Hambatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam menanggulangi

59 banyak masyarakat bahwa KPAI tidak terlalu berperan jika hal itu hanya sebatas pencarian solusi ketika terjadi kasus yang ada khusus nya anak terlantar. 13 13 Hasil wawancara dengan ibu popy selaku narasumber di KPAI Jakarta 2 september 2016 jam 14.00 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN

A. Faktor-faktor penyebab terjadinya penelantaran anak di

Indonesia Anak sebagai seorang yang masih dapat dikatakan rentan baik karena factor psikologis yang belum matang atau karena fisiknya yang lemah sangat membutuhkan bantuan dari orang dewasa disekitarnya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Namun sangat disayangkan sering pula oarang dewasa yang diharpakan mampu memenuhi kebutuhan dasar anak agar dapat tumbuh dan berkembang justru melakukan tindakan yang tidak sesuai sehingga menyebabkan anak menjadi terlantar. Kasus-kasus penelantaran anak di Indonesia yang sering terjadi sudah seharusnya di selesaikan secara sungguh-sungguh karena apabila tidak akan menyebabkan anak itu sendiri rusak fisik, mental, jasmani dan rohaninya, karena seorang anak adalah aset bangsa yang sangat berharga untuk melanjutkan regenerasi selanjutnya. Ini sesuai dengan undang-undang yang memang Negara sendiripun menjamin “fakir miskin dan anak-anak terlantar di pelihara oleh Negara” bunyi pasal 34 ayat 1 Undang-undang Dasar 1945. 1 Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2002 yang dirubah dengan Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak yang disebut 1 Alghifari, Mengawal Perlindungan Anak, Jakarta: LBH Jakarta, 2012, h. 23. 61 anak terlantar adalah anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual dan juga sosial. 2 Masalah keterlantaran yang dialami oleh anak-anak semakin meningkat. Keterlambatatan terjadi karena kelalaian dan ketidakmampuan orang tua dan keluarga dalam melaksanakan kewajibannya sehingga kebutuhan jasmani, rohaninya maupun sosialnya tidak terpenuhi secara wajar. Masalah keterlantaran semakin Nampak dalam situasi terbatasnya atau minimnya ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat. Padahal upaya perlindungan anak sudah seharusnya dilakukan tepatnya ketika anak masih dalaam kandungan. Bila melihat kebelakang permasalahan anak terlantar sanagatlah serius, data badan pusat statistik BPS dan pusdatin mencatat dari tahun ketahun jumlah anak dengan berbagai permasalahannya semakin meningkat. Tepatnya pada tahun 2008 tercatat sebanyak 2.250.152 anak terlantar, pada tahun 2009, jumlah anak terlantar berdasarkan data yang ada sebanyak 3.488.309 dan pada tahun 2010 jumlah anak terlantar berdasarkan data berjumlah 3.390.400. Kementrian sosial Republik Indonesia mencatat jumlah anak terlantar yang ada di Indonesia sampai saat ini terbilang banyak, ini sesuai dengan table yang dikeluarkan oleh kementrian social dalam kurun waktu 2015 : 3 2 Eni Suharti, UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, h.17. 3 Lampiran Mentri sosial Republik Indonesia tentang Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah kesejahteraan Sosial dan potensi serta Sumber Kesejahteraan Sosial Online: Akses pada: http:datascience.or.id20150802pembinaan-anak-jalanan-keberadaan-rumah- singgah-adakah-upaya-agar-pembinaan-yang-menyeluruh. Tanggal 17-8-2016. Pukul 01.00 WIB 62 Data Kemernterian Sosial tahun 2015 Kategori Jumlah Anak Terlantar 3.488.309 Balita Terlantar 1.178.824 Anak Rawan Terlantar 10.322.674 Sumber : Lampiran Mentri Sosial RI bidang pendataan dan pengelolan data tentang kesehajteraan sosial. Menurut Soetarso 2004 4 . Seorang pakar, permasalahan anak terlantar tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal seperti berikut : a. Berlangsungnya kemiskinan structural dalam masyarakat. b. Semakin meningkatnya gejala ekonomi upah serta pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. c. Terbatasnya tempat bermain untuk anak karena pembangunan yang tidak mempertimbangkan kepentingan dan perlindungan untuk anak Dalam buku yang berjudul “Masalah Sosial Anak” yang ditulis oleh bagong suyatno dan lestari basuki 1999 mengemukakan bahwa penyebab terjadinya penelantaran anak adalah: 1. Orang tua yang dahulu dibesarkan dengan kekerasan cenderung menurunkan pendidikan tersebut kepada anak-anak nya. 2. Kehidupan yang penuh stress dampak dari perekonomian yang lambat sehingga menyebabkan setiap kepala keluarga menanggung beban. 3. Keluarga yang cenderung keras akibat himpitan ekonomi sehingga sering menimbulkan tingkah laku agresif dan menyebabkan terjadinya penganiayaan fisik terhadap anak. 4 Soetarso 2004 Praktek Pekerja sosial, Bandung : Sekolah Tinggi Kesejahteran 63 4. Isolasi sosial, tidak adanya dukungan yang cukup dari lingkungan sekitar, tekanan sosial dari akibat situasi krisisekonomi, tidak bekerja dan masalah perumahan sehingga meningkatkan kerentanan keluarga yang akhirnya terjadi penelantaran anak. 5 Bentuk penelantaran anak pada umumnya dilakukan dengan cara membiarkan anak dalam siatuasi gizi buruk, kurang gizi, tidak mendapat perawatan kesahatan yang memadai, memaksa anak untuk melakukan ngemis atau pengamen, anak jalanan, buruh pabrik, pembantu rumah tangga PRT, pemulung dan jenis pekerjaan lainnya yang membahayakan pertumbuhan dan perkembangan anak. 6 Penelantaran anak termasuk penyiksaan pasif, yaitu segala keadaan perhatian yang tidak memadai baik fisik, emosi, maupun sosial. Sebab lain terjadinya penelantaran anak adalah dimana orang dewasa yang bertangungung jawab gagal untuk menyediakan kebutuhan memadai untuk berbagai keperluan, termasuk fisik gagal untuk menyediakan makanan yang cukup, pakaian, kebersihan, emosional kegagalan memberikan pengasuhan serta kasih sayang, pendidikan kegagalan dalam mengenyam bangku sekolah, kesehatan kegagalan untuk mengobati anak. 7 Sedangkan menurut Undang-Undang yang termasuk tindakan yang menyebabkan penelantaran anak yaitu: 5 Bagong suyatno , Masalah Sosial Anak, h.31. 6 Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, Bandung: Nuansa, 2006h.37 7 Dewi hapriyanti, Jurnal Ilmiah, Penelantaran Anak Oleh Orang Tua Ditinjau dari KUHP dan Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Universitas Mataram 2013, h.3