Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Motivasi Pegawai Terhadap Kinerja SKPD Pada Pemerintah Kabupaten Asahan
Lampiran 1. Hasil Pengolahan SPSS Reliabilitas Penganggaran Partisipasian Scale: ALL VARIABLES
Ite m S tati stics
,80 ,407 30
,63 ,490 30
,77 ,430 30
,73 ,450 30
,73 ,450 30
,73 ,450 30
p1 p2 p3 p4 p5 p6
Mean St d. Deviation N
Ite m-Tota l Sta tisti cs
3,60 3,007 ,518 ,821
3,77 2,599 ,674 ,789
3,63 3,068 ,432 ,837
3,67 2,644 ,723 ,779
3,67 2,644 ,723 ,779
3,67 2,851 ,560 ,814
p1 p2 p3 p4 p5 p6
Sc ale Mean if Item Deleted Sc ale Variance if Item Deleted Correc ted Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Scale Sta tisti cs
4,40 3,903 1,976 6
Mean Variance St d. Deviation N of Items Reliability Statistics
,805 6
Cronbach's
Alpha N of Items
Case Processing Summary
30 100,0 0 ,0 30 100,0 Valid Excludeda Total Cases N %
Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.
(2)
Motivasi Pegawai Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Ca se P rocessing Sum ma ry
30 100,0
0 ,0
30 100,0
Valid Ex cludeda
Total Cases
N %
Lis twis e deletion based on all variables in the procedure. a.
Reliability Statistics
,880 29
Cronbach's
(3)
Item Statistics
,87 ,346 30
,80 ,407 30
,77 ,430 30
,70 ,466 30
,70 ,466 30
,70 ,466 30
,77 ,430 30
,83 ,379 30
,67 ,479 30
,77 ,430 30
,63 ,490 30
,77 ,430 30
,70 ,466 30
,80 ,407 30
,77 ,430 30
,63 ,490 30
,77 ,430 30
,80 ,407 30
,73 ,450 30
,80 ,407 30
,73 ,450 30
,67 ,479 30
,73 ,450 30
,77 ,430 30
,63 ,490 30
,77 ,430 30
,63 ,490 30
,77 ,430 30
,87 ,346 30
m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7 m8 m9 m10 m11 m12 m13 m14 m15 m16 m17 m18 m19 m20 m21 m22 m23 m24 m25 m26 m27 m28 m29
(4)
Item-Total Statistics
20,67 66,713 ,472 ,952
20,73 66,340 ,452 ,952
20,77 64,047 ,765 ,949
20,83 64,902 ,583 ,951
20,83 64,902 ,583 ,951
20,83 66,420 ,377 ,953
20,77 66,461 ,407 ,952
20,70 65,528 ,624 ,951
20,87 65,154 ,532 ,951
20,77 64,530 ,692 ,950
20,90 63,748 ,704 ,950
20,77 64,047 ,765 ,949
20,83 65,523 ,498 ,952
20,73 64,754 ,699 ,950
20,77 64,530 ,692 ,950
20,90 63,748 ,704 ,950
20,77 64,047 ,765 ,949
20,73 66,202 ,473 ,952
20,80 65,476 ,525 ,951
20,73 65,513 ,580 ,951
20,80 63,614 ,792 ,949
20,87 65,292 ,513 ,952
20,80 63,614 ,792 ,949
20,77 64,047 ,765 ,949
20,90 63,748 ,704 ,950
20,77 64,530 ,692 ,950
20,90 63,748 ,704 ,950
20,77 64,047 ,765 ,949
20,67 66,851 ,447 ,952
m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7 m8 m9 m10 m11 m12 m13 m14 m15 m16 m17 m18 m19 m20 m21 m22 m23 m24 m25 m26 m27 m28 m29
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
Scale Sta tisti cs
21,53 69,499 8,337 29
(5)
Reliabilitas Kinerja SKPD Scale: ALL VARIABLES
Ca se P rocessing Sum ma ry
30 100,0
0 ,0
30 100,0 Valid
Ex cludeda
Total Cases
N %
Lis twis e deletion based on all variables in the procedure. a.
Reliability Statistics
,913 9
Cronbach's
Alpha N of Items
Ite m S tati stics
,67 ,479 30
,73 ,450 30
,70 ,466 30
,67 ,479 30
,70 ,466 30
,70 ,466 30
,80 ,407 30
,77 ,430 30
,63 ,490 30
k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9
Mean St d. Deviation N
Item-Total Statistics
5,70 8,562 ,467 ,919
5,63 7,964 ,762 ,899
5,67 7,747 ,824 ,894
5,70 7,597 ,861 ,891
5,67 7,885 ,764 ,898
5,67 7,747 ,824 ,894
5,57 8,530 ,592 ,910
5,60 8,386 ,614 ,909
5,73 8,202 ,591 ,911
k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
Scale Sta tisti cs
6,37 10,102 3,178 9
(6)
(7)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Y X1 X2
N 75 75 75
Normal Parametersa,,b Mean 449.95 300.00 1499.88 Std. Deviation 57.361 43.070 147.762 Most Extreme Differences Absolute .085 .109 .083
Positive .066 .109 .053
Negative -.085 -.064 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .734 .940 .713
Asymp. Sig. (2-tailed) .654 .339 .689
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(8)
Pengujian Hipotesis
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -3.902 1.836 -2.125 .034
X1 689 .152 449 4.537 .000 .750 1.555
X2 .340 .109 307 3.128 .002 .750 1.555
a. Dependent Variable: Kinerja SKPD
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .683a .468 .454 1.47837
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.902 1.836 -2.125 .036
X1 .689 .152 .449 4.537 .000
X2 .340 .109 .307 3.128 .002
(9)
(10)
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, Khairul M., 2008. “Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Motivasi terhadap
Kinerja Manejerial pada PT. Siantar Top Tbk. Cabang Medan”, Skripsi
Akuntasi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Garrison, Ray H. dan eric W.Noreen, 2000. Akuntansi Manajemen, Edisi Bahasa
Indonesia, Buku 1, Terjemahan Budi Santoso, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Djalil, Muslim A., dan Fazli Syam, 2006. “Pengaruh Orientasi Profesional terhadap Konflik Peran: Interaksi Antara Partisipasi Anggran dan Penggunaan Anggaran sebagai Alat Ukur Kinerja dengan OrientasiManajerial (Suatu Penelitian Empiris pada Pengaruh Tinggi Negeri dan Swasta di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam)”, Simposium Nasional Akuntansi LX Padang,
23-26 Agustus 2006
Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Edisi I, Cetakan Pertama, Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bronell, P. and McInnes, M. 1986. “Budgetary Participation, motivation, and
manajerial performance”. The Accounting Review, Vol. 61, No. 4
Deliana, 2004. Pengaruh Partisipasi Anggran terhadap Kinerja Manajerial dan
Kepuasan Kerja dengan gaya Kepemimpinan dan Persepsi Ketidakpastian Lingkungan sebagai Variabel Moderator, tesis Magister Akuntansi universitas Sumatera Utara.
Herminingsih. 2009. Pengaruh Partisipasi dalam Penganggaran dan Peran
Manajerial Pengelola Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Demak). Tesis Akutansi Universitas Diponegoro. Semarang
Falikhatun, 2007, Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi dam Group
Cohesiveness dalam Hubungan antara Partisipasi Penganggaran dan Budgetary Slack, Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar
Ikhsan, Arfan, Muhammad Ishak, 2005. Akuntansi Keprilakuan, Edisi 1, Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku
Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi,
(11)
Kumorotomo, Wahyudi dan Erwan Agus Purwanto, 2005. Anggaran Berbasis Kinerja, Konsep dan Aplikasinya, Edisi 1, Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mahoney, T.A.,T.H. Jerdee & s.J Karrol. 1963. Development of Manajerial
Performance : A Research Approach Cincinatti: South Western Publishing. Luthas, fred, 2006. Perilaku Organisasi, Edisi 10, Terjemahan Vivin Andhika
Yuwono, Shekar Purwanti, Th. Arie Prabawati, dan Winong Rosari, ANDI, Yogyakarta.
Lesmana, D., 2011. Pengaruh Penganggaran Partisipatif, Sistem Pengukuran
Kinerja dan Kompensasi Insentif terhadap Kinerja Manajerial Perguruan Tinggi Swasta di Palembang. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akutansi. Vol. 1 No. 3
Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Public, Edisi Pertama, ANDI, Yogyakarta.
---, 2004. Otonomi & Managemen Keuangan Daerah, Edisi Pertama, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Milani. 1975. “The Relationship of Participation in Budget Setting to Industrial Supervior Performance and Attitudes: A Field Study”, Accounting Review , April P.274-284
Nafarin, M, 2004. Penganggaran Perusahaan, Edisi Pertama, Salemba Empat,
Jakarta.
Nasution, R., 2009. “Pengaruh partisipasi anggaran terhadap prestasi manajer pusat pertanggungjawaban dengan motivasi sebagai variabel mediating”. Jurnal tidak dipublikasikan. Faculty of Economic, University of Sumatra Utara. Nordiawan, Deddy, 2006. Akuntansi Sektor Publik, Edisi Pertama, Salemba Empat,
Jakarta.
Sinambela, Elizar, 2003, Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran
Terhadap Kinerja Manajerial, Tesis S2 Program Pasca sarjana Universitas Sumatra Utara, Medan
Ompusunggu, K.B. dan I.R. Bawono. 2007. “Pengaruh Partisipasi Anggaran dan
Job Relevant Information (JRI) terhadap Informasi Asimetris”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, Vol. 08, No. 01, Februari 2007
Nugroho, Buono Agung, 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, Edisi Pertama, ANDI, Yogyakarta.
(12)
Nurcahyani, K., 2010. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi Sebagai variabel Interventing. Skripsi fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang Oktavia, Diyah, 2009. “ Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi
terhadap Kinerja manejerial pada PT. POS INDONESIA (Persero) Medan”,
Skripsi Akuntansi , Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Pramestyaningtyas, Arisa Hayu, 2011. “Pengaruh Partisipasi anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Organisasi dan Motivasi Sebagai Variabel Intervening”(Studi Kasus Pada 15 Perusahaan di Kota Semarang), Skripsi Akuntasi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Refikha, Essy. 2009. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi
terhadap Kinerja SKPD pada Pemerinta Kota Binjai. Skripsi Akuntansi
Universitas Sumatera Utara
Republic Indonesia, 2003. Undang-undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara.
---, 2006. Keputusan Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
---, 2007. Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan Nomor 23
Tahun 2007 Tentang APBD Tahun Anggaran 2008.
Riyadi, S. 2000. “Motivasi dan Pelimpahan Wewenang Sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manejerial”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 3, No. 2, Hal 134-150.
Riharjo, Ikhsan Budi, 2001, Pengaruh Struktur Organisasional dan Locus of Control terhadap Hubungan antara Penganggaran Partisipatif dengan Kinerja Manajerial dan Kepuasan Kerja, Tesis S2 Program Pasca sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Robbins, Stephen P., 2002. Perilaku Organisasi, Edisi Kedelapan, Buku 1 dan 2 Terjemahan Halida dan Dewi, Erlangga, Jakarta.
---, 2006. Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Buku 1dan 2 Terjemahan Halida dan Dewi, Indeks, Jakarta.
Yuwono, Sony, Tengku Agus Indrajaya, dan Hariyandi, 2005. Penganggaran Sektor Publik, Edisi Pertama. Cetakan Pertama, Banyumedia Publishing, Jatim.
(13)
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis, Edisi Kesepuluh, Cetakan Kesepuluh, CV. Alfabeta, Bandung.
(14)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum
4.1.1. Sejarah Singkat Pemerintah Kabupaten Asahan
Asahan adalah sebuah daerah (kabupaten) dalam wilayah (Provinsi) Sumatera Utara. Pusat pentadbiran Kabupaten Asahan adalah Tanjung Balai yang berjarak ± 130 KM dari Medan, Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara. Sampai tahun 1946, Asahan merupakan salah satu Kesultanan Melayu yang struktur kerajaannya tidak jauh berbeda dari struktur negeri-negeri Melayu di Semenanjung Malaka pada masa itu. Namun pada tahun 1946, sistem kerajaan di Asahan telah digulingkan oleh sebuah pergerakan anti kaum bangsawan dalam sebuah revolusi berdarah yang dikenal sebagai Revolusi Sosial. Kesultanan-kesultanan yang ada di Sumatera Timur seperti Deli, Langkat, Serdang, Kualuh, Bilah, Panai dan Kota Pinang juga mengalami nasip serupa.
Sejarah awal asahan dimulai ketika Perjalanan Sultan Aceh “Sultan Iskandar Muda” ke Johor dan Malaka pada tahun 1612 dapat dikatakan sebagai awal dari Sejarah Asahan. Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai, yang kemudian dinamakan ASAHAN. Perjalanan dilanjutkan ke sebuah “Tanjung” yang merupakan pertemuan antara sungai Asahan dengan sungai Silau, kemudian bertemu dengan Raja Simargolang. Di tempat itu juga, Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai “Balai” untuk tempat menghadap, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan.
(15)
Perkembangan daerah ini cukup pesat sebagai pusat pertemuan perdagangan dari Aceh dan Malaka, sekarang ini dikenal dengan “Tanjung Balai”.
Dari hasil perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan salah seorang puteri Raja Simargolang lahirlah seorang putera yang bernama Abdul Jalil yang menjadi cikal bakal dari kesultanan Asahan. Abdul Jalil dinobatkan menjadi Sultan Asahan I. Pemerintahan kesultanan Asahan dimulai tahun 1630 yaitu sejak dilantiknya Sultan Asahan yang I s.d. XI. Selain itu di daerah Asahan, pemerintahan juga dilaksanakan oleh datuk-datuk di Wilayah Batu Bara dan ada kemungkinan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Tanggal 22 September 1865, kesultanan Asahan berhasil dikuasai Belanda. Sejak itu, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Belanda.
Kekuasaan pemerintahan Belanda di Asahan/Tanjung Balai dipimpin oleh seorang Kontroler, yang diperkuat dengan Gouverments Besluit tanggal 30 September 1867, Nomor 2 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang berkedudukan di Tanjung Balai dan pembagian wilayah pemerintahan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Onder Afdeling Batu Bara 2. Onder Afdeling Asahan
3. Onder Afdeling Labuhan Batu.
Kerajaan Sultan Asahan dan pemerintahan Datuk-Datuk di wilayah Batu Bara tetap diakui oleh Belanda, namun tidak berkuasa penuh sebagaimana sebelumnya. Wilayah pemerintahan Kesultanan dibagi atas Distrik dan Onder Distrik yaitu:
(16)
2. Distrik Kisaran.
3. Distrik Bandar Pulau dan Onder Distrik Bandar Pasir Mandoge.
Sedangkan wilayah pemerintahan Datuk-datuk di Batu Bara dibagi menjadi wilayah Self Bestuur yaitu:
1. Self Bestuur Indrapura 2. Self Bestuur Lima Puluh 3. Self Bestuur Pesisir
4. Self Bestuur Suku Dua ( Bogak dan Lima Laras ).
Pemerintahan Belanda berhasil ditundukkan Jepang (tanggal 13 Maret 1942), sejak saat itu Pemerintahan Fasisme Jepang disusun menggantikan Pemerintahan Belanda. Pemerintahan Fasisme Jepang dipimpin oleh Letnan T. Jamada dengan struktur pemerintahan Belanda yaitu Asahan Bunsyu dan bawahannya Fuku Bunsyu Batu bara. Selain itu, wilayah yang lebih kecil di bagi menjadi Distrik yaitu Distrik Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei Kepayang. Pemerintahan Fasisme Jepang berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 dan 17 Agustus 1945 Kemerdekaan Negara Republik Indonesia diproklamirkan. Sesuai dengan perkembangan Ketatanegaraan Republik Indonesia, maka berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia Wilayah Asahan di bentuk pada bulan September 1945. Pada saat itu pemerintahan yang di pegang oleh Jepang sudah tidak ada lagi, tapi pemerintahan Kesultanan dan pemerintahan Fuku Bunsyu di Batu Bara masih tetap ada. Tanggal 15 Maret 1946, berlaku struktur pemerintahan Republik Indonesia di Asahan dan wilayah Asahan di pimpin oleh Abdullah Eteng sebagai
(17)
kepala wilayah dan Sori Harahap sebagai wakil kepala wilayah, sedangkan wilayah Asahan dibagi atas 5 (lima) Kewedanan, yaitu.
1. Kewedanan Tanjung Balai 2. Kewedanan Kisaran
3. Kewedanan Batubara Utara 4. Kewedanan Batubara Selatan 5. Kewedanan Bandar Pulau.
Kemudian setiap tahun tanggal 15 Maret diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Asahan.
Pada Konferensi Pamong Praja se-Keresidenan Sumatera Timur pada bulan Juni 1946 diadakan penyempurnaan struktur pemerintahan, yaitu:
1. Sebutan Wilayah Asahan diganti dengan Kabupaten Asahan 2. Sebutan Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Bupati 3. Sebutan Wakil Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Patih
4. Kabupaten Asahan dibagi menjadi 15 (lima belas ) Wilayah Kecamatan terdiri dari: a. Kewedanan Tanjung Balai dibagi atas 4 (empat) Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Tanjung Balai
Kecamatan Air Joman
Kecamatan Simpang Empat
Kecamatan Sei Kepayang
b. Kewedanan Kisaran dibagi atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Kisaran
(18)
Kecamatan Buntu Pane
c. Kewedanan Batubara Utara terdiri atas 2 (dua) Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Medang Deras
Kecamatan Air Putih
d. Kewedanan Batu Bara Selatan terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu:
Kecamatan Talawi
Kecamatan Tanjung Tiram
Kecamatan Lima Puluh
e. Kewedanan Bandar Pulau terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Bandar Pulau
Kecamatan Pulau Rakyat
Kecamatan Bandar Pasir Mandoge.
Berdasarkan keputusan DPRD-GR Tk. II Asahan No. 3/DPR-GR/1963 Tanggal 16 Pebruari 1963 diusulkan ibukota Kabupaten Asahan dipindahkan dari Kotamadya Tanjung Balai ke kota Kisaran dengan alasan supaya Kotamadya Tanjung Balai lebih dapat mengembangkan diri dan juga letak Kota Kisaran lebih strategis untuk wilayah Asahan. Hal ini baru teralisasi pada tanggal 20 Mei 1968 yang diperkuat dengan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1980, Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 28, Tambahan Negara Nomor 3166.
Pada tahun 1982, Kota Kisaran ditetapkan menjadi Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1982, Lembaran Negara Nomor 26 Tahun 1982. Dengan adanya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 821.26-432
(19)
tanggal 27 Januari 1986 dibentuk Wilayah Kerja Pembantu Bupati Asahan dengan 3 (tiga) wilayah Pembantu Asahan, yaitu :
1. Pembantu Bupati Wilayah-I berkedudukan di Lima Puluh meliputi : a. Kecamatan Medang Deras
b. Kecamatan Air Putih c. Kecamatan Lima Puluh d. Kecamatan Talawi
e. Kecamatan Tanjung Tiram
2. Pembantu Bupati Wilayah-II berkedudukan di Air Joman meliputi : a. Kecamatan Air Joman
b. Kecamatqan Meranti c. Kecamatan Tanjung Balai d. Kecamatan Simpang Empat e. Kecamatan Sei Kepayang
3. Pembantu Bupati Wilayah-III berkedudukan di Buntu Pane meliputi: a. Kecamatan Buntu Pane
b. Kecamatan Bandar Pasir Mandoge c. Kecamatan Air Batu
d. Kecamatan Pulau Rakyat e. Kecamatan Bandar Pulau
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 4 Tahun 1981 dan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1983 tentang
(20)
Pembentukan, Penyatuan, Pemecahan dan Penghapusan Desa di Daerah Tingkat II Asahan telah dibentuk 40 ( empat puluh) Desa Persiapan dan Kelurahan Persiapan sebanyak 15 (lima belas) yang tersebar dibeberapa Kecamatan, yang peresmian pendefinitifan-nya dilaksanakan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara pada tanggal 20 Pebruari 1997, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 146/2622/SK/Tahun 1996 tanggal 7 Agustus 1996.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 138/ 814.K/Tahun 1993 tanggal 5 Maret 1993 telah dibentuk Perwakilan Kecamatan di 3 (tiga) Kecamatan, masingmasing sebagai berikut :
1. Perwakilan Kecamatan Sei Suka di Kecamatan Air Putih 2. Perwakilan Kecamatan Sei Balai di Kecamatan Tanjung Tiram 3. Perwakilan Kecamatan Aek Kuasan di Kecamatan Pulau Rakyat.
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Asahan no. 323 tanggal 20 September 2000 dan Peraturan Daerah Kabupaten Asahan no. 28 tanggal 19 September 2000 telah menetapkan tiga kecamatan perwakilan yaitu Kecamatan Sei Suka, Aek Kuasan dan Sei Balai menjadi kecamatan yang Definitif. Kemudian berdasarkan Peraturan Bupati Asahan Nomor 9 Tahun 2006 tanggal 30 Oktober 2006 dibentuk 5 (lima ) desa baru hasil pemekaran yaitu :
- Desa Tomuan Holbung, pemekaran dari desa Huta Padang, Kec. BP Mandoge - Desa Mekar Sari, pemekaran dari desa Pulau Rakyat Tua, Kec. Pulau Rakyat - Desa Sipaku Area, pemekaran dari desa Simpang Empat, kec. Simpang Empat - Desa Sentang, pemekaran dari desa Lima Laras, kec. Tanjung Tiram
(21)
- Desa Suka Ramai, pemekaran dari desa Limau Sundai, kec. Air Putih.
Pada pertengahan tahun 2007 berdasarkan Undang-undang RI Nomor 5 tahun 2007 tanggal 15 Juni 2007 tentang pembentukan Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Asahan dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Asahan dan Batu Bara. Wilayah Asahan terdiri atas 13 kecamatan sedangkan Batu Bara 7 kecamatan. Tanggal 15 Juni 2007 juga dikeluarkan keputusan Bupati Asahan Nomor 196-Pem/2007 mengenai penetapan Desa Air Putih, Suka Makmur dan Desa Gajah masuk dalam wilayah Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. Sebelumnya ketiga desa tersebut masuk dalam wilayah kecamatan Sei Balai Kabupaten BatuBara, namun mereka memilih bergabung dengan Kabupaten Asahan.
4.1.2. Visi dan Misi Kabupaten Asahan VISI KABUPATEN ASAHAN :
“Terwujudnya Asahan yang Religius, Sehat, Cerdas, dan Mandiri”
MISI KABUPATEN ASAHAN :
1. Menata dan mengelola pemerintahan yang amanah, bersih, dan berwibawa
secara akuntabel dan transparan dengan berorientasi pada pelayanan prima untuk mendorong percepatan pembangunan.
2. Mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam
mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) secara optimal berbasis keimanan dan ketaqwaan (imtaq) kepada Tuhan Yang Maha Esa
(22)
3. Meningkatkan pembangunan kesehatan, infrastruktur, sarana dan prasarana lainnya secara merata dalam rangka mendorong terwujudnya masyarakat yang sehat dan mandiri
4. Mengembangkan pola pembangunan yang partisipatif, proaktif, kreatif dan inovatif dengan menjadikan masyarakat yang cerdas sebagai basis utama pelaku pembangunan di tengah kompetisi global
5. Mengelola kemajemukan masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai budaya
dan memelihara kearifan lokal, guna mendukung proses pembangunan yang berwawasan lingkungan.
6. Mendorong terciptanya penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)
untuk menciptakan keamanan, ketertiban, dan keadilan bagi masyarakat.
4.1.3. Keadaan Geografis
Asahan merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Asahan berada pada 2003’00”-
3026’00" Lintang Utara, 99001-100000 Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 1.000 m di
atas permukaan laut. Kabupaten Asahan menempati area seluas 371.945 Ha yang terdiri dari 25 Kecamatan, 176 Desa/Kelurahan Definitif. Wilayah Kabupaten Asahan di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Labuhan Batu dan Toba Samosir, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.
Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kabupaten Asahan termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan
(23)
biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.
Menurut catatan Stasiun Klimatologi PTPN III Kebun Sei Dadap, pada tahun 2007 terdapat 132 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 2.150 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan September yaitu 342 mm dengan hari hujan sebanyak 12 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan Maret sebesar 8 mm dengan hari 3 hari. Rata-rata curah hujan tahun 2007 mencapai 179,17 mm/bulan.
Wilayah pesisir Asahan pada umumnya datar dengan kemiringan lereng 0 – 3%. Pada daerah berbukit di sebelah Barat Daya, umumnya merupakan wilayah bergelombang dengan kemiringan 3 – 8 %. Dataran pesisir Asahan merupakan dataran rendah dengan elevasi 0 – 200 m. Pesisir pantai terdapat di Timur Laut, sementara wilayah Barat Daya merupakan tempat titik-titik tertingginya, sehingga wilayah tersebut melereng dari Barat Daya ke Timur Laut.
Pada wilayah Kecamatan Bandar Pasir Mandoge terdapat Dk. Haboko yang merupakan pegunungan memanjang dari Selatan ke Utara yang memiliki lereng terjal, sementara di sebelah Barat Daya juga terdapat kelurusan gunung dengan arah yang sama dengan tebing terjal juga (wilayah pada Kecamatan Bandar Pasir Mandoge yang bukan merupakan pesisir Asahan). Sementara diantara pegunungan dan Dk. Haboko merupakan wilayah dataran. Hal tersebut mengindikasikan bahwa daerah tersebut mempunyai struktur lipatan dengan lapisan-lapisan batuan keras dan lunak.
Wilayah pesisir Asahan merupakan dataran yang sering mengalami banjir, baik yang disebabkan arus sungai maupun laut. Hal tersebut membentuk beberapa
(24)
jenis dataran, antara lain: dataran pantai, dataran banjir, dataran rawa, dataran tanah bencah dan delta. Banjir yang sering terjadi juga menyebabkan suburnya wilayah ini karena endapan aluvial yang terbawa banjir ke dataran. Karena itu banyak wilayah yang dimanfaatkan sebagai daerah perkebunan besar di kawasan ini.
Dataran pantai merupakan dataran yang dibentuk oleh wilayah laut yang muncul ke darat. Dataran ini membentuk pantai yang landai yang makin lama makin meninggi. Sebagian pantai merupakan rawa dan tanah bencah, karena sering terjadi pasang di wilayah tersebut yang menyebabkan tanah berair dan membentuk rawa. Dataran rawa juga terbentuk di muara-muara sungai, di daerah pertemuan sungai dan penyempitan sungai.
Perbukitan di wilayah pesisir Asahan tidak banyak dijumpai. Daerah berbukit terdapat di bagian Barat Daya, yaitu Kecamatan Bandar Pasir Mandoge dan Kecamatan Bandar Pulau. Ketinggiannya hanya mencapai ± 200 m. Bukit tersebut memiliki lereng yang landai, kecuali Dk. Haboko yang merupakan bukit memanjang dan memiliki lereng yang terjal dengan kemiringan 30 – 50%. Secara umum bukit-bukit tidak memperlihatkan pola yang teratur, karena merupakan bukit-bukit-bukit-bukit tua yang sudah dikikis arus sungai. Kikisan arus sungai tersebut membentuk bukit-bukit kecil berlereng landai yang tidak berpola.
Wilayah pesisir Asahan merupakan pesisir di laut pedalaman, berbatasan dengan Selat Malaka. Arus laut mengalir di sepanjang pantai dari Utara ke Selatan atau sebaliknya, bukan merupakan arus yang tegak lurus pantai. Karena itu, daya kikis yang dimiliki air laut tidak begitu kuat. Sementara bentuk dataran yang sangat
(25)
landai dan sungai-sungai tua yang lebar menunjukkan bahwa wilayah Asahan sangat dipengaruhi oleh pengikisan dan pengendapan aliran sungai dibanding arus laut.
Pada umumnya sungai yang terdapat di wilayah pesisir Asahan mempunyai pola dendritik. Hal ini disebabkan oleh bentuk wilayahnya yang melereng dari arah Barat Daya ke Timur Laut. Sungai-sungai muda terdapat di bagian Barat Laut yang mengalir seperti cabang-cabang pohon ke induk sungainya. Induk-induk sungai tersebut mengalami proses pengikisan dan pengendapan dan beralih menjadi sungai dewasa dan tua di sebelah Timur Laut. Hampir semua induk-induk sungai tersebut mengalir ke Sungai Asahan yang merupakan sungai tua di bagian Timur Laut.
