L. Dasar Hukum Surat Tagiahan Pajak
Ketentuan yang mengatur mengenai masalah STP adalah sebagai berikut: 1.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umun dan Tata Cara Perpajakan yang telah diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007. 2.
Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor Kep-28PJ.411993 tentang Perubahan Lampiran Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-
14PJ.BT51985 tanggal 8 maret 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Surat Tagihan Pajak Penghasilan.
3. Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor Kep-05PJ.241995 tanggal 3
Februari 1995 tentang bentuk Surat Tagihan Pajak dan Surat ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Pajak Penjualan atas
barang Mewah sesuai dengan Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-18PJ.241995.
4. Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-41PJ.412001 tentang
Penerbitan Surat Tagihan Pajak STP PPh pasal 25.
M. Kegiatan Setiap Seksi Yang Terkait Dengan Penerbitan Surat Tagihan Pajak STP
Seksi yang terkait dengan penerbitan STP adalah sebagai berikut: 1.
Seksi Waskon Seksi Pengawasan dan Konsultasi bertanggung jawab untuk mengelola Surat
Setoran Pajak SSP Lembar ke-2 yang merupakan segi pembayaran atau
Universitas Sumatera Utara
bukti Wajib Pajak telah melakukan pembayaran. Seharusnya SSP lembar ke- 2 tiap hari diambil ke Kantor Pembendaharaan dan Kas Negara KPKN,
namun kurangnya tenaga pelaksana maka pengambilan SSP Lembar ke-2 sering terlambat. Setelah SSP tersebut diambil, lalu dilakukan sortasi,
perekaman, dan perekapan. Setelah perekaman dilakukan, SSP Lembar ke-2 itu nantinya akan dikirim kesetiap seksi yang membutuhkannya.
Dasar pertimbangan untuk menerbitkan STP PPh Badan adalah Surat Pemberitahuan SPT Masa yang berupa SSP Lembar ke-3 yang diterima
oleh Wajib Pajak atau dikirimkan melalui Pos dan segi pembayaran yang berupa SSP Lembar ke-2 yang diterima oleh Seksi Waskon. SSP lembar ke-
3 yang merupakan bukti pelaporan dicatat Seksi Waskon dalam buku tabelaris. Dari buku tabelaris dapat diketahui Wajib pajak yang melakukan
pembayaran dan pelaporan tepat waktu dan yang tidak tepat waktu, atau yang danatau kurang membayar. Jika diketahui wajib pajak yang
melakukan keterlambatan dan kekurangan pembayaran maupun pelaporan, maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan
atau kekurangan membayar dan denda atas keterlambatan melapor. Karena Kantor Pelayanan Pajak KPP telah melakukan Sistem Informasi
Perpajakan Modifikasi SIPMOD, maka data tabelaris dapat dilihat dikomputer dan dicocokan dengan buku tabelaris. Hal ini lebih efektif dan
memudahkan. Jika data-data dibuku tabelaris dikomputer saja, perekaman SSP Lembar ke-2 sering belum masuk di Seksi Waskon sedangkan SSP
Universitas Sumatera Utara
Lembar ke-3 sudah masuk ketika Wajib Pajak melapor ke Tempat Pelayanan Terpadu TPT.
Dari tebelaris di komputer dapat terlihat berapa pokok angsuran wajib pajak dan tanggal pembayaran dan pelaporan. Pokok angsuran Wajib Pajak tahun
lalu ataupun berdasarkan angsuran yang harus dibayar akibat pemeriksaan yaitu dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak SKP dari Kantor
Pelayanan Pajak KPP. Seksi waskon lah yang melakukan perhitungan atas penerbitan STP.
2. Seksi Pelayanan
Memiliki Kepala Seksi dan mempunyai beberapa pelaksana yang melaksanakan penerbitan yang meliputi STP, SKPKB, SKPLB, dan
SKPKBT. Oleh karena tidak jarang Nota Perhitungan yang berasal dari Seksi Waskon ditunda penerbitannya karena sibuk dengan tugas lain. Jadi
Seksi Pelayanan tugasnya mencetak Surat Tagihan Pajak STP yang akan diterbitkan.
3. Seksi Penagihan
STP Lembar ke-1, Lembar ke-2, Lembar ke-3, daftar pengantar dan lampiran daftar pengantar STP yang dikirim seksi pelayanan diterimah oleh
Seksi Penagihan dicatat pada buku pengawasan dan penagihan. Setelah itu di penagihan dikirim ke pelayanan untuk dicatat dalam Kartu Pengawasan
Tunggakan Pajak. Oleh petugas pemegang arsip dicatat dalam daftar
Universitas Sumatera Utara
pengawasan pencairan STPSKP dan disimpan menurut nomor kohir, jenis ketetapan, dan tahun pajak.
Seksi penagihan bertanggung jawab atas penerbitan STP. Wajib pajak yang melakukan pembayaran atas sanksi berupa bunga dan denda melapor
pembayaran ke Seksi Penagihan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak SSP Lembar ke-3. Lembar ke-2 SSP akan diterima oleh Seksi Penagihan
dan Seksi Waskon. Terhadap wajib pajak yang belum melakukan pembayaran setelah lewat jatuh tempo, yaitu satu bulan sejak penerbitan
STP akan dilakukan penagihan penerbitan STP akan dilakukan penagihan dengan Surat Paksa.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI