Malodor Eksudat Gejala Luka Kanker

Jaringan nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik bakteri aerob atau anaerob Bale,dkk., 2004. Cooper dan Grey 2005 menyebutkan bahwa proporsi bakteri anaerob yang relatif tinggi pada luka kanker. Bakteri anaerob berkolonisasi pada luka kanker dan melepaskan volatile fatty acid sebagai sisa metabolik yang bertanggung jawab terhadap malodor dan pembentukan eksudat pada luka kanker Kalinski,dkk., 2005.

2.1.3 Gejala Luka Kanker

Gejala yang sering ditemukan pada luka kanker diantaranya adalah malodor dan eksudat Tanjung,dkk., 2007.

2.1.3.1 Malodor

Malodor merupakan sensasi yang dirasakan reseptor olfactory yang terletak dibelakang hidung. Produksi odor pada luka kanker selalu dirasakan dan dapat menstimulasi reflek gag maupun muntah. Malodor pada luka kanker merupakan sumber bau yang menyengat bagi pasien, keluarga, maupun petugas kesehatan Kalinski,dkk., 2005. Penyebab malodor sebenarnya belum diketahui, namun beberapa hal yang berkontribusi terhadap malodor sudah menjadi postulat yaitu terjadinya infeksi, kolonisasi bakteri anaerob, dan nekrosis pada jaringan Bale,dkk., 2004. Bakteri anaerob yang berhubungan dengan malodor yaitu: Bacteroides spp, Prevotella spp, Fusobacterium nucleatum, Clostridium perfringens, dan Anaerobic cocci Draper, 2005. Volatile fatty acid sebagai hasil akhir metabolisme dari kolonisasi bakteri anaerob merupakan hal yang menimbulkan malodor pada luka kanker Kalinski,dkk., 2005 Universitas Sumatera Utara Pengkajian malodor masih tergolong subyektif karena tergantung dari penilaian seseorang untuk mengenal bau dengan lebih baik. Menurut Bates-Jensen wound assessment tool Bates-Jensen Sussman, 1998 beberapa kriteria yang dapat memonitor bau dan dapat membantu dalam pengkajian dan evaluasi perawatan yaitu ; Bau kuat : bau tercium kuat dalam ruangan 6- 10 langkah dari pasien dengan balutan tertutup.Bau sedang : bau tercium kuat dalam ruangan 6- 10 langkah dari pasien dengan balutan terbuka.Bau ringan : bau tercium bila dekat dengan penderita pada saa balutan dibuka. Bau tidak ada : bau tidak tercium saat disamping penderita. Malodor juga dapat diukur menggunakan skor odor dari skala analog visual. Malodor dari luka kanker pasien diberi skor 0 – 10 ; 0 = tidak ada bau, 1 – 4 = bau sedikit ofensif, 5 – 8 = bau cukup ofensif , 9 – 10 = bau sangat ofensif Kalinski,dkk., 2005

2.1.3.2 Eksudat

Luka kanker juga mengeluarkan eksudat yang berlebihan dan tidak terkontrol. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan sekresi faktor permeabilitas vaskular oleh sel tumor merupakan penyebab pengeluaran eksudat yang berlebihan. Produksi eksudat juga akan meningkat ketika terjadi infeksi dan rusaknya jaringan karena protease bakteri Naylor, 2002. Eksudat adalah setiap cairan yang merupakan filter dari system peredaran darah pada daerah peradangan. Komposisinya bervariasi, tetapi umumnya terdiri dari air dan zat-zat yang terlarut pada cairan sirkulasi utama seperti darah. Dalam hal ini, darah akan berisi beberapa protein plasma, sel darah putih, trombosit dan Universitas Sumatera Utara sel darah merah apabila terjadi kasus kerusakan vascular lokal Crisp Taylor, 2001. Jumlah eksudat juga dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang diambil dari Bates-Jensen wound assessment tool Bates-Jensen Sussman, 1998. Hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan proporsi balutan yang terpapar eksudat. Jumlah eksudat diukur dengan membagi area menjadi 4 bagian. Kategori pengukuran digambarkan sebagai berikut: Tidak ada = jaringan luka tampak kering Kurang = jaringan luka tampak lembab, tidak terdapat eksudat yang diukur pada balutan Kecil = jaringan luka tampak basah, kelembaban terdistribusi pada luka, drainase pada balutan ≤25 Sedang = jaringan luka tampak jenuh, drainase dapat terdistribusi pada luka, drainase pada balutan 25 s.d. ≤75. Besar = jaringan luka basah, drainase bebas, dapat terdistribusi pada luka, drainase pada balutan ≥ 75.

2.2 Perawatan Paliatif