biru violet dengan bagian tengah koloni berwarna lebih gelap dibandingkan dengan bagian pinggir. Saat konidium terbentuk, tekstur koloni menjadi seperti wol atau
kapas Fran Cook 1998. Di alam, jamur ini membentuk konidium. Konidiofor bercabang-cabang dan makro konidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, sering kali
berpasangan Semangun 2004. Suhu optimum untuk pertumbuhan F. oxysporum berkisar antara 24
o
C sampai 27
o
C Abawi Lorbeer 1972.
Fusarium sangat merugikan pertanian. Layu Fusarium dapat menyerang cabai merah, tomat, kacang panjang, kentang, kubis dan mentimun Deptan 2007. Famili
Solanaceae tomat, kentang, terong, cabai dan tanaman lainnya diinfeksi oleh jamur yang dapat menyebabkan layu Fusarium dan layu Verticillium. Organisme penyebab
penyakit biasanya masuk melalui akar muda dan kemudian tumbuh dan berkembang sehingga akan mengkonduksi bagian pembuluh dari akar dan batang. Di bagian
pembuluh batang tersumbat dan gagal menyalurkan air ke daun Miller et al. 2004.
Pengendalian penyakit layu Fusarium cukup sulit karena patogen Fusarium dapat bertahan lama dalam tanah. Tanah yang sudah terinfestasi sukar dibebaskan
kembali dari jamur ini. Jamur juga menginfeksi tanaman pada bagian akar. Kelembapan tanah yang membantu tanaman berkembang, ternyata juga membantu
perkembangan patogen ini. Pengendalian menggunakan fungisida tidak memberikan hasil yang memuaskan Semangun 2000, selain itu penggunaan fungisida sintetik
secara terus-menerus juga dapat menyebabkan munculnya populasi patogen yang lebih tahan dan akan mencemari lingkungan Freeman et al. 2002.
2.5 Agen Pengendali Hayati
Pengertian agen hayati biokontrol menurut FAO adalah mikroorganisme alami seperti bakteri, cendawan, virus dan protozoa, maupun hasil rekayasa genetik
genetically modified microorganisms yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Agen hayati tidak hanya meliputi mikroorganisme,
tetapi juga organisme yang ukurannya lebih besar dan dapat dilihat secara kasat mata seperti predator atau parasitoid untuk membunuh serangga. Dengan demikian,
Universitas Sumatera Utara
pengertian agen hayati perlu dilengkapi dengan kriteria menurut FAO yaitu organisme yang dapat berkembang biak sendiri seperti parasitoid, predator, parasit, arthropoda
pemakan tumbuhan, dan patogen Supriadi 2006.
Pengendalian hayati jamur penyakit tanaman sering dilakukan dengan menggunakan mikroba seperti jamur dan bakteri. Sumber biologi untuk pengendalian
hama dan penyakit tanaman tetap merupakan alternatif potensial yang penting sebagai pengganti pestisida, dan sering dianjurkan untuk mengganti pengendalian berbasis
kimia terhadap penyakit atau untuk mengendalikan penyakit yang jika dikendalikan dengan bahan kimia tidak ekonomis Suryanto 2009. Salah satu pertimbangan dalam
memilih agen pengendali hayati berupa kemampuan biopestisida bertahan dalam waktu lama dan tidak memerlukan tempat penyimpanan khusus Powell Faull
1989.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menghambat jamur patogen, seperti Pseudomonas fluorescens GI34 dan
Bacillus subtilis BBO1 yang digunakan untuk mengendalikan penyakit pustul pada tanaman kedelai yang disebabkan oleh Phaeoisariopsis griseola Dirmawati 2005.
Beberapa bakteri dari genus Bacillus, seperti B. subtilis, B. cereus, B. licheniformis, B. megaterium dan B. pumilus dapat berperan sebagai agen biokontrol untuk
mengendalikan pertumbuhan jamur Fusarium sp. El-Hamshary Khattab 2008. Beberapa bakteri lain yang dimanfaatkan sebagai biokontrol yaitu Pseudomonas
putida terhadap Fusarium oxysporum Boer et al. 2003, P. fluorescens terhadap Ganoderma boninense Susanto et al. 2005, P. sutzeri terhadap F. Solani dan B.
circulans, Streptomyces, Nocardia terhadap F. solani Potgieter Alexander 1966, Rhizobium leguminosorum terhadap Phytium sp. Bardin et al. 2004.
Menurut Mansoor et al. 2007, berdasarkan uji in vitro aplikasi Pseudomonas. aeruginosa dapat menghambat diameter pertumbuhan Macrophomina phaseoilina,
Rhizoctonia solani dan Fusarium oxysporum dengan menghasilkan zona penghambatan secara berturut-turut 2, 6, dan 10 mm. Menurut Azadeh Meon
2009, P. aeruginosa strain UPM P3 berpotensi menekan patogen Ganoderma boninense, penyebab penyakit busuk batang Basal Stem Rot BSR pada kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Saikia et al. 2006, P. aeruginosa dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi dan menekan penyakit hawar daun yang disebabkan oleh Rhizoctonia
solani.
Menurut Suryanto et al. 2010, isolat bakteri kitinolitik yang diisolasi dari tanah memiliki kemampuan dalam menghambat jamur Fusarium oxysporum penyebab
layu Fusarium pada kecambah cabai merah. Isolat tersebut adalah BK08, BK09, KR05, LK08, dan BK07 yang memiliki potensi sebagai agen biokontrol. Isolat bakteri
kitinolitik asal tanah memiliki kemampuan dalam menghambat jamur patogen seperti Ganoderma boninense, Penicillium citrinum, dan Fusarium oxysporum Suryanto et
al. 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat