Definisi Operasional Variabel Penelitian
perusahaan. Dalam mengukur kinerja keuangan ada beberapa rasio yang dilakukan, diantaranya adalah menghitung kinerja dengan
variabel ROA dan NPM. a.
Return on AssetY ROA menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari
volume penjualan. Ukuran atau rumus yang digunakan adalah rasio perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio ini
dirumuskan dengan
57
:
b. Net Profit MarginY
Net Profit Margin dihitung dengan menggunakan pendapatan bersih dibandingkan dengan penjualan. Hal ini
menunjukkan seberapa besarpersentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio
ini artinya semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Rasio ini
dirumuskan dengan
57
VeithzalRivai, dkk.,Bank
and Financial
Institution Management
: Conventional and Sharia System Jakarta : Raja GrafindoPersada, 2007, h.720.
2. Variabel Independen
a. Intellectual Capital X
1
Inttelectual Capital adalah pengetahuan Knowladge dan kemampuan abality yang dimiliki oleh suatu kolektivitas sosial,
seperti sebuah organisasi komunitas intelektual, atau praktik profesional serta intellectual capital mewakili sumber daya yang
bernilai tinggi dan berkemampuan untuk bertindak yang didasarkan pada pengetahuan.
58
Modal intelektual dalam penelitian ini adalah Modal intelektual yang diukur berdasarkan
pengukuran dari model value added yang diproksikan dari physical capital iB-VACA, human capital IB-VAHU dan
structural capital IB-STVA. Kombinasi dari ketiga value added disimbolkan dengan nama iB-VAIC yang dikembangkan
oleh Ulum. Formulasi dari perhitungan iB-VAIC adalah sebagai berikut:
iB-VAIC mengindikasikan
kemampuan intelektual
perbankan syariah yang merupakan penjumlahan dari iB- VACA, iB-VAHU dan iB-STVA. Rumus iB-VAIC adalah:
iB- VAIC™ = iB-VACA + IB-VAHU + iB-STVA
Keterangan: iB-
VAIC™ = Value Added Intellectual Capital iB-VACA = Value Added Capital Employed
58
Moeheriono, “Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi‖, Jakarta : Rajawali Pers, 2012, h. 305
iB-VAHU = Value Added Human Capital iB-STVA = Value Added Structural Capital
Sebelum menghitung variabel intellectual capital secara keseluruhan, perlu dihitung mengenai nilai tambah atau iB-
Value Added iB-VA. Rumus yang digunakan, yaitu:
iB-VA = OUT – IN
Keterangan; OUT output
: Total pendapatan IN input
: Beban usahaoperasional dan beban non operasional kecuali beban kepegawaian
karyawan. Metode iB-VAIC mengukur efisiensi tiga jenis input
perusahaan: modal manusia, modal struktural serta modal fisik dan finansial, yaitu:
1. Value Added Capital Employed iB-VACA.
iB-VACA adalah indikator untuk iB-VA yang diciptakan oleh satu unit dari human capital. Rasio ini menunj ukkan
kontibusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added perusahaan.
Keterangan: iB-VACA :Value Added Capital Employed: rasiodariiB-VA
terhadap CE
iB-VA :value added CE :Capital Employed: dana yang tersedia total ekuitas
2. iB-Value Added Human CapitaliB-VAHU
iB-VAHU menunjukkan berapa banyak iB-VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenagakerja.
Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi.
Keterangan : iB-VAHU :Value added Human Capital: rasiodariiB-VA
terhadap HC iB-VA :Value added
HC :Human capital: beban karyawan 3.
