Good Corporate Governance LANDASAN TEORI

sempit, hubungan anatara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. 40 Forum for Corporate Governance in IndonesiaFCGI mendefinisikan GCG sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. 41 Menurut Word Bank dalam Muhammad 2014 Good Corporate Governance merupakan kumpulan hukum, peraturan da kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat medorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. 42 Sedangkan, dalam Peraturan Bank Indonesia No. 1133PBI2009 dinyatakan bahwa good corporate governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan transparency, akuntabilitas accountability, 40 Sedarmayanti,”Good Governance Kepemerintahan yang Baik dan Good Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan yang Baik‖, Bandung: Mandar Maju, 2007 h. 54 41 Ibid., h. 52-53 42 Muhammad,”Manajemen Keuangan Syariah Analisis Fiqh dan Keuangan‖,Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014, h. 652 pertanggungjawaban responsibility, professional professional, dan kewajaran fairness. 43 2. Landasan Hukum Good Corporate Governance Penerapan Corporate Governance yang baik good corporate governance,GCG telah menjadi kewajiban semua bank umum yang beroperasi di Indonesia. kewajiban itu ditetapkan melalui peraturan Bank Indonesia PBI nomor 84PBI2006, yang kemudian diubah dengan PBI nomor 814PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006 selanjutnya PBI-2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum. Perlakuan itu berlaku untuk semua bank umum, termasuk bank umum syariah BUS, dan bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah UUS. Khusus untuk perbankan syariah, kewajiban tersebut dicantumkan dalam pasal 34 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mewajibkan perbankan syariah untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip GCG, karena ketidaksesuaian tata kelola bank dengan prinsip syariah akan berpotensi menimbulkan berbagai resiko terutama resiko reputasi bagi perbankan syariah. Dalam perkembangan terakhir, Bank Indonesia pada 7 desember 2009 telah menerbitkan PBI nomor 1133PBI2009 43 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 1133PBI2009 tentang Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, h.5 tentang pelaksanaan GCG bagi Bank umum syariah BUS dan Unit usaha syariah UUS, selanjutnya ditulis PBI-2009, yang diberlakukan sejak 1 Januari 2010. Kemudian agar good Corporote Governance dapat terukur, pada tanggal 30 April 2010 Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran BI No. 1213DPbS perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan perhitungan nilai komposit Self Assessment GCG. Pada 3 November 2011, KNKG meluncurkan Pedoman GGBS. Dengan diluncurkannya GGBS, maka pedoman ini akan menjadi pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan lembaga keuangan syariah khususnya bank syariah di Indonesia. Dengan menjalankan GGBS ini diharapkan bisnis yang dijalankan oleh bank syariah akan lebih efektif. Selanjutnya pelaksanan GCG pada bank syariah juga diatur dalam POJK nomor 8POJK.032014 tentang penilaian tingkat kesahatan Bank umum syariah dan Unit usaha syariah dalam rangka meningkatkan efektivitas penilaian tingkat kesehatan bank untuk menghadapi perubahan kompleksitas usaha dan profil risiko yang dapat berasal dari bank maupun dari perusahaan anak bank dan sebagai penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko Risk-based Bank Rating. 3. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Dalam kaitan tumbuhnya kesadaran akan perntingnya Corporate Goernance ,maka OECD telah mengembangkan prinsip Good Corporate Governance dan dapat diterapkan secara luwes sesuai dengan keadaan, budaya dan tradisi masing-masing negara. Prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance GCG meliputi : a. Fairness Kewajaran Perlakukan yang sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam. b. Discloure dan Transparency Transparansi Hak pemegang saham, yang harus diberi informasi benar dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan mendasar atas perusahaan dan meperoleh bagian keuntungan perusahaan. Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan. c. Accountability Akuntanbilitas Tanggung jawab manajemen melalui pengawan efektif berdaarkan keeimbangan kekuasaan anatara manajer, pemegang saham, dewan komisaris dan auditor, merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan dan pemegang saham d. Responsibility Responsibilitas Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang akatif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan. Keempat prinsip tersebut penting karena penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat kinerja perusahaan baik yang sifatnya kinerja finansial maupun non finansial akan juga turut membaik. 