Bakteri Anaerob Langkah Penelitian a. Definisi Operasional

2.6 Bakteri Anaerob

Bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak dapat tumbuh pada lingkungan yang kaya akan oksigen. Sebagian besar organisme ini tumbuh normal pada rongga mulut manusia, saluran gastrointestinal dan saluran genital wanita. Infeksi dari bakteri ini sering diikuti dengan kerusakan permukaan mukosa dimana bakteri ini tumbuh Hauser, 2007. Bakteri anaerob menyerang tubuh manusia dengan cara mengeluarkan racun yang berbahaya. Beberapa racun yang dihasilkan dari species clostridial diketahui luas merupakan salah satu racun berbahaya Hauser, 2007.

2.7 Drug Related Problem Masalah Terkait Obat

2.7.1 Definisi

DRPs adalah suatu kejadiaan yang tidak diinginkan yang dialami oleh pasien yang mana melibatkan atau diduga melibatkan terapi obat dan itu sebenarnya atau berpotensi berpengaruh terhadap hasil yang diinginkan pasien Cipolle , dkk., 1998. DRPs terdiri dari Actual DRPs dan Potential DRPs. Actual DRPs adalah masalah yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi obat yang sedang diberikan pada penderita. Sedangkan Potential DRPs adalah masalah yang diperkirakan akan terjadi yang berkaitan dengan terapi obat yang sedang digunakan oleh penderita. Ketika sebuah DRPs terdeteksi, maka sangat penting untuk merencanakan bagaimana cara mengatasinya. Kita harus memberikan skala prioritas untuk DRPs tersebut, yang manakah yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Prioritas masalah tersebut didasarkan pada risiko yang mungkin timbul Universitas Sumatera Utara pada penderita. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam menentukan skala prioritas DRPs adalah : a. Masalah yang manakah yang dapat diselesaikan atau dihindari segera , dan yang manakah yang dapat diselesaikan kemudian. b. Masalah yang merupakan bagian dari tugas atau tanggung jawab seorang farmasis. c. Masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat oleh seorang farmasis dan penderitanya. d. Masalah yang dalam penyelesaiannya, memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan lainnya dokter, perawat, keluarga penderita, dan lain- lain Seto, 2001.

2.7.2 Kategori Drug Related Problem

Macam- macam Drug Related Problem Kemungkinan penyebab Drug Related Problem Mebutuhan terapi tambahan obat Terapi obat yang tidak perlu 1. Pasien mempunyai kondisi medis baru yang membutuhkan terapi awal pada obat. 2. Pasien mempunyai penyakit kronik yang membutuhkan terapi obat berkisinambungan. 3. Pasien mempunyai kondisi kesehatan yang membutuhkan parmakoterapi kombinasi untuk mencapai efek sinergis atau potensiasi. 4. Pasien dalam keadaan risiko pengembangkan kondisi kesehatan baru yang dapat dicegah dengan penggunaan alat pencegah penyakit pada terapi obat danatau tindakan pra medis. 1. Pasien yang sedang mendapatkan pengobatan yang tidak tepat indikasi pada waktu itu. 2. Pasien yang tidak sengaja maupun sengaja kemasukan sejumlah racun dari obat atau Universitas Sumatera Utara Terapi salah obat Dosis terlalu rendah Reaksi obat yang merugikan kimia,sehingga menyebabkan rasa sakit pada waktu itu. 3. Pengobatan pada pasien pengkonsumsi obat, alkohol dan rokok. 4. Kondisi kesehatan pasien lebih baik diobati dengan terapi tanpa obat. 5. Pasien yang mendapatkan beberapa obat untuk kondisi yang mana hanya satu terapi obat yang terindikasi. 6. Pasien yang mendapatkan terapi obat untuk pangobatan yang tidak dapat dihindarkan dari reaksi efek samping yang disebabkan dengan pengobatan lainnya. 1. Pasien dimana obat tidak efektif. 2. Pasien yang mempunyai riwayat alergi. 3. Pasien penerima obat yang paling tidak efektif untuk indikasi pengobatan. 4. Pasien dengan faktor risiko pada kontraindikasi penggunaan obat. 5. Pasien menerima obat efektif tetapi least costly. 6. Pasien menerima obat efektif tetapi tidak aman. 7. Pasien yang tekena infeksi resisten terhadap obat yang digunakan. 8. Pasien menerima kombinasi produk yang tidak perlu dimana single drug dapat memberikan pengobatan yang tepat. 1. Pasien menjadi sulit disembuhkan dengan terapi obat yang digunakan. 2. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menimbulkan respon. 3. Konsentrasi obat dalam serum dibawah range teraupetik yang diharapkan. 4. Waktu prophylaxis presugikal antibiotik diberikan terlalu cepat. 5. Dosis dan fleksibilitas tidak cukup untuk pasien. 6. Terapi obat berubah sebelum teraupetik percobaan cukup untuk pasien. 7. Pemberian obat terlelu cepat. 1. Pasien yang faktor risiko yang berbahaya bila obat digunakan. 2. Ketersediaan dari obat dapat menyebabkan Universitas Sumatera Utara Dosis terlalu tinggi. Kepatuhan interaksi dengan obat lainmakanan pasien. 3. Efek dari obat dapat diubah oleh substansi makanan pasien. 4. Efek dari obat dapat diubah penghambat enzim pemacu obat lain. 5. Efek dari obat dapat diubah dengan pemindahan obat dari binding site oleh obat lain. 6. Hasil labboratorium dapat berubah karena gangguan obat lain. 1. Pasien dengan dosis tinggi 2. Konsentrasi obat dalam serum pasien diatas range terapuetik obat yang diharapkan. 3. Dosis obat meningkat terlalu cepat. 4. Obat, dosis, rute, perubahan formulasi yang tidak tepat. 5. Dosis dan interval flexibility tidak tepat 1. Pasien tidak menerima aturan pakai obat yang tepat penulisan, obat, pemberian, pemakaian 2. Pasien tidak menuruti rekomendasi yang diberikan untuk pengobatan. 3. Pasien tidak mengambil obat yang diresepkan karena mahal. 4. Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan karena tidak mengerti. 5. Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan secara konsisten karena merasa sudah sehat. Cipolle, dkk., 1998