Structural Capital Value AddediB-STVA Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk
menghasilkan satu rupiah dari iB-VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
Keterangan : STVA : Structural Capital Value Added: rasio dari SC
terhadap IB-VA SC
: Structural capital: IB-VA – HC
IB-VA : Value Added
Untuk dapat dilakukan pemeringkatan terhadap sejumlah perbankan, hasil perhitungan iB-VAIC untuk selanjutnya dapat disebut BPI dapat
diranking berdasarkan skor yang dimiliki. Sejauh ini, belum ada standar tentang skor kinerja IC tersebut, namun penelitian Ulum 2008 telah
merumuskan untuk memberikan kategori dari hasil perhitungan VAIC, yaitu:
1. Top performers– skor VAICTMdi atas 3,00
2. Good performers – skor VAICTMantara 2,0 sampai 2,99
3. Common performers – skor VAICTMantara 1,5 sampai 1,99
4. Bad performers – skor VAICTMdi bawah 1,5
b. Good Corporate Governance X
2
Kualitas penerapan GCG adalah sejauh mana Bank menjalankan peraturan dan ketetapan BI tentang GCG. Diukur
dengan nilai komposit peringkat kualitas penerapan GCG bank berdasarkan kesesuaian pelaksanaan aspek GCG oleh
bank dengan faktorfaktor penilaian yang telah ditetapkan Bank Indonesia dalam Surat Edaran BI No. 1213DPbS
Tahun 2010 yang mencakup 70 indikator pada 11 faktor. Untuk mengetahui kulitas penerapan GCG pada Bank
Umum Syariah dilakukan Analisis Data. Analisis Data yang dilakukan ada 2 tahap yaitu:
1. Menganalisis peringkat penerapan masing-masing Faktor
GCG. Analisis dilakukan dengan content analysis.
Indikator-indikator dibuat khusus untuk penilaian kualitas penerapan GCG pada Bank Umum Syariah. Seluruh faktor,
sub faktor dan indikator diambil dari lampiran 4 SE Bank Indonesia No.1213DPbS 2010 dengan memperhatikan
ketentuan pasal 62 PBI No. 1133PBI2009. Pengisian dilakukan dengan cara pemberian nilai
indikator sesuai dengan apa yang diungkapkan di laporan GCG dengan ketentuan sebagai berikut.
Nilai Keterangan
1 Penerapan indikator GCG sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Penerapan indikator GCG tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 12 13DPbSTahun 2010
Setelah diberikan nilai pada masing-masing indikator penerapan GCG, kemudian kualitas penerapan faktor
dikategorisasi dengan ketentuan sebagai berikut:
No Peringkat
Keterangan 1
1 Memenuhi 87.5-100 total indikator
2 2
Memenuhi 62.5-87.4 total indikator 3
3 Memenuhi 37.5-62.4 total indikator
4 4
Memenuhi 12.5-37.4 total indikator 5
5 Memenuhi 0 - 12.4 total indikator
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 12 13DpbSTahun 2010.
Penetapan peringkat faktor penerapan GCG bagi Bank Umum Syariah sebagaimana pada tabel diatas berlaku dalam
hal peringkat faktor berdasarkan hasil Content Analysis setinggi-tingginya sama dengan peringkat faktor bardasarkan
hasil self assessment BUS. Dalam hal peringkat faktor hasil Content Analysis lebih tinggi daripada peringkat faktor berdasar
self assessment BUS, maka yang digunakan adalah peringkat faktor hasil self assessment BUS.
2. Menganalisis kualitas penerapan GCG
Setelah mendapatkan data mengenai kualitas penerapan setiap faktor GCG, selanjutnya adalah
menganalisis kualitas penerapan GCG pada bank syariah dengan mengalikan peringkat masing-masing faktor dengan
bobot yang telah ditentukan oleh BI yang kemudian menghasilkan nilai komposit yang berlandaskan aturan
berikut:
No Faktor
Bobot 1
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
12.50 2
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
17.50 3
Kelengkapan dan
pelaksanaan tugas
komite 10.00
4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
DewanPengawas Syariah 10.00
5 Pelaksanaan
Prinsip Syariah
dalam kegiatanpenghimpunan
dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa 5.00
6 Penanganan benturan kepentingan
10.00 7
Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5.00
8 Penerapan fungsi audit intern
5.00 9
Penerapan fungsi audit ekstern 5.00
10 Batas Maksimum Penyaluran Dana
5.00 11
Transparansi kondisi
keuangan dan
nonkeuangan, laporan pelaksanaan GCG danpelaporan internal
15.00
TOTAL 100.00
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 12 13DpbSTahun 2010.
Setelah menemukan nilai komposit, ditentukan predikat kualitas pelaksanaan GCG pada bank sebagai berikut :
No. Nilai Komposit
PredikatKualitas 1
1,5 Sangat Baik
2 1,5 sampai dengan 2,4
Baik 3
2,5 sampai dengan 3,4 Cukup Baik
4 3,5 sampai dengan 4,4
Buruk 5
4,5 sampai dengan 5 Sangat Buruk
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 12 13DpbSTahun 2010.