BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tomat Solanum lycopersicum L. merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Apabila dilihat dari rata-rata
produksinya, ternyata produksi tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 6,3 tonha jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Taiwan 21 tonha, Saudi Arabia 13,4
tonha dan India 9,5 ton ha Kartapradja Djuariah 1992. Data terakhir dari FAO 2002, menunjukkan bahwa produksi tomat dunia pada tahun 2002 mencapai 109 juta
ton. Perkembangan terakhir dari FAO 2002 menunjukkan bahwa Amerika adalah negara produsen tomat terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar 10, diikuti oleh
Turki dengan kontribusi sekitar 8, sedangkan kontribusi Indonesia terhadap produksi tomat dunia hanya sekitar 0,5.
Tanaman tomat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Lahan yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman tomat meliputi lahan kering dan lahan
bekas sawah. Temperatur yang baik untuk pertumbuhan tomat adalah 21-28
o
C di siang hari dan 15
o
-20
o
C di malam hari. Derajat keasaman tanah pH tanah yang diperlukan berkisar antara 5,5 sampai 6,5 Adiyoga et al. 2004.
Dalam budidaya tomat terdapat masalah yang harus diatasi oleh petani antara lain infeksi mikroba patogen penyebab penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh
mikroba patogen seperti busuk daun Phytophtora infestans, becak coklat Altenaria solani, kapang daun Fulvia fulva, layu bakteri Pseudomonas solanacearum, layu
fusarium Fusarium oxysporum, mosaik tembakau virus Tobacco mosaic, busuk buah Sclerotium rolfsii, kapang kelabu Cercospora sp., busuk lunak Erwinia
carotovora, becak bakteri Xanthomonas campestris Semangun 2000.
Universitas Sumatera Utara
Dalam usaha pengendalian hama, petani banyak menggunakan fungisida sintetis karena cara ini lebih efektif dan dianggap lebih menguntungkan dibandingkan
cara lainnya. Walaupun demikian ternyata kandungan bahan kimia sintetis berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan mencemari lingkungan Herlina et al. 2004.
Hal ini dapat diatasi dengan cara alternatif dalam pengendalian hama, seperti pengendalian hayati dengan menggunakan mikroorganisme.
Pengendalian hayati jamur penyakit tanaman dilakukan dengan menggunakan mikroba seperti jamur dan bakteri. Sumber biologi untuk pengendalian hama dan
penyakit tanaman merupakan alternatif potensial sebagai pengganti pestisida, dan sering dianjurkan untuk mengganti pengendalian berbasis kimia terhadap penyakit
atau untuk mengendalikan penyakit yang jika dikendalikan dengan bahan kimia tidak ekonomis Suryanto 2009.
Salah satu mikroba patogen yang menyerang tanaman tomat adalah Fusarium. Fusarium tahan hidup lama di dalam tanah tanpa inang. Gejala diawali dengan
terangnya pembuluh angkut pada permukaan terluar helaian daun dan gugurnya tangkai daun, kemudian bagian dalam daun berubah menjadi kuning dan mati Miller
et al. 2004. Fusarium oxysporum menyebabkan layu benih, pemucatan pada tulang daun, dan perebahan tangkai pada cabai sehingga dapat menghambat pertumbuhan
dan membunuh tanaman. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan terhadap serangan F. oxysporum.
Salah satu penanganan layu Fusarium dengan menggunakan bakteri yang menghasilkan antijamur. Sebagai contoh Bacillus subtilis yang menghambat
pertumbuhan layu Fusarium oxysporum f.sp. gladioli pada tanaman gladiol Wardhana 2009. Burkholderia cepacia yang menghambat Fusarium moniliforme
Hebbar et al. 1992, F. sumbucinum Burkhead et al. 1994 dan F. oysporum f.sp. cubense Widono et.al. 2003.
Antijamur merupakan antimikroba yang membunuh fungisidal atau memperlambat fungistatik pertumbuhan jamur. Dalam penelitian ini akan dilakukan
pengujian kemampuan bakteri penghasil antijamur dalam menghambat jamur
Universitas Sumatera Utara
Fusarium spp. melalui perendaman benih tomat dengan suspensi bakteri yang potensial untuk meningkatkan daya tahan benih terhadap serangan jamur Fusarium.
1.2 Permasalahan