2.8 Rumah Sakit

2.8.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk Universitas Sumatera Utara memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan promotif, pencegahan penyakit preventif, penyembuhan penyakit kuratif dan pemulihan kesehatan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan Siregar, 2004.

2.8.2 Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pelayanan rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan. Maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan perawatan penderita sakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit memberikan pendidikan bagi mahasiswa dan penelitian yang juga merupakan fungsi yang penting. Fungsi keempat yaitu pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan juga telah menjadi fungsi rumah sakit. Jadi empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan penderita, pendidikan, penelitian dan kesehatan masyarakat Siregar, 2004. Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif, yaitu jenis survei yang menggambarkan situasi atau keadaan tertentu. Penelitian yang dilakukan bersifat prospektif yaitu penelitian yang memulai dengan penyebab tertentu dan berjalan ke depan menuju pengaruh terhadap individu-individu yang terpapar. Abramson, 1991.

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3.1.1 Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2011 – Maret 2011

3.1.2 Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Ruang Bedah Onkologi Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah seluruh pasien rawat inap di Ruang Bedah Onkologi Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Januari – Maret 2011.

3.2.2 Sampel

Sampel yang diambil harus memenuhi kriteria sebagai berikut: Kriteria Inklusi: Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang dapat diikutsertakan ke dalam penelitian. Adapun yang menjadi kriteria inklusi adalah: Universitas Sumatera Utara a. Pasien yang dirawat di Ruang Bedah Onkologi Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan selama Periode Januari-Maret 2011. b. Kategori semua usia anak-anak, dewasa, lansia, laki – laki dan perempuan. c. Kategori semua jenis diagnosa kanker. Kriteria ekslusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan. Adapun yang menjadi kriteria ekslusi adalah: a. Pasien yang dirawat di Ruang Bedah Onkologi Rindu B di RSUP H. Adam Malik yang tidak mengalami luka kanker. b. Pasien tidak menggunakan kompres metronidazol sebagai terapi. c. Pasien mendapatkan status PBJ Pulang Berobat Jalan sebelum masa pemantauan selesai. d. Pasien meninggal sebelum masa pemantauan selesai. 3.3 Rancangan Penelitian 3.3.1 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer berupa pemantauan langsung perkembangan harian malodor dan eksudat pada pasien luka kanker di RSUP H. Adam Malik Medan, dalam periode Januari-Maret 2011.