44 Sedangkan prinsip GCG dalam perbankan syariah sebagaimana dalam Peraturan Bank Indonesia No. 1133PBI2009 adalah bahwa prinsip-prinsip dalam GCG bahwa harus menerapkan prinsip keterbukaan transparency, akuntabilitas accountability, profesional professional, kewajaran fairness, dan pertanggungjawaban 44 Thomas S. Khaihatu, “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia ”, Surabaya: Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 8, no. 1: 1-9. 2006, h. 2. responsibility. Selain itu Prinsip dasar pelaksanaan GCG ini juga dijelaskan dalam pedoman Good Governance Bisnis Syariah GGBS. Prinsip ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 45 1 Transparasi Transparansi adalah keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan. 46 Berdasarkan prinsip syariah yang ditegaskan dalam surat al-Baqarah2: 282                                                                                                                                 45 Pedoman Umum Good Governance Bisnis Syariah GGBS dikeluarkan oleh KNKG 2011, h. 16 46 Penjelasan Atas PBI No. 1133PBI2009 Tentang Pelaksanaan GCG Bagi BUS dan UUS pada bagian Umum.                  ―Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kalian menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan apa yang akan ditulis itu, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun dari utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antara kalian. Jika tak ada dua orang lelaki, maka boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kalian ridai, supaya jika seorang lupa, maka yang seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan memberi keterangan apabila mereka dipanggil; dan janganlah kalian jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan kesaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguan kalian. Tulislah muamalah kalian itu, kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kalian jalankan di antara kalian; maka tak ada dosa bagi kalian, jika kalian tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kalian berjual-beli; dan janganlah penulis dan saksi saling menyulitkan. Jika kalian lakukan yang demikian, maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada diri kalian. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajar kalian; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.‖ Berdasarkan ayat di atas, maka semua transaksi harus dilakukan secara transparan. Tranparansi transparency mengandung unsur pengungkapan disclosure dan penyediaan informasi yang memadai dan mudah diakses oleh pemangku kepentingan. Transparansi diperlukan agar pelaku bisnis syariah menjalankan bisnis secara objektif dan sehat. Pelaku bisnis syariah harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan yang sesuai dengan ketentuan syariah. 2 Akuntabilitas Akuntabilitas merupakan asas penting dalam bisnis syariah sebagaimana tercermin dalam surat al-Isra17: 84 yang berbunyi :             ―Katakanlah, Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaan-nya masing- masing.‖ Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.‖ . dan dalam surat al-Isra17: 36 yang berbunyi:                    Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.‖ Akuntabilitas accountability mengandung unsur kejelasan fungsi dalam organisasi dan cara mempertanggungjawabkannya. Pelaku bisnis syariah harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu bisnis syariah harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan pelaku bisnis syariah dengan tetap memperhitungkan pemangku kepentingan dan masyarakat pada umumnya. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3 Responsibilitas Dalam hubungan dengan asas responsibilitas responsibility, pelaku bisnis syariah harus mematuhi peraturan perundangan dan ketentuan bisnis syariah, serta melaksanakan tanggung-jawab terhadap masyarakat dan lingkungan. Tanggungjawab atas perbuatan manusia dilakukan baik di dunia maupun di akhirat, yang semuanya direkam dalam catatan yang akan dicermatinya nanti, sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-Isra17: 14 yang berbunyi :         ―Bacalah kitabmu laporan pertanggungjawabanmu. Cukuplah kamu pada waktu itu mengevaluasi dirimu sendiri.‖ Dengan pertanggungjawaban ini maka entitas bisnis syariah dapat terpelihara kesinambungannya dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai pelaku bisnis yang baik good corporate citizen. 