orang penderita, dapat diambil kesimpulan seperti berikut:

6.1.1 Distribusi frekuensi penderita kanker tiroid menurut kelompok usia yang tertinggi terdapat pada kelompok usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 22 orang (36,1%). Kelompok usia yang paling rendah adalah kelompok usia di bawah 20 tahun yaitu sebanyak 1 orang (1,6%).

6.1.2 Distribusi frekuensi penderita kanker tiroid paling banyak dijumpai pada wanita yaitu sebanyak 47 kasus (77,0%) sedangkan pria dijumpai sebanyak 14 kasus (23,0%).

6.1.3 Distribusi frekuensi stadium klinis penderita kanker tiroid stadium IV yaitu sebanyak 26 orang (42,6%) dan terendah pada stadium penyakit yang paling jarang adalah stadium I yaitu sebanyak 4 orang (6,6%).

6.1.4 Distribusi frekuensi tipe histopatologis penderita kanker tiroid yang tertinggi adalah Tipe Papiler yaitu sebanyak 24 orang (39,3%). Tipe yang paling jarang ditemui adalah Tipe Medular yaitu sebanyak 2 orang (3,3%).


(56)

6.2 Saran

6.2.1 Data rekam medis perlu dilengkapkan dan dirapikan sehingga informasi yang ingin digali dapat dibaca dengan lebih mudah dan sempurna, misalnya yang berhubungan dengan faktor-faktor risiko kanker tiroid dan biodata penderita.

6.2.2 Pengetahuan masyarakat awam dan tenaga medis mengenai gejala klinis kanker tiroid harus dipertingkatkan supaya penderita kanker tiroid pada stadium rendah dapat dideteksi secara lebih dini.

6.2.3 Penelitian lanjutan yang berkaitan epidemiologi penyakit kanker tiroid harus dilakukan supaya penanganan terhadap penyakit ini lebih bagus sehingga pasien mempunyai prognosa yang lebih baik


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Aldinger KA, Naguib AS, Ibanez M, Hill CS: Anaplastic carcinoma of the thyroid.Cancer 41:2267, 1978.

Asher, R. Myxoedematous madness, 1949. BJM, ii:555-562.

Beaugie JM: Principles of Thyroid Surgery, Grune and Stratton, New York, 1975,p.144.

Benbabassat CA, Mechlish Frish S,Guttmann H, et al. Current Concepts in the followup of patients with differentiated thyroid cancer. Review IMAJ 2007; 9: 540-5.

Black BM, YaDeau RE, Woolner LB: Surgical treatment of thyroidal carcinomas.Arch Surg 88:610, 1964.

Block MA, Horn RC, Miller JM, Barret JL, Brush, BE: Familial medullary carcinomaof the thyroid. Ann Surg 166:403, 1967.

Block MA, Jackson CE, Tashjian AH Jr: Medullary thyroid carcinoma detected byserum calcitonin assay. Arch Surg 104:579, 1972.

British Thyroid Association and Royal College of Physicians.Guidelines for theManagementof thyroid cancer. In: Perros P (ed). Report of the Thyroid Cancer

Guidelines Update Group.Royal College of Physicians, London, 2007.

Canaris GJ, Steiner JF Ridgeway C. Do traditional symtoms of hypothyroidismcorrelate with biochemical disease? J GEN INTERN MED 1997; 12:544-550.

Christian C. Abnet,. (2007). Carcinogenic Food Contaminants.EnvironmentalCarcinogenesis. 25 (3), 189-196.

Cronin, AJ. The Citadel. (Gollancz, London), 1937, p 65-70.

de Benoist B, McLean E, Andersson M, Rogers L. Iodine deficiency in 2007: global progress since 2003.Food Nutr Bull. Sep 2008;29(3):195-202.

