79
menajdi korban perdagangan manusia, 3600 anak bermasalah dengan hukum, dan 1,3 juta balita terlantar serta 34.000 anak jalanan.
15
Dapat disumpulkan bahwasannya usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah melalui peraturan
perundang-undangan dan pelaksanaannya masih belum efektif dalam penanganan masalah anak terlantar.
Indonesia sudah memiliki sederet aturan hukum untuk melindungi, mensejahterakan dan memenuhi hak-hak anak. Misalnya saja jauh sebelum
Ratifikasi Konvensi Hak Anak KHA tahun 1990, Indonesia mengesahkan Undang-undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteran Anak. Lalu muncul
kembali Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak setelah itu diamandemenkan menjadi Undang-undang No.35 Tahun 2014
tentang perlindungan anak, seharusnya sudah dapat menjadikan rujukan untuk benar-benar menjadikan anak Indonesia bebas dari berbagai masalah.
D. Anlisis penulis
Komisi Perlindungan Anak Indonesia tidak mempunyai peran terhadap pengasuhan anak akibat dari penelantaran anak, akan tetapi Negara lah yang
mempunyai hak atas perawatan nya, KPAI hanya mengarahi apabila ada anak yang terlantar agar segera ditangani oleh pihak terkait dalam hal ini
kementrian beserta lembaga nya agar anak itu langsung ditangani dengan baik. Tugas dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia adalah menerima
pengaduan dari masyarakat, mengawasi, akan tetapi Komisi Perlindungan Anak Indonesia tidak menangani masalah terebut secara langsung melainkan
15
Detik.com 16 19 juli 2016, “ mensos: Jumlah anak terlantar Indonesia adaa 4,1 juta, diakses pada 15 agustus 2016.
80
melimpahkan masalah tersebut kepada kementrian dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan masalah tersebut. Seorang anak berhak mendapatkan
perawatan, perlindungan, pendidikan, dan perhatian sebagai mana yang ditegaskan oleh hukum positif dan hukum islam. Hak-hak tersebut melekat
pada anak bukan pada orang tua atau siapapun. Pada dasarnya menurut hasil penelitian ini, penulis menemukan
bahwasannya permasalahan anak terlantar yang ada di Indonesia sangatlah banyak, ini sebagai mana yang di utarakan oleh berbagai pihak, mulai dari
narasumber yang berada di KPAI dan pejabat negara ini yang mempunyai wewenang bertindak mengurus permasalahana anak terlantar yang ada di
Indonesia, akan tetapi tingkat keseriusan pemerintah dalam hal menuntasakan permasalahan anak terlantar masih belum sesuai target yang diharapkan.
KPAI sebagai lembaga negara yang bersifat independen sudah banyak melakukan gerakan pengkampanyean terhadap perlindungan anak di
Indonesia Permasalahan ekonomi yang mendera bangsa Indonesia masih menjadi
factor terbesar dalam menghasilkan anak terlantar. Penulis memahami bahwasannya yang berhak bertanggung jawab atas
permasalahan anak khususnya pada anak terlantar adalah Negara sebagimana bunyi pasal 34 ayat 1 undang-
undang 1945 “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Karena hakikatnya setiap anak itu berhak
mendapatkan hidup yang layak beserta hak-haknya yang terpenuhi, dengan begitu anak dapat tumbuh dengan baik.
81
Pada dasarnya menurut hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwasan nya KPAI berupaya agar permasalahan anak terlantar itu tidak ada
lagi, akan tetapi lemahnya Negara membuat permasalahan anak itu seperti tidak ada habisnya, dalam hal ini KPAI menyadari bila memang
permasalahan anak terlantar ingin terhapusi di Indonesia harus didorong dengan anggaran yang memadai, tetapi melihat kondisi ekonomi negara yang
tidak setabil membuat keterbatasan ruang gerak dalam menangani permasalahan anak, bayangkan dari 33 provinsi yang ada di Indonesia baru
28 yang ada KPAI nya disetiap daerah, dan ini patut di kritisi, bahwasannya dalam hal ini Negara seperti tidak mampu, sedangkan selama dunia masih
berputar pasti akan ada terus permasalahan yang ada, dan ini tidak di topang dengan lembaga yang bergerak independen dalam mengurusi anak.
82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan analisi penulis terhadap penelitian yang telah diuraikan pada pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Didalam hukum positif anak berhak mendapatkan hak berupa, anak
berhak tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar. Setiap anak berhak mendapat jaminan identitas dan kewarganegaraan. Setiap
anak berhak beribadah sesuai agama yang dianutnya dan berfikir, berkreasi. Setiap anak berhak diasuh oleh orang tuanya serta dibesarkan
dan anak berhak mendapat asuhan dari orang lain apabila anak tersebut terlantar. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan, jaminan
sosial, mental, spiritual. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan. Setiap anak berhak menyatakan pendapat dan didengar pendapatnya
lalu mendapat informasi, mencari dan menerima. Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan
sebayanya, bermain, berkreasi Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan sebayanya, bermain,
berkreasi. Setiap anak yang menyandang cacat berhak mendapat rehabiltasi, bantuan sosial, dan kesejahteraan sosial. Setiap anak yang
diasuh oleh orang tua, wali, atau pihak lainnya berhak mendapat tanggung jawab dari perlakuan tidak baik. Setiap anak berhak diasuh
oleh orang tuanya sendiri kecuali ada alasan hukum tertentu yang