4 Independensi Dalam hubungan dengan asas independensi independency, bisnis syariah harus dikelola secara independen sehingga masing- masing pihak tidak boleh saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun. Independensi terkait dengan konsistensi atau sikap istiqomah yaitu tetap berpegang teguh pada kebenaran meskipun harus menghadapi risiko. Sebagaimana firman Allah dalam surat Fushshilat41: 30 yang berbunyi :                     Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu‖ 5 Kewajaran dan Kesetaraan Kewajaran dan kesetaraan fairness mengandung unsur kesamaan perlakuan dan kesempatan. Allah Swt berfirman dalam surat al-Maidah5: 8, yang berbunyi:                                ―Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian jadi orang- orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menja-di saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan‖ Fairness atau kewajaran merupakan salah satu manifestasi adil dalam dunia bisnis. Setiap keputusan bisnis, baik dalan skala individu maupun lembaga, hendaklan dilakukan sesuai kewajaran dan kesetaraan sesuai dengan apa yang biasa berlaku, dan tidak diputuskan berdasar suka atau tidak suka. Pada dasarnya, semua keputusan bisnis akan mendapatkan hasil yang seimbang dengan apa yang dilakukan oleh setiap entitas bisnis, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam usul fikih terdapat sebuah kaidah yang diturunkan dari sabda Rasulullah Saw, al-kharaj bidhdhaman yang artinya bahwa usaha adalah sebanding dengan hasil yang akan diperoleh, atau dapat pula dimengerti sebagai risiko yang berbanding lurus dengan pulangan return. Dalam melaksanakan kegiatannya, Pelaku bisnis syariah harus senantiasa memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan, berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraa. Dengan adanya penerapan prinsip ini secara baik maka hal ini akan menjadi nilai tambah bagi perbankan syariah dalam mengembangkan usahanya di masa mendatang. 4. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance Tujuan dan Manfaat GCG dijelaskan pada Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, yaitu: 47 47 Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006, h. 2 1 Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan. 2 Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing- masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham. 3 Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. 4 Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan. 5 Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. 6 Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambunga 5. Mekanisme Good Corporate Governance Menurut Barnhat dan Rosentein 1998 dalam Vinola 2008 , Mekanisme corporate governancedibagi menjadi dua kelompok 48 : 1 Berupa internal mechanism mekanisme internal seperti komposisi dewan direksi komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif 2 external mechanisms seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing. ..... The mechanisms available to ensure economic efficiency are manifold and comprise: i the market for corporate control both the hostile takeover market and the market for partial control, ii large shareholder and creditor in particular bank monitoring, iii internal control mechanisms such as the board of directors, various non-executive committees and the design of executive compensation contracts, and iv external mechanisms such as product –market competition, external auditors and the regulatory framework of the corporate law regime and stock exchanges. 49 Mekanisme untuk memastikan efisiensi ekonomi banyak ragamnya, terdiri dari: i pasar untuk kontrol perusahaan baik pasar pengambilalihan dan pasar untuk kontrol parsial , ii pemegang saham besar dan kreditur di bank tertentu pemantauan , iii mekanisme kontrol internal seperti dewan direksi, berbagai komite non - eksekutif dan kompensasi eksekutif , dan iv mekanisme eksternal seperti persaingan produk - pasar , 48 Vinola Herawaty , “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings ManagementTerhadap Nilai Perusahaan ” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10, No. 2, November 2008: 97-108, h.101 49 Kevin Keasey, Steve Thompson dan Mike Wright, “Corporate Governance Accountability, Enterprise and International Comparisons ”, England: John Wiley Sons Ltd, 2005, h. 285 auditor eksternal dan kerangka peraturan dari rezim hukum perusahaan dan pasar saham. Dalam penerapan good corporate governance pada perbankan dibutuhkan unsur yang mendukung. Adapun unsur- unsur tersebut adalah: 50 a. Corporate governance- internal perusahaan Unsur-unsur yang berasal dari perusahaan adalah: 1. Pemegang saham; 2. Direksi; 3. Dewan komisaris; 4. Manajer; 5. Karyawan; 6. Sistem remunerasi berdasarkan kinerja; 7. Komite audit. b. Corporate governance- eksternal perusahaan Unsur-unsur yang berasal dari luar perusahaan adalah: 1. Kecukupan undang-undang dari perangkat hukum; 2. Investor; 3. Institusi penyedia informasi; 4. Akuntan publik; 5. Pemberi pinjaman; 50 Endang Siti Arbaina, “Penerapan Good Corporate Governance pada Perbankan di Indonesia‖, Universitas Negeri Surabaya h. 7 6. Institusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan; 7. Lembaga yang mengesahkan legalitas. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11 33PBI2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah Pasal 2 ayat 3 mengenai Ketentuan Umum bahwa pelaksanaan GCG paling kurang harus diwujudkan dalam pelaksanaan tugas da tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah. Sehingga Khusus untuk perbankan syariah, maka unsur tersebut ditambah oleh adanya Dewan Pengawas Syariah DPS yang bertugas untuk mengawasi kegiatan perbankan yang harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah shariah compliance. 6. Good Corporate Governance pada Perbankan Syariah Seiring dengan perkembangan industri perbankan syariah khususnya di Indonesia antara lain di tandai dengan semakin beragamnya produk perbankan syariah dan bertambahnya sekmen pasar pelayanan perbankan syariah, maka penerapan Good Corporate Governance di lembaga perbankan syariah menjadi sebuah ke harusan yang tak terbantahkan. Bahkan bank- bank syariah harus tampil sebagai pionir terdepan dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance tersebut. Hal ini lebih ditujukan kepada adanya tanggung jawab publik public accountability berkaitan dengan kegiatan operasional bank yang diharapkan benarbenar mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam hukum positif. Di samping itu juga berkaitan dengan kepatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah sebagaimana yang telah digariskan dalam al-Quran, Hadis, dan Ijmak para ulama. 51 Khusus dalam perbankan syariah dikenal adanya prinsip- prinsip syariah yang mendukung bagi terlaksananya prinsip GCG dimaksud, yakni keharusan bagi subjek hukum termasuk bank untuk menerapkan prinsip kejujuran shiddiq, edukasi kepada masyarakat tabligh, kepercayaan amanah, dan pengelolaan secara profesional fathanah. Shiddiq berartimemastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan dana masyarakat akan dilakukan dengan mengedepankan cara-cara yang diperkenankan halal serta menjauhi caracara yang meragukan subhat terlebih lagi yang bersifat dilarang haram. Dengan demikian penerapan GCG pada bank syariah diharapkan semakin meningkatnya kepercayaan publik kepada bank syariah, pertumbuhan industri jasa keuangan Islam dan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan akan senantiasa 51 Aldira Maradita ,‖ Karakteristik Good Corporate Governance pada Bank Syariah dan Bank Konvensional ” Yuridika : Volume 29 No 2, Mei-Agustus 2014 h.193 terpelihara, dan keberhasilan industri jasa keuangan Islam dalam menerapkan GCG akan menempatkan lembaga keuangan Islam sejajar dengan lembaga keuangan internasional lainnya. 7. Penilaian Self Assessment Good Corporate Governance Bank Umum Syariah di Indonesia Berdasarkan PBI No. 1133PBI2009 tanggal 7 Desember 2009 dan Surat Edaran BI No. 1213DPbS tanggal 30 April 2010 perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, perhitungan nilai komposit Self Assessment GCG adalah sebagai berikut : a. Penilaian atas pelaksanaan GCG bagi BUS, dilakukan terhadap 11 sebelas faktor sebagai berikut: 1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris; 2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi; 3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite; 4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah; 5 Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa; 6 Penanganan benturan kepentingan; 7 Penerapan fungsi kepatuhan; 8 Penerapan fungsi audit intern; 9 Penerapan fungsi audit ekstern; 10 Batas Maksimum Penyaluran Dana; dan 11 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan pelaksanaan GCG serta pelaporan internal; b. Menyusun analisis self assessment, dengan cara membandingkan pemenuhan setiap KriteriaIndikator dengan kondisi Bank berdasarkan data dan informasi yang relevan. Berdasarkan hasil analisis tersebut ditetapkan peringkat masing-masing KriteriaIndikator. Adapun kriteria peringkat adalah sebagai berikut: 1 Peringkat 1: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank sangat sesuai dengan KriteriaIndikator. 2 Peringkat 2: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank sesuai dengan KriteriaIndikator. 3 Peringkat 3: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank cukup sesuai dengan KriteriaIndikator. 4 Peringkat 4: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank kurang sesuai dengan KriteriaIndikator. 