Dingle, PR, et al. The incidence of thyroglobulin antibodies and thyroid enlargementin a general practice in Northeast England.1966. Clin Exp


(58)

Dozois RR, Beahrs OH: Surgical anatomy and technique of thyroid and parathyroidsurgery. Surg Clin North Am 57:647-661, 1997.

Edge SB, Byrd DR, Compton CC, Fritz AG, Greene FL, Trotti A, et al. AJCC CancerStaging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer-Verlag; 2010.

Edis AJ: Surgical treatment for thyroid cancer. Surg Clin North Am 57:533, 1977Edwin L.Kaplan, MD. (2012). The acceleration in papillary thyroid cancer incidencerates is similar among racial and ethnic groups in the United States. AnnalsofSurgical Oncology.10 (1).

Eycleshymer AC, Schoemaker DM: A Cross-Sectional Anatomy, p55. New York,Appleton- Century-Crofts, 1938.

F. Pacini1, M. G. Castagna1, L. Brilli1. (2010). Thyroid cancer: ESMO ClinicalPractice Guidelines for diagnosis, treatment and follow-up.Annals of Oncology. 21(5), 214-219.

Fowke, J. H.; Fahey, J. W.; Stephenson, K. K., and Hebert, J. R. Using isothiocyanateexcretion as a biological marker of Brassica vegetable consumption inepidemiological studies: evaluating the sources of variability. Public Health Nutr.2001 Jun; 4(3):837-46.

Gale Encyclopedia of Medicine. Copyright 2008 The Gale Group, Inc. All rightsreserved.

Getahun, S. M. and Chung, F. L. Conversion of glucosinolates to isothiocyanates inhumans after ingestion of cooked watercress. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev.999 May; 8(5):447-51.

Harach HR, Day ES, Zusman SB. Occult papillary microcarcinoma of the thyroid. Apotential pitfall of fine needle aspiration cytology?.J Clin Pathol 1991; 44: 205-7.

Hawk WA, Hazard JB: The many appearances of papillary carcinoma of the thyroid.Cleveland Clin Q 43:207, 1976.

Heitham Gheriani, MD, FRCS (I), FRCS (Ed).(2006). Update on epidemiologyclassification, and management of thyroid cancer. Libyan Journal of Medicine. 1 (1),84-89.


(59)

Hunt PS, Poole M, Reeve TS: A reappraisal of the surgical anatomy of the thyroidand parathyroid glands. Br J Surg 55:63-66, 1968.

Kalliopi Pazaitou-Panayiotou, Petros Perros , Maria Boudina, George Siardos,Apostolos Drimonitis, Frideriki Patakiouta, Iraklis Vainas. (2008). Mortality fromthyroid cancer in patients with hyperthyroidism: the Theagenion Cancer Hospitalexperience. European Journal of Endocrinology.1 (1), 1.

Kilpatrick, R, Milne, JS, Rushbrooke, M, Wilson, ESB. A survey of thyroidenlargement in two general practices in Great Britain, 1963. BMJ. 1:29-34.

Lang BH, Chow SM, Lo CY, et al. Staging systems for papillary thyroid carcinoma. study of 2 tertiary referral centers. Ann Surg 2007; 246: 114-21.

Leonidas Duntas, Brigitte Maria Grab-Duntas. (2006). Risk and prognostic factors fordifferentiated thyroid cancer. Hellenic Journal of Nuclear Medicine.9 (3), p156-162.

Liggins, J.; Bluck, L. J.; Runswick, S.; Atkinson, C.; Coward, W. A., and Bingham,S. A. Daidzein and genistein contents of vegetables. Br J Nutr. 2000 Nov; 84(5):71725.

Linda E. Pinsky, MD. (1997). Physical Diagnosis

Skills. Available:http://depts.washington.edu/physdx/thyroid/tech.html. Last accessed 28th Nov2013.

MacComb WS, Fletcher GH: Cancer of the Head and Neck, Williams and Wilkins,Baltimore, 1967.

National Cancer Institute (National Institutes of Health). 9000 Rockville Pike,Bethesda, MD 20892. (800) 422-6237.