Sungai Asahan merupakan sungai terbesar di wilayah pesisir Asahan. Sungai
ini memiliki meanders besar, banyak endapan di tengah sungai, hampir tanpa kecepatan, gradien kecil, dan lembah sungai yang lebar, yaitu sampai ± 1 km di daerah muaranya. Sungai ini sering mengakibatkan banjir karena mengalir di daerah datar dan memiliki banyak pertemuan dengan sungai dewasa dan sungai tua lain yang mengalir sebagai anak sungainya, sehingga membentuk delta sungai yang merupakan dataran banjir dan rawa di wilayah pertemuan sungai tersebut dengan laut.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Analisis Deskriptif a. Partisipasi Anggaran
Pada Tabel 4.1 berikut ini akan ditampilkan distribusi jawaban responden terhadap menyajikan variabel Partisipasi Anggaran (X1).
(26)
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel Partisipasi penyusunan anggaran (X1)
No Item n Minimum Maximum Rata-Rata SD
1 75 1 6 2,28 1,112
2 75 1 5 2,09 1,025
3 75 1 6 2,31 1,139
4 75 1 5 2,24 1,046
5 75 1 5 2,01 1,095
6 75 1 7 2,39 1,402
Sumber : Data Primer diolah Peneliti 2013
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa.
1. Berdasarkan tabel diatas, dari 75 responden yang berkaitan dengan seberapa besar unsur keterlibatan pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam proses penyusunan anggaran. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 6, dengan rata-rata 2,28, bahwa para pegawai menunjukkan keterlibatan yang tinggi dalam mengikuti penyusunan anggaran
2. Berdasarkan tabel diatas, dari 75 responden yang berkaitan dengan seberapa besar masuk akal alasan pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan revisi anggaran. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 5, dengan rata-rata 2,09, bahwa para pegawai menunjukkan keterlibatan yang tinggi terhadap penyusunan anggaran.
3. Berdasarkan Tabel diatas, dari 75 responden yang berkaitan dengan seberapa sering pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan memberikan usulan kepada atasan. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 6, dengan rata-rata 2,31. Ini menunjukkan bahwa para pegawai menunjukkan keterlibatan yang tinggi terhadap penyusunan anggaran.
(27)
4. Bedasarkan tabel diatas, dari 75 responden yang berkaitan dengan seberapa banyak pengaruh pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam penyelesaian akhir. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 5, dengan rata-rata 2,24. Ini menunjukkan bahwa para pegawai menunjukkan keterlibatan yang tinggi terhadap penyusunan anggaran.
5. Berdasarkan tabel diatas, dari 75 responden yang berkaitan dengan seberapa unsur kontribusi pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam proses penyusunan anggaran. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 5, dengan rata-rata 2,01. Ini menunjukkan bahwa para pegawai menunjukkan keterlibatan yang tinggi terhadap penyusunan anggaran.
6. Berdasarkan tabel diatas, dari 75 responden yang berkaitan dengan seberapa sering para pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan meminta pendapat dari atasan. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 7, dengan rata-rata 2,39. Ini menunjukkan bahwa para pegawai menunjukkan keterlibatan yang tinggi terhadap penyusunan anggaran
b. Motivasi Pegawai (X2)
Pada Tabel 4.2 berikut ini akan ditampilkan distribusi jawaban responden terhadap menyajikan variabel Motivasi Pegawai (X2).
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Motivasi Pegawai (X2)
Indikator Item n Minimum Maximum
Rata-Rata
SD
Prestasi Pertanyaan1 75 3 7 6,40 0,818
Kerja Pertanyaan2 75 3 7 6,09 0,900
(28)
Pertanyaan4 75 2 7 6,46 0,841
Pertanyaan5 75 2 7 6,40 0,938
Pengaruh Pertanyaan6 75 4 7 6,15 0,821
Pertanyaan7 75 3 7 6,15 0,821
Pertanyaan8 75 2 7 6,18 0,815
Pertanyaan9 75 4 7 6,01 0,590
Pertanyaan10 75 3 7 6,30 0,888
Pengendalian Pertanyaan11 75 5 7 6,04 0,589
Pertanyaan12 75 5 7 6,66 0,538
Pertanyaan13 75 3 7 6,06 0,776
Pertanyaan14 75 5 7 6,43 0,657
Pertanyaan15 75 5 7 6,24 0,653
Ketergantungan Pertanyaan16 75 3 7 6,48 0,766
Pertanyaan17 75 5 7 6,34 0,565
Pertanyaan18 75 2 7 5,66 0,914
Pertanyaan19 75 2 7 5,07 0,974
Pengembangan Pertanyaan20 75 5 7 6,06 0,600
Pertanyaan21 75 4 7 6,25 0,785
Pertanyaan22 75 4 7 5,87 0,736
Pertanyaan23 75 4 7 5,82 0,575
Pertanyaan24 75 3 7 5,82 0,815
Afiliasi Pertanyaan25 75 5 7 6,25 0,612
Pertanyaan26 75 2 7 5,03 1,507
Pertanyaan27 75 1 7 4,70 1,467
Pertanyaan28 75 2 7 4,69 1,328
Pertanyaan29 75 1 7 6,06 0,833
Berikut ini deskripsi Tabel 4.2 mengenai statistik deskriptif variabel motivasi pegawai.
1. Berdasarkan tabel diatas, Pertanyaan 1 sampai dengan 5, dari 75 responden menunjukkan seberapa baik penilaian para pejabat SKPD dalam prestasi kerja. Rata-rata jawaban responden melebihi 6, yang menunjukkan bahwa para pejabat SKPD menunjukkan prestasi yang baik dalam bekerja. Standar deviasi juga tidak ada yang melebihi nilai jawaban rata-rata responden.
(29)
2. Berdasarkan tabel diatas, Pertanyaan 6 sampai dengan 10, dari 75 responden menunjukkan seberapa baik penilaian para pejabat SKPD tentang memberikan pengaruh. Rata-rata jawaban responden melebihi 6, yang menunjukkan bahwa para pejabat SKPD menunjukkan bahwa para manajer memberikan pengaruh yang kuat. Standar deviasi juga tidak ada yang melebihi nilai jawaban rata-rata responden.
3. Berdasarkan tabel diatas, pertanyaan 11 sampai dengan 15, dari 75 responden menunjukkan seberapa baik penilaian para pejabat SKPD dalam pengendalian. Rata-rata jawaban responden melebihi 6, yang menunjukkan bahwa para pejabat SKPD menunjukkan bahwa para pejabat SKPD baik dalam pengendalian. Standar deviasi juga tidak ada yang melebihi nilai jawaban rata-rata responden.
4. Berdasarkan tabel diatas, Pertanyaan 16 sampai dengan 19, dari 75 responden menunjukkan seberapa baik penilaian para pejabat SKPD tentang ketergantungan. Rata-rata jawaban responden melebihi 6, yang menunjukkan bahwa para pejabat SKPD menunjukkan bahwa para pejabat SKPD memiliki ketergantungan yang tinggi. Standar deviasi juga tidak ada yang melebihi nilai jawaban rata-rata responden.
5. Berdasarkan tabel diatas, pertanyaan 20 sampai dengan 24, dari 75 responden menunjukkan seberapa baik penilaian para pejabat SKPD dalam pengembangan. Rata-rata jawaban responden melebihi 5 sampai 6, yang menunjukkan bahwa para pejabat SKPD sangat sering melakukan rencana dan
(30)
melakukan pengembangan-pengembangan. Standar deviasi juga tidak ada yang melebihi nilai jawaban rata-rata responden.
6. Berdasarkan tabel diatas, pertanyaan 25 sampai dengan 29, dari 75 responden menunjukkan seberapa baik penilaian para pejabat SKPD dalam afiliasi. Rata-rata jawaban responden melebihi 4 sampai 5, yang menunjukkan bahwa para pejabat SKPD sering ataupun selalu memahami perasaan dan menjalin hubungan baik antar sesama.
c. Kinerja SKPD (Y)
Pada Tabel 4.3 berikut ini akan ditampilkan distribusi jawaban responden terhadap menyajikan variabel Kinerja SKPD (Y).
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Variabel Kinerja SKPD (Y)
No Item N Minimum Maximum Rata-Rata SD
Kinerja 1 75 4 9 6,60 0,954
Kinerja 2 75 4 9 6,55 1,004
Kinerja 3 75 5 8 6,34 0,863
Kinerja 4 75 3 9 6,48 0,990
Kinerja 5 75 5 8 6,40 0,719
Kinerja 6 75 5 9 6,43 0,857
Kinerja 7 75 4 9 6,48 0,975
Kinerja 8 75 4 8 6,13 0,851
Kinerja 9 75 4 9 6,69 0,957
Berikut deskripsi Tabel 4.3 mengenai statistik deskriptif variabel kinerja SKPD.
1. Berdasarkan tabel diatas, pertanyaan pertama dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam proses penyusunan anggaran. Jawaban terendah adalah 4, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 6,60.
(31)
Ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. Nilai.
2. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan kedua dari 75 responden yang berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan investigasi. Jawaban terendah adalah 4, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 6,55. Ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi.. 3. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan ketiga dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa baikkemampuan para pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan koordinasi. Jawaban terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 8, dengan rata-rata 6,34. Ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. 4. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan keempat dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan evaluasi. Jawaban terendah adalah 3, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 6,48. Ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi.. 5. Bersarkan tabel diatas, Pada pertanyaan kelima dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan pengawasan. Jawaban terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 8, dengan rata-rata 6,40. Ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi.
(32)
6. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan keenam dari 75 responden yang berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD
di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan staffing. Jawaban
terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 6,43. Ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. 7. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan ketujuh dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan negoisasi. Jawaban terendah adalah 4, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 6,48. Ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. 8. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan kedelapan dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan perwakilan. Jawaban terendah adalah 4, jawaban tertinggi adalah 8, dengan rata-rata 6,13. Ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi. 9. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan kesembilan dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam mengevaluasi kinerja secara menyeluruh. Jawaban terendah adalah 4, jawaban tertinggi adalah 8, dengan rata-rata 6,69. Ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi.
(33)
4.2.2. Analisis Statistik
4.2.2.1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogorv-Smirnov.
