Hak-hak anak dalam hukum islam
26
sebagai pemegang hak pemeliharaanya. Biaya pemeliharaanya di tanggung
oleh ayahnya”
22
. Dalam kompilasi bab XIV pasal 98 dijelaskan sebagai berikut:
1. Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21
tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental
atau belum pernah melangsungkan perkawinan.
2. Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan
hukum di dalam dan diluarpegadilan.
3. Pengadilan agama dapat menunjuk salah seorang kerabat terdekat
yang mampu menunaikan kewajiban apabila kedua orang tuanya meninggal. Sebagaimana dalam firman Allah QS. Al-Baqarah [2] :
233
Artinya
: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya
22
Basiq Djalil, Pernikahan Lintas Agama, Jakarta: Qalbun Salim, 2005, h. 58.
27
ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika
kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. QS. Al-Baqarah [2] : 233
Pemeliharaan anak pada dasarnya menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya pemeliharaan dalam hal ini meliputi berbagai hal, masalah
ekonomi, pendidikan dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok anak. Dalam konsep Islam, tanggung jawab ekonomi berada pada tulang
punggung suami sebagai kepala rumah tangga. Bagaimana pun di dalam hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa istri dapat membantu suami
dalam menanggung kewajiban ekonomi tersebut. Karena itu hal yang terpenting adalah adanya kerjasama dan tolong menolong antara suami
istri dalam memelihara anak, dan mengantarkannya hingga anak itu dewasa. Kompilasi Hukum Islam KHI tidak secara rinci mengatur
masalah tersebut. Karena tugas dan kewajiban memelihara anak, sama dengan tugas dan tanggung jawab suami sekaligus sebagai bapak bagi
anak-anaknya
23
. 3.
Hak waris Salah satu perintah Allah kepada orang tua adalah memberi warisan
kepada anak-anaknya. Firman Allah Swt.
23
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Cet-1, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2000, h. 189.
28
Artinya: “Allah mensyariatkan bagimu tentang pembagian pusaka
untuk anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan dan jika anak itu
semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja,
Maka ia memperoleh separu harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan,
jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya
saja, Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.
Pembagian-pembagian tersebut di atas sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau dan sesudah dibayar hutangnya. Tentang
orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat banyak manfaatnya bagimu. ini
adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. QS. An-Nisa [4] : 11
Di sisi lain, Rasulullah Saw membatasi jumlah wasiat harta hanya sepertiga dari harta dengan tujuan agar kehidupan anak-anak kelak lebih
terjamin dengan bekal harta yang cukup. Tentunya bekal harta ini dimanfaatkan untuk hal-hal yang sangat bermanfat bagi hidup anaknya
29
dimana untuk menjamin masa depan anak walaupun oarang tuanya sudah tidak ada lagi.
Islam pun menetapkan bahwa janin mempunyai hak waris namun hak warisya belum sempurna sebelum ia lahir, apabila anak telah lahir
dan nampak ada tanda-tanda kehidupan pada dirinya ia telah mempunyai hak waris yang sempurna. Rasulullah Saw. Bersabda:
“Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Saw.. Bersabda jika bayi bersuara maka berhak mendapatkan warisan” HR. Abu Dawud
24
.
Seorang anak belum mampu untuk mengurusi hartanya sendiri, maka kepengurusan harta benda anak tersebut tentunya diserahkan kepada ayah
atau walinya. Hal tersebut dilakukan hingga anak itu dewasa atau sudah memiliki kemampuan untuk mengelola harta bendanya sendiri.
4. Hak nasab dan nama yang baik
Penetapan nasab merupakan salah satu hak seseorang anak yang terpenting dan merupakan sesuatu yang banyak memeberikan dampak
terhadap kepribadian masa depan anak.
25
Penetapan nasab mempunyai dampak yang sangat besar terhadap individu, keluarga dan masyarakat sehingga setiap individu berkewajiban
untuk merefleksikannya dalam masyarakat dengan demikian diharapkan anggota masyarakat nasabnya menjadi jelas. Karena pemusnahan nasab
24
Kitab Jamiul Ahadis, Mesir: Mesir 3 Hijriyah. No. 12265
25
Kautsar Muhammad, Al Mainawi, Huquq Altifi Fi Al Islam, Riyadh: Ammar Press, 1414 H, h. 49.