Netter FH (ed): Anatomy of the thyroid and parathyroid glands. The CIBA Collectionof Medical Illustrations, vol 4, Endocrine System and Selected Metabolic Diseases,pp 41-42, New York, CIBA, 1965.


(60)

Pacini F, Vorontsova T, Demidchik EP, et al. Post-Chernobyl thyroid carcinoma inBelarus children and adolescents: comparison with naturally occurring thyroidcarcinoma in Italy and France. J Clin Endocrinol Metab. 1997;82:3563-3569.Parkin M, Muir CS, Whelan SL, Gao YT, Ferlay J, Powell J. Cancer incidence in fivecontinents. Vol VI. Lyon: IARC Sci Publ, 1992:120.

Pinsky LE. Common thyroid disorders. In: Fihn SD, DeWitt DE, eds. Outpatientmedicine. 2nd ed. Philadelphia: WB Saunders, 1997:493-502.

Porth, Carol. (2010). Endocrine System. In: Surrena, H Essentials ofPathophysiology. 3rd ed. China: Lippincott Williams & Wilkins. p782-784.

Ramli M. Kanker tiroid, penatalaksanaan, diagnosis dan terapi.Deteksi dini kanker.Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2000.

Rational Clinical Exam: Siminoski K, Simel DL, Rennie D. Does this patient have agoiter? JAMA 1995; 273:813-817.

Sampson RJ, Woolner LB, Bahn RC, Kurland LT: Occult thyroid carcinoma inOlmstead County, Minn. Cancer 34:2072, 1974).

Suyatno, Emir T Pasaribu (2010). Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta:CV Sagung Seto. p1-34.

Thompson NW, Nishiyama RH, Harness JK: Thyroid carcinoma. Curr Prob Surg15:5, 1978.

Woolner LB: Thyroid carcinoma: Pathologic Classification with data on prognosis.Semin Nucl Med 1:481, 1971.

Xiaoqi Lin. (2010). Follicular thyroid carcinoma invades venous rather thanlymphatic vessels. Diagnostic Pathology. 1

Yeung MJ, Serpell JW. Management of the solitary thyroid nodule. The Oncologist2008; 13: 105-12.


(61)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Zanoah a/p Ganiasan

Tempat / Tanggal Lahir : Selangor, Malaysia / 29 Juli 1991

Agama : Kristen

Alamat : Jl.Dr.Mansyur, No.3A, 20155 Medan Riwayat Pendidikan :

1. Tadika Jack and Jill 2. S.K (P) Methodist Klang 3. S.M.K (P) Methodist Klang 4. Nirwana College

5. Fakultas Kedokteran USU Medan

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Departemen Mahasiswa Asing PEMA-USU 2. Anggota Kelab Kebudayaan India Malaysia (KKIM)


(62)

Kelompok Usia

N Valid 61

Missing 0

kelompok usia Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <20 1 1.6 1.6 1.6

20-29 4 6.6 6.6 8.2

30-39 8 13.1 13.1 21.3

40-49 22 36.1 36.1 57.4

50-59 14 23.0 23.0 80.3

>60 12 19.7 19.7 100.0

Total 61 100.0 100.0

Jenis Kelamin

N Valid 61

Missing 0

jenis kelamin Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid lelaki 14 23.0 23.0 23.0

perempuan 47 77.0 77.0 100.0

Total 61 100.0 100.0


(63)

N Valid 61

Missing 0

stadium Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 6.6 6.6 6.6

2 10 16.4 16.4 23.0

3 21 34.4 34.4 57.4

4 26 42.6 42.6 100.0

Total 61 100.0 100.0

Tipe Histoptologis

N Valid 61

Missing 0

Histopatologis Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid papiler 24 39.3 39.3 39.3

folikular 21 34.4 34.4 73.8

medular 2 3.3 3.3 77.0

anaplastik 14 23.0 23.0 100.0


(1)

Dozois RR, Beahrs OH: Surgical anatomy and technique of thyroid and parathyroidsurgery. Surg Clin North Am 57:647-661, 1997.