1. Pendekatan Grafik
Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik histogram dan grafik normal plot yang membandingkan antara dua observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.
Gambar 4.1
(34)
Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa data distribusi normal karena grafik mengikuti garis diagonal yang tidak melenceng ke kiri atau ke kanan.
Gambar 4.2
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2013
Pada gambar 4.2 menunjukkan grafik normal p-plot menunjukkan data berdistribusi normal. Titik disekitar garis diagonal serta penyebarannya mendekati garis diagonal.
2. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov
Uji Normalitas dengan grafik bisa saja terlihat berdistribusi normal, padahal secara statistic tidak berdistribusi normal. Berikut inipengujian normalitas yang berdasarkan uji statistic non paranetik kolmogorv – Smirnov (K – S) untuk memastikan apakah data benar berdistribusi normal.
(35)
Tabel : 4.4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Y X1 X2
N 75 75 75
Normal Parametersa,,b Mean 449.95 300.00 1499.88 Std. Deviation 57.361 43.070 147.762 Most Extreme Differences Absolute .085 .109 .083
Positive .066 .109 .053
Negative -.085 -.064 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .734 .940 .713
Asymp. Sig. (2-tailed) .654 .339 .689
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2013
Berdasarkan Tabel 4.4 Terlihat bahwa Y nilai Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0,654, data X1 sebesar 0,339 dan data X2 sebesar 0,689. Karena nilai signifikansi masing-masing variabel lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel berdistribusi normal.
(36)
Uji Heteroskedastisitas ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari suatu variabel spengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai X dan Y. Apabila ada pola tertentu itu, maka telah terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Sumber : Hasil pengolahan SPSS 2013
Dari grafik Scatterplot diatas dapat dilihat bahwa titik – titik menyebar scara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu serta tersebar dengan baik
(37)
diatas amaupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, pada peneltian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasititas pada model regresi sehingga regresi layak dipakai.
c. Uji Multikoliniertitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah variabel pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Apabila terjadi multikolinearitas, maka dapat dikatakan variabel-variabel bebas ini orthogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantaranya sama dengan nol. Hasil pengujian terhadap multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel : 4.5
Uji nilai Tolerance dan VIF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -3.902 1.836 -2.125 .034
X1 689 .152 449 4.537 .000 .750 1.555
X2 .340 .109 307 3.128 .002 .750 1.555
a. Dependent Variable: Kinerja SKPD
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa variabel independen memiliki nilai tolerance < 0,1 yaitu nilai tolerance untuk partisipasian penganggaran
(38)
0,750 dan motivasi pegawai 0,750. Kemudian nilai VIF kedua variabel tersebut < 10 yaitu untuk partsipasian penganggaran 1,555 dan motivasi pegawai 1,555. Jadi dapat disimpulkan bahwa antara variabel independen ini tidak ada terjadi gejala multikolinearitas.
4.2.2.2Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Paartisipasian penganggran dan motivasi pegawai terhadap variabel terikat yaitu kinerja SKPD
Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Penjelasan dari hasil pengolahan SPSS akan ditunjukan pada tabel 4. Berikut :
Tabel : 4.6
Analisis Regresi Linier Berganda
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2013
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.902 1.836 -2.125 .036
X1 .689 .152 .449 4.537 .000
X2 .340 .109 .307 3.128 .002
(39)
Berdasaarkan hasil pengolahan data yang ditunjukkan dalam tabel 4.6 Maka diperoleh persamaan hasil regresi linier berganda sebagai berikut.
Y = b0 + b1X1 + b2X2 Y’= -3.902 + 0,109 + 0,184
a. Konstanta b0 = -3,902
Artinya jika Penganggaran partisipasian dan Motivasi pegawai nilainya adalah 0, maka kinerja SKPD nilainya sebesar -3.902
b. Koefisien b1 = 0.689
Artinya jika Penganggaran partisipasian ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka kinerja SKPD akan meningkat sebesar 0.689
c. Koefisien b2 = 0.340
Artinya jika Motivasi pegawai ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka kinerja SKPD akan meningkat sebesar 0.340
4.2.2.3 Uji Hipotesis
a. Uji Signifikan Simultan ( Uji-F)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel terikat.
Untuk menentukan nilai F, maka diperlukan adanya derajat bebas pembilang dan derajat bebas penyebut, dengan langkah - langkah sebagai berikut.
(40)
b. Mencari F-tabel dengan cara menetukan tingkat kesalahan (α) dan menentukan derajat kebebasan.(df).
c. Mencari nilai F-hitung dengan menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 17.0 for windows.
d. Menentukan kriteria pengambilan keputusan.
H0 diterima bila F-hitung < F-tabel atau H0 diterima apabila signifikansi F >
(α).
Ha diterima bila F-hitung > F-tabel atau Ha diterima, apabila nilai signifikasi F <
(α)
Tabel 4.7
Uji Signifikan Simultan ( Uji-F )
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 649.003 2 32.450 12.933 .000a
Residual 178.151 71 2.509
Total 243.052. 73
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2013
Pada tabel 4.7 Dapat dilihat bahwa hasil peroleh F-hitung pada kolom F yakni sebesar 12.933 dengan tingkat signifikan = 0,0000 lebih besar dari nilai Ftabel yakni
3,97 , dengan tingkat kesalahan α = 5% atau dengan kata lain F-hitung > F-tabel ( 12.933 > 3,97).
Dari output di atas dapat dilakukan uji F untuk pengambilan keputusan berdasarkan Signifikansi. Dapat diketahui bahwa signifikansi kurang dari 0,05 (0,000
(41)
< 0,05) maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa Penganggaran partisipasian dan
Motivasi pegawai secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja SKPD.
b. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara parsial (individu) terhadap variasi variabel dependen.
Tabel 4.8
Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2013
Berdasarkan tabel 4. Dapat dilihat bahwa : 1. Variabel partisipasian (X1)
Nilai t-hitungvariabel partisipasi Anggaran adalah 4,537 dan nilai t-hitung 1,993 maka t-hitung > t-tabel (4,537 > 1,993) sehingga dapat disimpulkan, bila bergerak secara parsial, penganggaran partisipasian berpengaruh positif terhadap kinerja SKPD dengan tingkat signifikan variabel independen (0,000 < 0,05).
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.902 1.836 -2.125 .036
X1 .689 .152 .449 4.537 .000
X2 .340 .109 .309 3.128 .002
(42)
2. Variabel Motivasi Pegawai (X2)
Nilai t-hitungvariabelmotivasi pegawai adalah 3.128 dan nilai t-hitung 1,993 maka t-hitung > t-tabel (3,128 > 1,993) sehingga dapat disimpulkan, bila bergerak secara parsial, penganggaran partisipasian berpengaruh positif terhadap kinerja SKPD dengan tingkat signifikan variabel independen (0,002 < 0,05).
4.2.2.4. Pengujian Koefisien Determinan (R²)
Pengujian koefisien determinan (R²) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien determinan berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R² ≥ 1 ). Nilai R² semak in mendekati 1 berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan semakin kecil R² berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.
Tabel 4.9
Pengujian Koefisien Determinan (R²)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .683a .468 .454 1.47837
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Sumber : Hasil proses SPSS
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa.
nilai R2 (R-Square) adalah 0,466. Jadi sumbangan pengaruh dari variabel
(43)
factor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Kemudian Adjusted R Square sebesar 0,454 berarti 45,4% variabel kinerja SKPD dapat dijelaskan oleh partisipasi anggaran sedangkan sisanya 54,6% dapat dijelaskan oleh variabel – variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, kemudiam standart Error of Estimated adalah sebesar 1.47837 dimana semakin kecil angka standart deviasi maka akan membuat model regresi semakin baik.
4.3. Pembahasan
Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS sebelumnya menunjukkan nilai Adjust R Square terhadap kinerja SKPD sebesar 0,466 atau sebesar 46,6% yang tercantum pada tabel 4.9, sedangkan sisanya 53,4% dijelaskan oleh factor lain. Kinerja SKPD merupakan hal yang penting dalam pembangunan daerah. Kinerja SKPD harus di pertanggungjawaban yang dipimpin oleh seorang kepala satuan kerja dan bertanggung jawab atas entitasnya, misalnya : dinas kesehatan, dinas kependudukan dan catatan sipil, dinas pendidikan, dinas pemuda dan olah raga, Bappeda, dan lainnya.
Dari hasil Pengujian secara simultan (Uji-F) Dapat diketahui bahwa Penganggaran partisipasian dan Motivasi pegawai secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Hal ini ditunjukkan oleh F-hitung sebesar 12.933 yang mana nilainya lebih besar dari F-tabel 3,97 (12,933 > 3,97) seperti yang tercantum pada tabel 4.7.
Dari hasil uji-t dapat disimpulkan, bila bergerak secara parsial, penganggaran partisipasian berepengruh positif terhadap kinerja SKPD karena t-hitung lebih besae
(44)
dari t-tabel (4,537 > 1,993) dengan tingkat signifikan variabel independen (0,00 < 0,05), sedangkan motivasi pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja SKPD karena t-hitung lebih besar dari t-tabel (3,128 > 1,993) dengan tingkat signifikan variabel independen 0,002 < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian secara parsial untuk motivasi pegawai, Ha diterima sedangkan untuk penganggaran partisipasian, Ha juga diterima..