3.3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data dengan menggunakan formulir penelitian yang berisi

pengamatan malodor dan eksudat pada pasien luka kanker saat proses penggantian perban. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mengadakan pendekatan kepada pasien, menjelaskan maksud dan tujuan. Pasien memiliki hak untuk menolak. Universitas Sumatera Utara Kepada pasien yang bersedia, peneliti memberikan lembar hasil dari pengamatan luka kanker pasien yang bersangkutan untuk ditanda tangani. Setelah mendapat persetujuan, peneliti bisa melakukan pemantauan penggunaan infus metronidazol 0,5 sebagai kompres dalam terapi perawatan luka kanker dengan memantau dua kriteria yaitu malodor dan eksudat. Pengamatan dilakukan selama 14 hari untuk masing – masing pasien. Dalam pengumpulan data peneliti dibantu oleh dua orang penyidik yang ikut mengamati perkembangan malodor dan eksudat pada pasien luka kanker. Setiap malodor dan eksudat pada masing – masing pasien diberi skor sebagai berikut berdasarkan Bates-Jensen wound assessment tool Bates-Jensen Sussman, 1998. Malodor III = Bau kuat = bau tercium kuat dalam ruangan 6-10 langkah dari pasien dengan balutan tertutup. II = Bau sedang = bau tercium kuat dalam ruangan 6-10 langkah dari pasien dengan balutan terbuka. I = Bau ringan = bau tercium bila dekat dengan penderita pada saat balutan dibuka. = Bau tidak ada = bau tidak tercium saat di samping penderita. Eksudat = Tidak ada = jaringan luka tampak kering I = Kurang = jaringan luka tampak lembab, tidak terdapat eksudat yang diukur pada balutan II = Kecil = jaringan luka tampak basah, kelembaban terdistribusi pada luka, drainase pada balutan ≤25 Universitas Sumatera Utara III = Sedang = jaringan luka tampak jenuh, drainase dapat terdistribusi pada luka, drainase pada balutan 25 dan ≤75. IV = Besar = jaringan luka basah, drainase bebas, dapat terdistribusi pada luka, drainase pada balutan ≥ 75.

3.3.3 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif. Bentuk dan kuantitas akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sedangkan data kualitatif akan disajikan dalam bentuk uraian.

3.4 Langkah Penelitian a.

Meminta izin Dekan Fakultas Farmasi USU untuk mendapat izin melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. b. Menghubungi Badan Litbang RSUP H. Adam Malik Medan untuk mendapat izin melakukan penelitian dengan membawa surat rekomendasi dari Fakultas Farmasi USU. c. Melaksanakan penelitian di Ruang Bedah Onkologi Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan, dengan mengambil data Periode Januari 2011 – Maret 2011. d. Data yang diambil adalah pemantauan luka kanker saat penggantian balutan pada masing – masing pasien selama 14 hari e. Analisis data dan menyajikannya dalam bentuk tabel dan diagram sehingga didapatkan kesimpulan terhadap permasalahan. Universitas Sumatera Utara

3.5 Definisi Operasional

a. Luka Kanker: Kerusakan integritas kulit yang disebabkan infiltrasi sel kanker menuju epidermis kulit. b. Eksudat: Salah satu gejala yang timbul dari luka kanker, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan sekresi faktor permeabilitas vaskular oleh sel tumor. c. Malodor: Salah satu gejala yang timbul dari luka kanker, merupakan sensasi bau yang dirasakan reseptor olfactory yang terletak di belakang hidung. d. SOP Standart Operasional Prosedur penggantian perban: - Penggantian perban menggunakan alat-alat yang sudah disterilkan - Balutan luka kanker dibuka - Dibersihkan dengan kasa steril yang telah direndam larutan irigasi NaCl 0,9 - Dikompres dengan kasa steril yang telah direndam infus metronidazol 0,5 - Luka kanker dibalut dengan kasa steril kering e. Drug Related Problem Masalah Terkait Obat: suatu kejadiaan yang tidak diinginkan yang dialami oleh pasien yang mana melibatkan atau diduga melibatkan terapi obat dan itu sebenarnya atau berpotensi berpengaruh terhadap hasil yang diinginkan pasien. Universitas Sumatera Utara

3.6 Bagan Alur Penelitian