polien. Kompleks polien-ergosterol yang terjadi dapat membentuk suatu pori dan melalui pori tersebut konstituen essensial sel jamur seperti ion K, fosfat anorganik,
asam karboksilat, asam amino dan ester fosfat bocor keluar hingga menyebabkan kematian sel jamur. Penghambatan biosintesis ergosterol dalam sel jamur, mekanisme
ini merupakan mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan imidazol karena mampu menimbulkan ketidakteraturan membran sitoplasma jamur dengan cara
mengubah permeabilitas membran dan mengubah fungsi membran dalam proses pengangkutan senyawa –
senyawa essensial yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolik sehingga menghambat pertumbuhan atau menimbulkan
kematian sel jamur Sholichah 2010.
Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein jamur, merupakan mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan pirimidin. Efek antijamur terjadi karena
senyawa turunan pirimidin mampu mengalami metabolisme dalam sel jamur menjadi suatu antimetabolit. Metabolik antagonis tersebut kemudian bergabung dengan asam
ribonukleat dan kemudian menghambat sintesis asam nukleat dan protein jamur. Penghambatan mitosis jamur, efek antijamur ini terjadi karena adanya senyawa
antibiotik griseofulvin yang mampu mengikat protein mikrotubuli dalam sel, kemudian merusak struktur spindle mitotic dan menghentikan metafasa pembelahan
sel jamur Sholichah 2010.
2.2 Mekanisme Bakteri dalam Menghambat Fusarium
Secara umum kemampuan bakteri dalam menekan penyakit yang disebabkan oleh patogen tular tanah dilakukan dengan empat cara yaitu menghambat patogen dengan
cara berkompetisi dalam memanfaatkan besihipotesis siderofor, menghambat patogen dengan bahan yang dapat didifusikan, induksi resistensi dan mengkolonisasi akar dan
menstimulir pertumbuhan tanaman Djatnika et al. 2003.
Cara lain dengan ketahanan kimiawi ditunjukkan dengan terbentuknya senyawa kimia yang mampu mencegah pertumbuhan dan perkembangan patogen.
Senyawa yang dimaksud dapat berupa metabolit sekunder di antaranya senyawa
Universitas Sumatera Utara
alkaloida, fenol, flavonoida, glikosida, fitoaleksin, dan sebagainya. Senyawa metabolit sekunder tersebut bersifat toksin dan menghambat pertumbuhan patogen yang dapat
merusak ketahanan tanaman. Mekanisme ini tidak menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan dapat meningkatkan produksi dan ketahanan terhadap stres
lingkungan pada beberapa tanaman Vallad Goodman 2004. Sebagai contoh Pseudomonas fluorescens P60 mempunyai tiga mekanisme dalam mengendalikan
penyakit layu Fusarium yaitu menyerang daya tahan, antibiosis, dan plant growth promoting rhizobacteria PGPR Soesanto et al. 2010.
Ada empat mekanisme dalam menghambat perkembangan penyakit tanaman di lapangan. Satu jenis agen antagonisme kemungkinan mempunyai satu atau lebih
mekanisme. Mekanisme tersebut adalah lisis, miselium agen antagonisme mampu menghancurkan miselia dari penyakit sehingga mengakibatkan kematian penyakit
tersebut. Antibiosis, penyakit tidak mampu menembus daerah di sekitar agen antagonis akibatnya terdapat daerah kosong antara agen antagonis dan penyakit.
Parasitisme, miselia dari agen antagonis mampu melilit miselia dari penyakit yang berperan memparasiti miselia patogen mengakibatkan miselia penyakit menjadi
kosong dan patogen tersebut mati. Penghambatan di zona tumbuh, pertumbuhan agen antagonisme lebih dominan dibandingkan dengan patogen sehingga ruang lingkupnya
hampir dipenuhi oleh perkembangan agen antagonis dan terdapat seperti pembatas antara agen antagonis dengan patogen Retnowati et al. 2002.
2.3 Pengujian Aktivitas Bahan Antijamur