Hasil penelitian ini mendukung teori agensi bahwa sebagai agen yang melaksanakan tugas- tugas dari masyarakat, pihak yang terlibat dalam perencanan dan pelaksanaan anggaran mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan amanat dari masyarakat. Hasil uji hipotesis memperkuat hasil penelitian Riharjo (2001) bahwa interaksi antara penganggaran partisipatif dan struktur desentralisasi organisasi secara signifikan mempengaruhi kinerja manajerial. Herminingsih (2009) meyatakan ada pengaruh positif signifikan partisipasi dalam penganggaran terhadap kinerja pemerintah daerah. Semakin tinggi partisipasi dalam penganggaran maka akan semakin meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Becker dan Green dalam Ikhasn dan Ishak (2005) bahwa jika partisipasi diterapkan dalam situasi tidak tepat justru dapat menurunkan motivasi dan usaha pegawai untuk mancapai usaha organisasi. Situasi tidak tepat ini dapat disebabkan karena merencanakan, dan mengelola anggaran di Pemerintahan sudah diterapkan standar jumlahnya sesuai peraturan pemerintah daerah. Selain itu, tidak adanya reward ataupun pemberian bonus kepada pegawai mengakibatkan pegawai tidak terpacu untuk berpartisipasi secara sepenuh hati.
(45)
Secara parsial, hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan Sinambela (2003) yang menyatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Ini dapat terjadi karena sampel yang diambil oleh Sinambela (2003) adalah dekan-dekan perguruan tinggi swasta di Medan sedangkan penelitian ini menggunakan sampel pegawai pemkab Asahan.
(46)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah penganggaran partisipasian dan motivasi pegawai memiliki pengaruh terhadap kinerja SKPD di Kabupaten Asahan. Disini dihubungkan dua variabel independen dengan satu variabel dependen. Sampel yang dipilih sebanyak 75 SKPD di Kabupaten Asahan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik uji F, uji-t, dan kOefisien determinan setelah sebelumnya dilakukan uji kualitas data dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian yang ditemukan diungkapkan di bawah ini.
1. Ada pengaruh positif signifikan penganggaran partsisipasian terhadap kinerja SKPD di Kabupaten Asahan. Semakin tinggi partsisipasi penyusunan anggaran maka akan semakin meningkatkan kinerja SKPD. Hasil penelitian ini secara parsial sejalan dengan Penelitian ini sejalan dengan penelitian Deliana (2004) yang menemukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Refikha (2009) yang menyatakan bahwa partisipasi anggran tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah..
2. Ada pengaruh positif signifikan motivasi pegawai terhadap terhadap kinerja SKPD di Kabupaten Asahan. Semakin tinggi motivasi yang diberikan kepada pegawai maka akan semakin tinggi pula kinerja SKPD pemerintah Kabupaten Asahan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitain Batubara (2008) yang menyatakan terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja manejerial.
(47)
5.2. Keterbatasan Penelitain
Peneliti menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan dari penelitian ini. 1. Penelitian yang digunakan berdasarkan self rating sehingga hasilnya dapat
tidak objektif. Penggunaan kuesioner dapat menyebabkan respons bias dari responden akibat ketidakjujuran maupun responden tidak serius dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan.
2. Variabel independen yang dimasukkan dalam penelitian ini hanya sedikit
yaitu penganggaran partisipasian dan motivasi pegawai.
5.3. Saran
1. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan masukan terhadap penyusunan anggran yang lebih baik di amsa yang akan datang, juga memberikan informasi mengenai pentingnya motivasi pegawai terhadap kinerja SKPD. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian lebih lanjut, terutama bagi peneliti yang melakukan penelitian yang berkaitan dengan penganggaran partisipasian dan motivasi pegawai yang lebih sempurna dan komperehensif.
2. Menambah jumlah sampel yang diteliti dari Pemerintah Kabupaten Asahan, yaitu dapat mengambil sampel dari seluruh SKPD. Dengan demikian, diharapkan tingkat generalisasi dari analisis akan lebih akurat.
3. Memperluas variabel independen, dependen, moderating, intervening, yang memiliki kemungkinan untuk berpengaruh terhadap kinerja SKPD.
(48)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan teoritis
2.1.1 Anggaran
2.1.1.1Pengertian Anggaran
Menurut Garrison, Norren and Brewer (2007:4) Anggaran adalah rencana terperinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya selama suatu periode waktu tertentu. Dalam sebuah organisasi besar penganggaran boleh jadi merupakan proses yang terus menerus bagi organisasi yang besar dan telah matang (mature) dengan tingkat perasional yang relative stabil dalam jangka panjang, anggaran merupakan dokumen formal yang sangat terperinci. Anggaran dikaitkan denga perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Jadi apabila anggaran dihubungkan dengan fungsi dasar manajemen maka anggaran meliputi fungsi perencanaan, mengarahkan, mengorganisasi dan mengawasi setiap satuan dalam bidang-bidang organisasional. Untuk itu perlu waktu yang lama dalam menyiapkan suatu anggaran agar tersedia tepat di periode tahun berikutnya dan disetujui semua pihak.
Peraturan pemerintah No.24 Tahun 2005, “anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode”. Sumber lain menyebutkan, “Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang
(49)
dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu .” M.Nafarin (2004:12)
2.1.1.2Fungsi Anggaran
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama menurut Mardiasmo (2004:122) antara lain sebagai : alat perencanaan, pengendalian, kebijakan fiscal, alat politik, koordinasi dan komunikasi, penilai kinerja, serta alat motivasi.
a. Anggaran sebagai Alat Perencanaan ( Planing tool )
Anggaran sebagai alat perencanaan berfungsi untuk merecanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.
b. Anggaran sebagai Alat Pengendalian ( Control tool )
Anggaran sebagai alat pengendalian digunakan untuk menghindari adanya overspending, underspending dan salah sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian anggaran pada setiap kegiatan.
c. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal ( Fiscal tool )
Anggaran sebagai alat kebijakan fiscal pemerintah digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
d. Anggaran sebagai Alat Politik ( political tool )
Pada sector public, anggaran merupakan alat politik sebagai bentuk
komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana public untuk kepentingan tertentu.
(50)
e. Anggaran sebagai Alat Koordinator dan Komunikasi ( Coordination and communication tool )
Anggaran public merupakan alat koordinasi antar pegawai dalam organisasi pemerintahan. Disamping itu, anggaran harus dikomunikasikan keseluruhan bagian organisasi untuk dilaksanakan.
f. Anggaran sebagai Alat Penilai Kinerja ( performance measurenment tool ) Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja berdasarkan berapa yang berhasil dicapai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan.
g. Anggaran sebagai Alat Motivasi ( motivation tool )
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi pegawai-pegawai agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
h. Anggaran sebagai Alat Menciptakan Ruang Publik (public sphere)
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan DPR/DPRD. Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran publik.
2.1.1.3 Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
Partisipasi anggaran adalah proses yang menggambarkan individu-individu yang terlibat dalam penyusunan anggran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran tersebut (Falikhatun, 2007). Kenis dan Djalil (2006) medefinisikan partisipasi sebagai “luasnya manajer yang terlibat dalam penyiapan anggran dan
(51)
besarnya pengaruh manajer terhadap budget goals unit organisasi yang menjadi tanggungjawabnya.” Berdasarkan definisi di atas, partisipasi anggran dapat diartikan sebagai keikutsertaan manajer dalam penyusunan anggran.
Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri nomor 13 tahun 2006 membuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang dilaksakan oleh tim anggaran eksekutif bersama-sama unit organisasi perangkat daerah atau unit kerja. Secara umum dapat diterangkan bahwa anggaran daerah disusun berdasarkan rencana kerja daerah yang telah disusun baik rencana kerja jangka panjang (RPJP), rencana kerja jangka menengah ((RPJM), rencana kerja pembangunan daerah (RKPD). Pada tingkat SKPD, anggaran juga disusun berdasarkan rencana jangka menengah SKPD yang sering disebut renstra SKPD. Renstra SKPD dan RKPD menjadi acuan bagi SKPD untuk menyusun rencana kerja (renja) SKPD. Renstra SKPD disusun dengan cara rapat para anggota SKPD serta mengacu kepada RPJP dan RPJM baik nasional maupun daerah. Satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau pengguna barang. Menurut Kepmendagri No. 13 Tahun 2006, pasal 10, Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c mempunyai tugas, yaitu.
a) Menyusun RKA-SKPD,
b) Menyusun DPA-SKPD,
c) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
(52)
d) Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya
e) Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
f) Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak
g) Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan,
h) Menandatangani SPM
i) Mengelola utang dan piutang yang menjasi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinnya
j) Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya
k) Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya
l) Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya
m) Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya
berdasarkan kuasa yang dililpahkan oleh kepala daerah, dan
n) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah.
Selanjutnya, pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimakksud dalam pasal 10 dapat melimpahkan sebagian/seluruh kewenangannya kepada unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang. Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut sebelumnya berdasarkan pertimbanagan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja,lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
(53)
Garrison et. al. (2000:347), menyatakan bahwa.
Arah aliran data anggaran suatu system partisipatif berawal dari level tanggung jawab yang lebih rendah kepada level tanggung jawab yang lebih tingggi. Setiap orang mempunyai tanggung jawab atas pengendalian biaya harus menyusun estimasi anggarannya sendiri dan kemudian menyerahkannya kepada level manajemen yang lebih tinggi. Estimasi tersebut kemudian direview dan dikonsolidasikan dalam gerakannya kearah level manajemen yang lebih tinggi.
Dokumen pelaksanaan anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pendapatan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran. PPA adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah disepakati dengan DPRD. Rencana kerja dan anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. Pengguna anggaran adalah pejabat pemegang kewenanagan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.
2.1.1.4 Pengaruh Penganggaran Partisipasian Terhadap Kinerja SKPD
Partisipasi dalam penyusunan anggran pada awalnya dilakukan dengan tujuan untuk menghindari perilaku disfungsional yang mungkin timbul dari beban anggran yang harus dipertanggungjawabkan oleh manajer. Oleh sebab itu, anggran partisipatif
(54)
diharapkan dapat mencegah perilaku disfungsional tersebut, sehingga harusnya anggran partisipatif dapat memberikan pengaruh baik terhadap kinerja manajer. Namun ternyata, anggaran partisipatif juga memiliki kelemahan. Ecker dan Green menemukan bahwa jika pertisipasi tidak diterapkan secara benar, partisipasi dapat merusak motivasi dan menemukan kemampuan untuk mencapai sasaran organisasi (Siegel dan Marconi dalam Djalil, 2006).