30
akan menjadikan seseorang rendah di mata orang lain dan kemungkinan akan dicaci maki karena tidak jelas asal usulnya. Selain itu dengan tidak
jelasnya nasab tersebut di khawatirkan akan terjadi perkawinan dengan mahram. Untuk itulah islam mengharamkan untuk menisbatkan
seseorang terhadap orang lain yang bukan ayahmya dan diharamkan untuk memusnahkan nasab dari pihak sang ayah. Oleh karena itu akan
dapat menimbulkan fitnah dan mafsadah yang besar serta merupakan penghancuran terhadap sendi-sendi keluarga.
5. Hak perlindungan duniawi dan ukhrawi
Pada abad ke 14 Allah Swt sudah mempringatkan agar tidak meninggalkan anak dalam keadaan lemah, tidak hanya lemah dari segi
materi atau hal-hal keduniaan tapi juga tidak meninggalkan anak dalam keadaan lemah iman. Firman Allah Swt..
Artinya: “dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar.” QS. An-Nisa [4] : 9
Pada ayat tersebut tidak hanya terbatas pada kelemahan fisik atau jasmani dikarenakan kekurangan gizi, kesehatanya yang kurang terjamin
atau cacat tubuh. Akan tetapi juga dapat di pahami dengan kekurangan harta benda atau kemiskinan sehingga anak tidak dapat memperoleh
31
pendidikan yang maksimal atau tidak memperoleh tempat hidup yang layak sehingga kehidupan anak tersebutmenjadi terlantar dan
mengantarkannya menjadi anak yang hidup di jalan dan menjadi beban masyarakat.
Islam telah menciptakan hak asasi anak ketika masih di dalam air mani ayahnya dan rahim ibunya. Dimana yang memeliki keberadaan
dalil atas hal itu kita bisa dapatkan bahwasanya dari ajaran-ajaran islam sendiri mendorong umatnya untuk memilik keturunan dengan melakukan
perkawinan yang resmi dan islam juga menganjurkan supaya agar memperbanyak keturunan dan memakruhkan pembatasanya. Bahkan kita
bisa mendapatkan al-Quran menilai anak itu sebagai hiasan hidup di dunia. Allah berfirman yang artinya “ harta dan anak – anak adalah
perhiasan kehidupan dunia’
26
. Anak juga akan menjadi penolong orang tua di saat butuh dan keperluan mendesak. Imam Ali Zainal abidin as
salah satu kebahagiaan bagi seorang pria ialah disaat memiliki anak yang membantu mereka.
Anak juga akan mewarisi sifat-sifat yang ada dari kedua orang tuanya, dimana melalui seorang anak lah orang tua menurunkan sifatnya
sendiri, pemikiran dan moral mereka dalam proses berlangsung pewarisan aspek sepiritual bagi eksistensi mereka. Dapat disimpulkan
bahwa islam sebagaimana al-Quran dan sunnah dengan arti yang lebih luas yaitu ucapan dan prilaku serta sikap para imam terdahulu membahas
26
Markaz Al-Risalah, Hak-Hak Sipil Dalam Islam, Cet-1, Jakarta: 2005, h. 46.