5 Peringkat 5: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank tidak sesuai dengan KriteriaIndikator. c. Untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor, Bank mengalikan peringkat dari masing-masing faktor dengan bobot tertentu. Bobot masing-masing faktor ditetapkan sebagaimana tabel berikut: Tabel 2.1 Bobot Perhitungan Nilai Komposit Self Assessment GCG Menurut Bank Indonesia No Faktor Bobot 1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris 12.50 2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 17.50 3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 10.00 4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DewanPengawas Syariah 10.00 5 Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatanpenghimpunan dana dan penyaluran dana sertapelayanan jasa 5.00 6 Penanganan benturan kepentingan 10.00 7 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5.00 8 Penerapan fungsi audit intern 5.00 9 Penerapan fungsi audit ekstern 5.00 10 Batas Maksimum Penyaluran Dana 5.00 11 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal 15.00 TOTAL 100.00 d. Untuk mendapatkan nilai komposit, Bank menjumlahkan nilai dari seluruh faktor. Berdasarkan nilai komposit tersebut, Bank menetapkan predikat komposit sebagaimana tabel berikut: 1 Nilai Komposit 1.η diberi predikat “Sangat Baik” 2 1.η ≤ Nilai komposit 2.η diberi predikat “Baik” 3 2.η ≤ Nilai Komposit 3.η diberi predikat “Cukup Baik” ζ 3.η ≤ Nilai Komposit ζ.η diberi predikat “Kurang Baik” η ζ.η ≤ Nilai Komposit £ η diberi predikat “Tidak Baik”

D. Tinjauan Review Kajian Terdahulu

Untuk mendukung materi maka penulis membandingkan dengan beberapa penelitian terdahulu brtikut adalah penelitian terdahulu yang membahas mengenai Inttelectual Capital, Good Corporate Governance dan Kinerja Keuangan. No. Penelitian Substansi Perbedaan 1. Peneliti : Ihyaul Ulum Universitas Diponegoro Judul : Pengaruh Intellectual Capital Terhadap kinerja keuangan perusahaan Perbankan di Indonesia Thesis pada Program Studi Sains dan Akuntasi, Tujuan : Menginvestigasi hubungan antara efisiensi dari value added komponen-komponen utama yang berbasis pada sumber daya perusahaan yaitu physical capital, human capital dan structural capital dan tiga dimensi tradisional kinerja keuangan perusahaan yang terdiri dari profitabilitas ROA, produktivitas ATO dan GR. Objek dan waktu penelitian : 130 perusahaan perbankan di Indonesia selama tiga periode 2004-2006 Metode Penelitian : Tujuan : MengujiPengaruh Intellectual Capital dan Good Corporate Governance terhadapkinerja 10 Bank Umum Syariah di Indonesia dengan mengukur kinerja keuangan yang terdiri dari ROA dan NPM Objek dan waktu penelitian: 10 Bank Umum Syariah di Indonesia dalam rentang waktu 2011 – 2014 Metode Penelitian : Menguji tiga elemen dari IB- VAIC , Good Corporate Governance yang di Universitas Diponegoro Semarang Tahun : 2007 Menguji tiga elemen dari VAIC TM dan ukuran-ukuran kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan partial least squares PLS untuk analisis data. Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif IC VAIC TM terhadap kinerja keuangan perusahaan; IC VAIC TM juga berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan; dan bahwa rata- rata pertumbuhan IC the rate of growth of a company’s IC- ROGIC tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. Proksikan kualitas GCGdan ukuran-ukuran kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan SEM-PLS 2. Peneliti : Gholam Sajadi Khah, Mojtaba Mohammad Hosseiniyan, dan Reza Bakht Applied mathematics in Engineering, Management and Technology Judul : Analysis of the Effect of Intellectual Capital on Financial Performance of Companies Accepted in Tehrans Stock Exchange Journal Applied mathematics in Engineering, Management and Technology 2 3 2014:163- 170 Tujuan : Menganilisis pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan perusahaan di Tehrans Stock Exchange. Objek dan waktu penelitian : 180 Perusahaan yang terdaftar di Tehrans Stock Exchange. Waktu penelitian 2009 -2012 Metode Penelitian : Menguji tiga elemen dari VAIC TM dengan Kinerja yang terdiri dari Tobins_Q, GRO dan MVBV . Megnalisis data dengan Regresi Linear Berganda dengan bantuan Software SPSS versi 19,0 for Windows Hasil : Dari hasil uji regresi linear berganda, variabel Intellectual Capital menunjukkan pengaruh signifikan dan positif Terhadap Kinerja keungan perusahaan, nilai perusahaan dan pertumbuhan perusahaan . Tujuan : MengujiPengaruh Intellectual Capital dan Good Corporate Governance terhadapkinerja 11 Bank Umum Syariah di Indonesia dengan mengukur kinerja dengan mengukur kinerja keuangan yang terdiri dari ROA dan NPM Objek dan waktu penelitian : 11 Bank Umum Syariah di Indonesia dalam rentang waktu 2011 – 2014 Metode Penelitian : Menguji tiga elemen dari IB- VAIC , Good Corporate Governance yang di Proksikan kualitas GCGdan ukuran-ukuran kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan SEM-PLS