Partisipasi dianggap sebagai sarana aktualisasi yang terbaik untuk para pekerja dalam rangka meningkatkan diri mereka kepada masing-masing tanggung jawab atau tugas yang diemban. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:87),
Partisipasi anggaran memilki dampak positif karena dua alasan yaitu :
a. Kemungkinan anggaran ada penerimaan yang lebih besar atas cita-cita anggaran jika anggaran dipandang berada dalam kendali pribafi pegawai dibandingkan bila secara eksternal
b. Hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah pertukaran informasi
yang efektif.
2.1.2 Motivasi
2.1.2.1Pengertian Motivasi
Motivasi dalam arti umum adalah dorongan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Robbins (2006:214) memberikan pengertian motivasi sebagai kecendrungan seseorang melibatkan diri dalam kegiatan yang mengarah pada sasaran. Motivasi merupakan hal vital bagi individu agar dapat melakukan yang terbaik. Pemberian motivasi dengan tepat akan mendorong orang lebih bersemangat dalam mengerjakan
(55)
pekrjaannya, sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Selain itu dengan motivasi yang tepat akan menimbulkan gairah dan keikhlasan kerja dalam diri seseorang sehingga setiap pekerjaan, selain membutuhkan keterampilan dan keahlian pribadi juga diperlukan yang cukup untuk melaksanakan pekerjaannya yang optimal.
Menurut Mahoney (1963) ada 3 hal dalam proses motivasi yang saling berhubungan dan tergantung satu sama lainnya, yaitu: kebutuhan,dorongan, dan insentif. Motivasi sebagaimana didefinisikan oleh Robins (2002:179) merupakan kemauan untuk menggunakan usaha tingkat tinggi untuk organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha untuk memenuhi kebutuhan individu. Dalam definisi ini ada tiga elemen yang penting: usaha,tujuan organisasi, dan kebutuhan.
2.1.2.2Tujuan Motivasi
Motivasi mempunyai beberapa tujuan yaitu:untuk mendorong gairah dan semangat pegawai, meningkatkan moral dan kepuasan kerja, meningkatkan loyalitas dan kestabilan pegawai,meningkatkan kedisiplinan, dan menurunkan tingkat absensi, serta menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik. Pada pemerintah daerah, aparat yang memiliki motivasi yang tinggi akan menggunakan informasi yang dimiliki untuk membuat anggaran menjadi relative lebih tepat. Hal ini mengarah pada komitmen pribadi yang lebih besar untuk mencapai target anggaran sehingga dapat meningkatkan kinerja.
(56)
a) Kebutuhan akan prestasi, dorongan untuk mengunggulu, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses
b) Kebutuhan atas kekuasaan, kebutuhan untuk membuat orang-orang lain
berprilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu/tanpa dipaksa, tidak akan berperilaku demikian
c) Kebutuhan akan afiliasi, hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab
3) Teori ERG
Teori ERG (existence, relatedness, growth) menganggap bahwa kebutuhan manusia memiliki tiga hirarki kebutuhan, yaitu kebutuhan akan aksistensi (existence needs). Kebutuhan akan keterkaitan (relatidness needs), dan kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs).
4) Teori Harapan (Vroom)
Teori ini disebut juga dengan teori valensi ayau teori instrumentalis. Teori ini memiliki ide dasar bahwa motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai akibat dari tindakannya. Variable-variabel kunci dalam teori harapan adalah : usaha (effort), hasil (income), harapan (expectancy), instrument-instrumen yang berkaitan denagn hubungan antara hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua, hubungan antara prestasi dan imbalan atas pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kadar kekuatan dan keinginan seseorang terhadap hasil tertentu.
Kebanyakan teori-teori diatas telah dibuktikan secara empiris. Kita mengetahui bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi.
(57)
Pengetahuan akan teori-teori diatas membantu memahami bagaimana individu-individu dapat termotivasi melakukan sesuatu.
2.1.2.3 Pengaruh Motivasi Pegawai terhadap kinerja SKPD
Pegawai pemerintah memerlukan motivasi kerja yang kuat agar bersedia untuk melaksanakan pekerjaan secara bersemangat, bergairah dan derdedikasi. Apalagi jika pegawai tersebut termotivasi dalam berpartisipasi dalam penyusunan anggaran. Motivasi ini akan menimbulkan inisiatif bagi mereka untuk menyumbangkan ide dan informasi, meningkatkan kebersamaan, dan merasa memiliki, sehingga kerjasama diantara amggota dalam mencapai tujuan juga meningkatk sehingga tercipta komitmen yang kuat dalam pencapaian target anggaran. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kinerja mereka karena ada keyakinan bahwa keyakinan visi dan misi pemerintah akan tercapai denagn sumbangsih mereka.
2.1.3 Kinerja SKPD Pemerintah Daerah
SKPD (satuan kerja perangkat daerah) merupakan pusat pertanggungjawaban yang dipimpin oleh seorang kepala satuan kerja dan bertanggung jawab atas enritasnya, misalnya : dinas kesehatan, dinas kependudukan dan catatan sipil, dinas pendidikan, dinas pemuda dan olah raga, bappeda, dan lainnya. Kumorotomo (2005:103), mengungkapkan kinerja organisasi publik adalah “ hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tijuan organisasi, transparan dalam pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa organisasi, visi dan misi organisasi, berkualitas,adil,serta diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai”.
(58)
Bastian (2006:267), “ indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang mrnggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indicator masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcome), manfaat (benefits), dan dampak (impact)”. Lebih lanjut Bastian (2006:267) menjelaskan bahwa syarat-syarat indicator kinerja adalah sebagai berikut. a. Spesifik,jelas, dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi,
b. Dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan relevan
c. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan
masukan, proses keluaran, hasil, manfaat, serta dampak
d. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubaha/penyesuaian pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan efektif
Whittaker (1993) dalam Bastian (2006:274) mengungkapkan “pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk mwningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas”. Lain halnya menurut Bastian (2006:276), “aspek yang diukur dalam pengukuran kinerja adalah aspek finansial, kepuasan pelanggan, operasi dan bisnis internal, kepuasan pegawai, kepuasan komunitas, dan stakeholders, serta waktu”. Berdasarkan UU no 17 tahun 2003, maka penyusunan anggaran dilakukan dengan mengintegrasikan program dan kegiatan masing-masing satuan kerja dilingkungan pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian, akan tercipta sinergi dan rasionalitas yang tinggi dalam menalokasikan sumberdaya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas.
(59)
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang beragam. Tabel berikut ini menyajikan peneliti-peneliti terdahulu.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti Variable Penelitian Hasil Penelitian
Batubara (2008) Variabel independen:
partisipasi Anggaran dan Motivasi
Variabel Dependen : Kinerja Manejerial
1. Tidak terdapat pengaruh
antara partisipasi anggaran
terhadap kinerja manejerial.
2. Terdapat pengaruh
motivasi terhadap kinerja manejerial
Octavia (2009) Variabel independen:
Partisipasi Anggaran dan Komitmen
Variabel Dependen :Kinerja Manejerial
1. Tidak terdapat adanya
pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manejerial
2. Terdapat pengaruh
komitmen organisasi terhadap kinerja manejerial
Herminingsih (2009)
Variabel independen:
Partisipasi dalam
penganggaran dan peran manajerial pengelola keuangan daerah
Variabel Dependen :Kinerja Manejerial
1. Ada pengaruh positif
signifikan dalam penganggaran terhadap kinerja pemerintah daerah
2. Ada pengaruh positif
signifikan peran pengelola keuangan daerah terhadap kinerja pemerintahan daerah
Nurcahyani (2010)
Variabel independen:
Partisipasi Anggaran
1. Partispasi anggaran
(60)
Variabel Dependen :Kinerja Manejerial
Variabel Antara :
Komitmen organisasi dan persepsi inovasi
kinerja manajerial
2. Partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial melalui komitmen organisasi 3. Partisipasi anggaran tidak
berpengaruh terhadap kinerja manajerial melalui persepsi inovasi
Penelitian Riyadi (2000) menggunakan motivasi sebagai variabel moderating. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak tepatnya pengaruh partisipari anggaran terhadap kinerja manejerial. Variabel motivasi sebagai variabel moderating dalam penelitian ini menunjukkan tidak terdapatnya pengaruh motivasi terhadap kinerja.
Penelitian Batubara (2003) dilakukan pada PT. Siantar Top, Tbk. Penelitian ini dilakukan berdasarkan jawaban 35 manajer dalam perusahaan tersebut. Metode analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja, sedangkan motivasi berpengaruh terhadap kinerja.
Octavia (2009) melakukan penelitian pada PT Pos Indonesia Medan. Penelitian ini mneggunakan variable independen yaitu partisipasi anggaran dan komitmen organisasi. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisa regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja, sedangkan komitmen organisasi berpebgaruh terhadap kinerja.
(61)
Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai konsep teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Penelitian ini menggunakan dua variable penelitian yaitu penganggaran partisipasian dan motivasi serta satu variabel dependen yaitu kinerja SKPD. Berikut ini gambar kerangka konseptual dari penelitian yang saya lakukan.