32
pentingnya mendidik seorang anak. Dengan kata lain memperhatikan anak-anak dari ketiadaan menuju keberadaan hingga kehidupan terus
berlangsung dari generasi sampai allah mewariskan kepada penghuninya. Adapun sebagai berikut:
1. Dipilihkan calon ibunya
Seorang anak sebelom lahir kedunia memiliki hak lain dari ayahnya yaitu dia harus memilihkan seorang ibu yang soleh bagi
anaknya kelak nanti ketika sudah lahir karena bakal calon akan dititipkan kepadanya. Sains juga mengatakan bahwa sifat bawaan
secara fisik dan spritual akan berpindah melalui proses reproduksi. Termasuk hal yang penting hendaklah seorang calon istrinya yang
memeliki nasab yang baik. Islam juga mewasiatkan seorang ayah agar memilih ibu anak-anaknya dari golongan orang yang beragama
dan beriman sebagai filter yang aman dimana untuk mencegah munculnya hal-hal yang tidak diinginkan
27
2. Hak anak setelah dilahirkan
Hak hidup, seorang anak baik laki-laki maupun perempuan memilik hak hidup. Oleh karenanya ini syariat sama sekali tidak
membolehkan kedua orang tua untuk memadamkan buah hatinya, baik hatinya, baik dengan atau dibunuh atau di aborsi. Islam telah
mengecam keras kebiasaan mengubur anak hidup-hidup yang sempat menyebar di zaman Jahiliyah. Al-quran menanyakan dengan
27
Markaz Al-Risalah, Hak-Hak Sipil Dalam Islam, h. 67.
33
penentangan dan ancaman apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya karena dosa apakah mereka dibunuh?
al-quran menganggap bahwa hal itu adalah kejahatan dalam terpaksa.
28
Perlu kita jelaskan di sini bahwa imam Ja’far telah membalikan pandangan diskriminatif yang mengungulkan kaum laki-laki dari
pada perempuan selaras dengan pandangan religius yang luas yaitu bahwa anak laki-laki itu adalah nikmat dan anak perempuan itu
sebagai kebaikan. Dimana Allah akan menanyakan nikmat tersebut dan memberikan pahala terhadap kebaikan tersebut.
3. Hak anak untuk memperoleh nama baik
Sebagian orang memeliki nama yang indah yang mengandung ketinggian makna dan melahirkan kebahagian. Nama-nama akan
membawa kita terhadap seseorang yang memiliki nama tersebut bagaikan doa dari orang tua untung anak supaya kelak sang anak
bisa mudah dikenal oleh orang lain dan bisa bersosialisasi, dan sebagian lain malah memilih nama yang jelek yang tidak bermakna
sama sekali, ketika anda mendengarnya akan merasa jengkel dan muak.
Sejatinya pengaruh psikologis dan sosial dari nama yang kita berikan kepada anak-anak kita nanti. Berapa banyak dari mereka
dengan nama yang jelek membuatnya tidak bisa tidur malam dan
28
Markaz Al-Risalah, Hak-Hak Sipil Dalam Islam, h72.
34
tidak tenang di karenakan cemoohan yang diterimanya dari masyarakat.
Islam sebagai salah satu agama yang menuntun proses perubahan terbesar tetap memberikan perhatian khusus terhadap
masalah dalam pemberian nama dan Nabi Muhammad Saw melakukan perubahan nama-nama yang jelek atau nama-nama yang
bertolak belakang dengan aqidah tauhid. Islam menangapi atas hak seorang anak terhadap ayahnya memberi nama untuknya nama yang
bisa diterima.
29
4. Hak pendidikan dan pengajaran
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwasanya masa-masa awal anak merupakan masa penentuan dalam kehidupan selanjutnya. Atas dasar
ulama menekankan pentingnya sebuah pendidikan di masa awal pertumbuhannya khususnya dibidang pendidikan dengan cara
memberikan pendidikan sopan santun yang baik. 5.
Hak keadilan dan persamaan Di dalam kehidupan anak laki-laki maupun perempuan pasti
akan timbul di antara mereka sebuah pertengkaran dimana hal ini menyebabkan salah satu dari mereka menjadi sakit hati yang
kelamaan bisa menjadi dendam di antara mereka. Anak-anak mempunyai persaan yang sangat sensitif dan ketika mereka merasa
bahwa orang tuanya lebih mengutamakan saudaranya yang lain akan
29
Markaz Al-Risalah, Hak-Hak Sipil Dalam Islam, h74.
35
timbul rasa iri di dalam hatinya. Oleh karenanya sudah seharusnya orang tua berbuat adil dan memberikan rasa nyaman kepada mereka
tali persaudaraan di antara saudara antara keluarga, kalau tidak maka perselisihan dan pertengkaran akan selalu ada pada dirinya dan hati
mereka.