Gambar 5. Perbandingan kecambah yang sehat A dengan kecambah yang terserang
layu Fusarium B, umur 30 hari Patogen menyerang pada kecambah yang muda. Tanaman yang terinfeksi pada
pembibitan biasanya akan langsung mati setelah munculnya gejala. Gejala lain yang terlihat adalah daun menguning, layu daun dan batang, gugur daun, pembentukan akar
adventif. Hal ini disebabkan karena patogen menyerang pangkal batang tanaman sehingga terjadi penyumbatan pembuluh xilem Agrios 1997.
4.5 Pengaruh Bakteri Antijamur terhadap Pertumbuhan Benih Tomat
Benih tomat direndam dengan suspensi bakteri antijamur dan ditumbuhkan pada media tanah. Pertumbuhan benih diamati mulai hari pertama penanaman hingga
hari ke 30. Pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi benih dan berat kering benih. Hasil pengujian ini diperoleh peningkatan tinggi kecambah dan peningkatan berat
kering kecambah setelah pengamatan pada minggu keempat.
Penambahan tinggi tanaman dan berat kering dapat disebabkan karena bakteri antijamur menyebabkan pertumbuhan benih menjadi lebih terpacu jika dibandingkan
dengan benih tanpa perendaman bakteri antijamur. Pertambahan tinggi benih tertinggi setelah perendaman dengan bakteri antijamur ditunjukkan pada bakteri KM 02 sebesar
9.88 cm jika dibandingkan dengan kontrol perendaman dengan akuades sebesar 7.6 cm. Pertambahan tinggi benih untuk selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6
berikut :
A
B
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Hubungan bakteri antijamur terhadap pertambahan tinggi benih tomat
Penambahan berat kering benih tertinggi terlihat pada benih setelah direndam dengan suspensi bakteri KM 02 sebesar 48.80 mg. Benih dengan perlakukan kontrol
perendaman dengan akuades menunjukkan berat kering lebih rendah yaitu sebesar 11.58 mg. Pertambahan berat kering benih selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 7
berikut :
Gambar 7. Hubungan bakteri antijamur terhadap pertambahan berat kering benih
tomat Benih dengan perendaman bakteri antijamur memiliki berat kering yang lebih
besar dibandingkan dengan benih tanpa perendaman bakteri antijamur. Ini terjadi karena kemungkinan bakteri antijamur dapat memacu penyerapan unsur hara mineral
dalam tanah. Beberapa bakteri yang bersifat sebagai agen biokontrol, juga berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan tanaman, dan menginduksi ketahanan tanaman terhadap
patogen Kloepper et al. 1999. Peningkatan pertumbuhan tanaman oleh bakteri
Universitas Sumatera Utara
antagonis melalui siderofor yang dihasilkan oleh bakteri secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, bakteri ini dapat menyediakan nutrisi bagi tanaman,
seperti nitrogen, fosfat, dan mineral lainnya serta menghasilkan hormon pertumbuhan seperti etilen, auksin, dan sitokinin. Mekanisme peningkatan pertumbuhan tanaman
oleh bakteri dapat terjadi dengan beberapa proses diantaranya melarutkan senyawa fosfat, fiksasi nitrogen. Secara tidak langsung, bakteri terlebih dahulu menekan
pertumbuhan mikroorganisme pengganggu yaitu melalui mekanisme kompetisi, predasi, dan antibiotik yang dihasilkannya Boyer Sikora 1991. Bacillus
megaterium, Chromobacterium lividum dan Klebsiella aerogenes yang memacu pertumbuhan tanaman caysin dengan cara membantu tanaman dalam mendapatkan
unsur nitrogen di dalam tanah Widawati et al. 2005.
Disisi lain mikroba berperan sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman plant growth promting agents dengan menghasilkan berbagai hormon tumbuh,
vitamin dan berbagai asam-asam organik yang berperan penting dalam merangsang pertumbuhan bulu-bulu akar. Kemungkinan isolat bakteri KM 02 menghasilkan
senyawa yang memacu pertumbuhan benih tomat. Azotobacter chroococcum menghasilkan fitohormon sitokinin dan giberelin Hindersah 2004. Contoh lain
seperti bakteri Methylotroph dapat menstimulasi perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman dengan cara memproduksi sitokinin Lindstrom
Chistoderdova 2002.
Kemampuan bakteri dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman telah banyak dipelajari. Kemampuan Plant Growth Promoting Rhizobacteria PGPR sebagai agen
pengendalian hayati karena kemampuannya bersaing untuk mendapatkan zat makanan, atau karena hasil metabolit seperti siderofor, hidrogen sianida, antibiotik,
atau enzim ekstraselluler yang bersifat antagonis melawan patogen Weller 1988. Sebagai contoh Pseudomonas spp. dapat menstimulir timbulnya ketahanan tanaman
terhadap infeksi jamur patogen akar, bakteri dan virus. Ekstrak lipopolisakarida LPSs dari membran luar P. fluorescens WCS417 menyebabkan ketahanan sistemik
terhadap infeksi Fusarium oxysporum f.sp. dianthi pada tumbuhan bunga carnation Leeman et al. 1995. Sianida yang dihasilkan P. fluorescens strain CHAO
merangsang pembentukan akar rambut pada tumbuhan tembakau dan menekan
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan Thielaviopsis basicola penyebab penyakit busuk akar, diduga bahwa sianida mungkin penyebab timbulnya ketahanan sistemik Maurhofer et al. 1994.
Bakteri Pseudomonas aeruginosa yang umum dijumpai pada tanah di sekitar rizosfer tanaman dan mempunyai sebaran luas pada tanah tropika. Bakteri ini juga
dapat diisolasi dari air, lingkungan laut, dan habitat lain selain dari tanah. Kemampuan bakteri antagonis di dalam mengkoloni perakaran tanaman merupakan salah satu hal
yang diharapkan. Semakin lama bakteri bertahan mengkoloni permukaan akar tanaman, semakin tinggi daya perlindungannya dari mikroba patogen. Hal ini
berkaitan erat dengan perlindungan permukaan akar tanaman dari pengkolonian mikroba patogen tanaman. Bakteri P. aeruginosa mempunyai sifat PGPR, memacu
pertumbuhan tanaman dan dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan patogen Khalimi Wirya 2009.
4.6 Penghambatan Serangan Fusarium sp. 2 pada Benih Tomat