Edge SB, Byrd DR, Compton CC, Fritz AG, Greene FL, Trotti A, et al. AJCC CancerStaging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer-Verlag; 2010. Edis AJ: Surgical treatment for thyroid cancer. Surg Clin North Am 57:533,

1977Edwin L.Kaplan, MD. (2012). The acceleration in papillary thyroid cancer incidencerates is similar among racial and ethnic groups in the United States. AnnalsofSurgical Oncology.10 (1).

Eycleshymer AC, Schoemaker DM: A Cross-Sectional Anatomy, p55. New York,Appleton- Century-Crofts, 1938.

F. Pacini1, M. G. Castagna1, L. Brilli1. (2010). Thyroid cancer: ESMO ClinicalPractice Guidelines for diagnosis, treatment and follow-up.Annals of Oncology. 21(5), 214-219.

Fowke, J. H.; Fahey, J. W.; Stephenson, K. K., and Hebert, J. R. Using isothiocyanateexcretion as a biological marker of Brassica vegetable consumption inepidemiological studies: evaluating the sources of variability. Public Health Nutr.2001 Jun; 4(3):837-46.

Gale Encyclopedia of Medicine. Copyright 2008 The Gale Group, Inc. All rightsreserved.

Getahun, S. M. and Chung, F. L. Conversion of glucosinolates to isothiocyanates inhumans after ingestion of cooked watercress. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev.999 May; 8(5):447-51.

Harach HR, Day ES, Zusman SB. Occult papillary microcarcinoma of the thyroid. Apotential pitfall of fine needle aspiration cytology?.J Clin Pathol 1991; 44: 205-7.

Hawk WA, Hazard JB: The many appearances of papillary carcinoma of the thyroid.Cleveland Clin Q 43:207, 1976.

Heitham Gheriani, MD, FRCS (I), FRCS (Ed).(2006). Update on epidemiologyclassification, and management of thyroid cancer. Libyan Journal of Medicine. 1 (1),84-89.


(2)

Hunt PS, Poole M, Reeve TS: A reappraisal of the surgical anatomy of the thyroidand parathyroid glands. Br J Surg 55:63-66, 1968.

Kalliopi Pazaitou-Panayiotou, Petros Perros , Maria Boudina, George Siardos,Apostolos Drimonitis, Frideriki Patakiouta, Iraklis Vainas. (2008). Mortality fromthyroid cancer in patients with hyperthyroidism: the Theagenion Cancer Hospitalexperience. European Journal of Endocrinology.1 (1), 1.

Kilpatrick, R, Milne, JS, Rushbrooke, M, Wilson, ESB. A survey of thyroidenlargement in two general practices in Great Britain, 1963. BMJ. 1:29-34.

Lang BH, Chow SM, Lo CY, et al. Staging systems for papillary thyroid carcinoma. study of 2 tertiary referral centers. Ann Surg 2007; 246: 114-21.

Leonidas Duntas, Brigitte Maria Grab-Duntas. (2006). Risk and prognostic factors fordifferentiated thyroid cancer. Hellenic Journal of Nuclear Medicine.9 (3), p156-162.

Liggins, J.; Bluck, L. J.; Runswick, S.; Atkinson, C.; Coward, W. A., and Bingham,S. A. Daidzein and genistein contents of vegetables. Br J Nutr. 2000 Nov; 84(5):71725.

Linda E. Pinsky, MD. (1997). Physical Diagnosis

Skills. Available:http://depts.washington.edu/physdx/thyroid/tech.html. Last accessed 28th Nov2013.

MacComb WS, Fletcher GH: Cancer of the Head and Neck, Williams and Wilkins,Baltimore, 1967.

National Cancer Institute (National Institutes of Health). 9000 Rockville Pike,Bethesda, MD 20892. (800) 422-6237.