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Partisipasi pemerintah yang bertanggung jawab kepada masyarakat sebagai stakeholders daerah menjadi sangat penting sejak diberlakukannya anggaran daerah yang berorientasi pada kinerja. Anggaran yang dibuat dan digunakan dapat di pandang pengaruhnya terhadap kinerja dari hasil yang telah dicapai. Aktivitas pemerintah tidak hanya berorientasi pada tingkat pemerintah diatasnya melainkan pada kepentingan dan pertanggungjawaban publik. Penganggaran partisipasian dapat diartikan sebagai keikutsertaan bawahan dalam proses penyusunan anggaran. Keterlibatan dan pengaruh bawahan dalam penyusunan anggaran ini dapat
Penganggaran partisipasian (X1)
Motivasi Pegawai (X2)
(62)
meningkatkan kinerja karena dapat menjadi sarana aktualitas yang terbaik bagi para bawahan untuk meningkatkan diri mereka kepada masing-masing tanggungjawab atau yang diemban.
Motivasi kerja yang kuat merupakan hal yang diperlukan oleh pegawai agar bersedia melaksanakan pekerjaannya secara bersemangat, bergairah dan berdedikasi. Motivasi seseorang didalam suatu organisasi akan dapat terlihat dari kinerjanya dalam menyelesaikan seluruh tanggung jawabnya. Dengan demikian, kinerja (Y) itu sendiri dapat dipengaruhi oleh partisipasi anggaran (X1) dan motivasi pegawai (X2).
2.4. Hipoteis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. ( Sugiyono, 2005:51)
Berdasarkan perumusan masalah yang dilakukan di atas, hipotesi penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: pengaruh penganggaran partisipasian dan motivasi pegawai terhadap kinerja SKPD Pemerintah Kabupaten Asahan.
(63)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kinerja pemerintah daerah dalam memajukan pembangunan dalam berbagai bidang menjadi hal yang sangat penting bagi pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemerintah untuk menjadi tata pemerintahan yang baik ( Good Governance ). Undang-undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Keuangan Daerah yang selanjutnya diubah oleh Undang-undang nomor 32 dan 33 tahun 2004, telah mengantarkan Indonesia memasuki proses pemerintahan desentralisasi setelah lebih dari 30 tahun berada di bawah rezim orde baru yang serba sentralistis. Implementasi kedua undang-undang tersebut menjadi momentum perpindahan pengawasan, sumber daya fiskal, otonomi politik dan tanggung jawab pelayanan publik dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Selama rentang perpindahan yang lebih dari satu dasawarsa ini, berbagai pengalaman lokal yang heterogen telah muncul ke permukaan, seiring longgarnya pengawasan pusat atas daerah dan meningkatnya wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik. Berpindahnya sebagian tanggung jawab penyelenggaraan negara ke daerah ini, tentu saja harus didukung oleh kesiapan daripada stakeholder penyelenggara daerah.
Good Governance atau tata pemerintahan mulai mengemuka di Indonesia
(64)
interaksi pemerintah Indonesia dengan negara luar sebagai negara-negara pemberi bantuan yang banyak menyoroti kondisi obyektif perkembangan ekonomi dan politik Indonesia. Istilah ini seringkali disangkutpautkan dengan kebijaksanaan pemberian bantuan dari negara donor, dengan menjadikan masalah isu tata pemerintahan sebagai salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam pemberian bantuan, baik berupa
pinjaman maupun hibah. Good Governance merupakan konfigurasi komponen
masyarakat dan pemerintah dalam pembangunan.
Pencapaian kinerja suatu organisasi pada dasarnya merupakan prestasi para anggota organisasi itu sendiri mulai dari tingkat atas sampai pada tingkat bawah. Sistem perencanaan dan pengendalian manajemen merupakan sistem-sistem yang diperlukan untuk menjadikan organisasi sebagai organisasi yang berhasil. Dalam pembacaan rekomendasi penyelenggaraan pemerintah daerah Kabupaten Asahan tahun 2012, DPRD Asahan memberikan nilai kinerja Pemkab Asahan dengan kalimat BAIK. Penilaian tersebut dibacakan oleh Ketua Pansus Pembahsan LKPJ Bupati Asahan, Warisno dalam sidang paripurna yang menyatakan kinerja Pemkab Asahan ditahn 2012 baik. “ Kita menilai program tahun 2011 banyak hal-hal yang dicapai Pemkab Asahan, meskipun ada beberapa yang belum tercapai, namun hal ini sudah kami nilai suatu hal yang baik, “ demikian kata, Warisno dalam sidang Paripurna DPRD, Senin 30 April 2012. Namun DPRD Asahan juga menyampaikan saran dan kritik untuk Pemkab Asahan, diantaranya permasalahan dibidang Pendidikan ada 4 item yakni, Pemkab Asahan diminta untuk mengantisipasi anak putus sekolah. Saran yang diberikan, pemkab diminta untuk melakukan koordinasi sampai ketingkat Desa agar tidak ada lagi putra/putri Asahan yang tidak selesai wajib belajar 9 tahun.
(65)
Kemudian persoalan bidang Pekerjaan umum tentang kwalitas dan jembatan, data base jalan dan irigasi, saran yang diberikan. Pemkab Asahan diminta untuk meningkatkan pengawasannya dan anggaran harus sesuai dengan standart dan diminta untuk melakukan pendataan panjang jaringan jalan dan irigasi. Selanjutnya kepada kepegawaian daerah dminta untuk melakukan penempatan dan pengakatan harus sesuai dengan disiplin ilmu dan keahlian pejabat bersangkutan.
Partisipasi anggaran adalah merupakan cara untuk menciptakan sistem pengendalian manajemen yang baik sehingga diharapkan dapat tercapai tujuan institusi yang terkait. Selain itu, beberapa studi juga melaporkan hubungan yang negatif antara partisipasi dan anggaran, menyarankan bahwa penetapan tujuan otoriter mungkin mengarah kepada kinerja atasan yang dihubungkan dengan penetapan tujuan anggaran. Pertanyaan yang muncul bagaimana menyatukan hasil yang bertentangan tersebut di atas. Satu cara untuk melakukan ini ialah dengan menggunakan pendekatan teori kontijensi. Govindarajan (1986), sebagai contoh, menggunakan ketidakpastian lingkungan sebagai variabel kontijen dalam mengevaluasi hubungan antara kinerja dan partisipasi anggaran. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa partisipasi yang tinggi meningkatkan kinerja dalam lingkungan dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi, tetapi menghambat kinerja dalam situasi dengan tingkat ketidakpastian yang rendah. Partisipasi dapat menurunkan motivasi dan usaha pekerja dalam mencapai tujuan organisasi jika paertisipasi diterapkan dalam situasi yang tidak tepat. Partisipasi aparat pemerintah daerah dalam proses penganggaran pemerintah daerah dalam menyusun anggaran daerah serta pelaksananya untuk
(1)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Tinjauan Teoritis ... 9
2.1.1 Anggaran ... 9
2.1.1.1 Pengertian Anggran... 10
2.1.1.2. Fungsi Anggaran.... ... 10
2.1.1.3 Partisipasi dalam Penyusunan Anggran ... 12
2.1.1.4 Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja SKPD ... 15
2.1.2 Motivasi ... 16
2.1.2.1 Pengertian Motivasi ... 16
2.1.2.2. Tujuan Motivasi ... 17
2.1.2.3 Teori-Teori Motivasi ... 17
2.1.2.4 Pengaruh Motivasi Pegawai terhadap Kinerja SKPD ... 19
(2)
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21
2.3 Kerangka Konseptual ... 23
2.4 Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1 . Jenis Penelitian ... 26
3.2. Tempat dan Waktu penelitian ... 26
3.3 Batasan Operasional ... 26
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 27
3.5 Jenis data ... 29
3.6 Populasi dan Sampel ... 29
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 32
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32
3.8.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33
3.9 Teknik Analisis Data ... 35
a. Analisis Deskriptif ... 35
b. Pengujian Asumsi Klasik ... 36
c. Pengujian Hipotesis ... 38
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 40
4.1Gambaran Umum ... 40
4.1.1 Sejarah Singkat Pemerintah Kabupaten ASAHAN ... 40
4.1.2 Visi dan Misi Kabupaten ASAHAN ... 47
4.1.3 Keadaan Geografis ... 48
4.2 Hasil Penelitian ... 51
4.2.1 Analisis Deskriptif ... 51
a. Penganggaran Partisipasian (X1) ... 51
b. Motivasi Pegawai (X2)... 54
c. Kinerja SKPD (Y) ... 57
4.2.2 Analisis Statistik ... 60
4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 60
(3)
a. Hasil Uji Normalitas data... 60
b. Hasil Uji Multikolinearitas ... 63
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 65
. 4.2.2.2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 66
4.2.2.3. Pengujian Hipotesis ... 67
. a. Uji Signifikansi Simultan ( Uji – F ) ... 67
. b. Uji Signifikansi Parsial ( Uji – t ) ... 69
4.2.2.4 Pengujian Koefisien Determinan ( R² ) ... 70
. 4.3. Pembahasan ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
5.1. Kesimpulan ... 73
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 74
5.3 Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
(4)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan pengukuran variabel ... 28
Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian... 31
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Penganggaran Partisipasian ... 33
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Motivasi Pegawai ... 34
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Kinerja SKPD .. 35
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penganggaran Partisipasian ( X1) ... 51
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Motivasi Pegawai ( X2 ) ... 54
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Kinerja SKPD (Y) ... 57
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data ... 63
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 65
Tabel 4.6 Hasil Analisa Regresi Linier Berganda ... 66
Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikansi Simultan ( Uji-F ) ... 68
Tabel 4.8 Hasil Uji Siknifikansi Parsial ( Uji-t ) ... 69
Tabel 4.9 Pengujian Koefisien Determinan ( R² ) ... 70
(5)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 24
Gambar 4.1 Histogram ... 61
Gambar 4.2 Normal P-P Plot ... 62
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 2 Hasil Pengolahan SPSS ... 79