Netter FH (ed): Anatomy of the thyroid and parathyroid glands. The CIBA Collectionof Medical Illustrations, vol 4, Endocrine System and Selected Metabolic Diseases,pp 41-42, New York, CIBA, 1965.


(3)

Pacini F, Vorontsova T, Demidchik EP, et al. Post-Chernobyl thyroid carcinoma inBelarus children and adolescents: comparison with naturally occurring thyroidcarcinoma in Italy and France. J Clin Endocrinol Metab. 1997;82:3563-3569.Parkin M, Muir CS, Whelan SL, Gao YT, Ferlay J, Powell J. Cancer incidence in fivecontinents. Vol VI. Lyon: IARC Sci Publ, 1992:120.

Pinsky LE. Common thyroid disorders. In: Fihn SD, DeWitt DE, eds. Outpatientmedicine. 2nd ed. Philadelphia: WB Saunders, 1997:493-502. Porth, Carol. (2010). Endocrine System. In: Surrena, H Essentials ofPathophysiology.

3rd ed. China: Lippincott Williams & Wilkins. p782-784.

Ramli M. Kanker tiroid, penatalaksanaan, diagnosis dan terapi.Deteksi dini kanker.Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2000.

Rational Clinical Exam: Siminoski K, Simel DL, Rennie D. Does this patient have agoiter? JAMA 1995; 273:813-817.

Sampson RJ, Woolner LB, Bahn RC, Kurland LT: Occult thyroid carcinoma inOlmstead County, Minn. Cancer 34:2072, 1974).

Suyatno, Emir T Pasaribu (2010). Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta:CV Sagung Seto. p1-34.

Thompson NW, Nishiyama RH, Harness JK: Thyroid carcinoma. Curr Prob Surg15:5, 1978.

Woolner LB: Thyroid carcinoma: Pathologic Classification with data on prognosis.Semin Nucl Med 1:481, 1971.

Xiaoqi Lin. (2010). Follicular thyroid carcinoma invades venous rather thanlymphatic vessels. Diagnostic Pathology. 1

Yeung MJ, Serpell JW. Management of the solitary thyroid nodule. The Oncologist2008; 13: 105-12.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Zanoah a/p Ganiasan

Tempat / Tanggal Lahir : Selangor, Malaysia / 29 Juli 1991

Agama : Kristen

Alamat : Jl.Dr.Mansyur, No.3A, 20155 Medan

Riwayat Pendidikan :

1. Tadika Jack and Jill 2. S.K (P) Methodist Klang 3. S.M.K (P) Methodist Klang 4. Nirwana College

5. Fakultas Kedokteran USU Medan

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Departemen Mahasiswa Asing PEMA-USU 2. Anggota Kelab Kebudayaan India Malaysia (KKIM)


(5)

Kelompok Usia

N Valid 61

Missing 0

kelompok usia Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <20 1 1.6 1.6 1.6

20-29 4 6.6 6.6 8.2

30-39 8 13.1 13.1 21.3

40-49 22 36.1 36.1 57.4

50-59 14 23.0 23.0 80.3

>60 12 19.7 19.7 100.0

Total 61 100.0 100.0

Jenis Kelamin

N Valid 61

Missing 0

jenis kelamin Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid lelaki 14 23.0 23.0 23.0

perempuan 47 77.0 77.0 100.0

Total 61 100.0 100.0


(6)

N Valid 61

Missing 0

stadium Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 6.6 6.6 6.6

2 10 16.4 16.4 23.0

3 21 34.4 34.4 57.4

4 26 42.6 42.6 100.0

Total 61 100.0 100.0

Tipe Histoptologis

N Valid 61

Missing 0

Histopatologis Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid papiler 24 39.3 39.3 39.3

folikular 21 34.4 34.4 73.8

medular 2 3.3 3.3 77.0

anaplastik 14 23.0 23.0 100.0