Teori Hâl dalam Bahasa Arab 1. Pengertian Hâl

terhadap teks kuno, yang biasanya tidak menggunakan tanda baca, paragraph, dan lain-lain. Seperti halnya teks-teks modern. Maka penerjemah harus memodernkannya, karena penerjemah menerjemahkan teks klasik itu di masa modern telah menggunakan tanda baca. d. Penerjemah boleh menambah, mengurangi, bahkan mempercantik teks bahasa sasaran. Sekali lagi, yang terpenting dalam proses penerjemahan ini ialah makna tersampaikan, hasil terjemahan terbilang luwes, dan enak dibaca. Secara umum prinsip penerjemahan ada empat, yakni: 38 a. Tidak mengubah maksud pengarang teks asal b. Menghasilkan terjemahan yang mudah dipahami pembaca c. Menghormati kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa sasaran d. Menerjemahkan makna bahasa bukan menerjemahkan bentuk bahasa B. Teori Hâl dalam Bahasa Arab B. 1. Pengertian Hâl Hâl merupakan salah satu bentuk kalimat isim dalam bahasa Arab yang oleh para ahli nahwu diartikan sebagai kalimat yang menjelaskan keadaaan yang masih samar dan statusnya dalam kalimat sebagai keterangan tambahan aposisi Mustofa Amin, mendefinisikannya sebagai kalimat isim yang dinasabkan, berfungsi untuk menjelaskan keadaan fail atau maful bih 38 Wiki Pedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas ketika terjadinya suatu pekerjaan. Fail dan maful bih ini disebut Shâhib al- hâl. 39 Hâl menurut Muhamad al-Intinakiy ialah isim yang berupa sifat yang dinasabkan; berfungsi untuk menjelaskan keadaan yang samar dari Shâhib al-hâl ketika terjadinya suatu pekerjaan. Kedua teori ini cenderung sama. Dalam teori ini masih terdapat kelemahan, yakni tidak ada kata yang menunjukan kepada isim nakiroh. Karena disyaratkan bahwa hâl harus berupa isim nakiroh. Jika bukan berupa isim nakiroh maka harus ditawil ke dalam isim nakiroh. Sementara Fuad Nimah mendefinisikannya sebagai, “Kalimat isim nakiroh yang dinasabkan; berfungsi untuk menjelaskan kesamaran keadaan fail dan maful bih ketika terjadinya suatu pekerjaan, menimbulkan pertanyaan bagaimana آ ? Sedangkan fail dan maful bih itu disebut Shâhib al-hâl. Shâhib al-hâl harus berupa isim marifah. Dalam buku al-Nawhu al-Asasiy, disebutkan bahwa hâl adalah sifat berbentuk isim nakiroh yang dinasabkan. Berfungsi untuk menjelaskan kesamaran Shâhib al-hâl pada waktu terjadinya pekerjaan. 40 Dari keempat teori di atas, Penulis lebih condong terhadap teori yang dikemukakan oleh Fuad Nimah. Definisi tersebut sebenarnya telah menjelaskan hâl lebih rinci di bandingkan antara ketiga defenisi lainnya. Sebagaimana yang Penulis ketahui, bahwa definisi adalah kata, frasa, atau 39 Mustofa Amin, al-Nahwu al-Wâdih: Fî Qawâ’idu al-Lughah al-Arabiyah libanon: Dar al-Maarif, tth, h. 97 40 Hamasah Abdullatief, Nahwu al-Asasiy Madinah: Dar al-Fikr, 1997.h. 337 kalimat yang mengungkapakan makna, keterangan, atau ciri-ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktifitas; batasan arti. 41 Mustofa al-Ghalayain dalam bukunya yang berjudul Jami al-Durus al-Arabiyah menuliskan, bahwa hâl adalah sifat tambahan yang disebutkan untuk menjelaskan kesamaran dan sifat tersebut pantas dilekatkan pada isim tersebut. Sedangkan Drs. Abdullah Abbas Nadawi mendefinisikan, Hâl adalah istilah tata bahasa Arab yang berarti keadaan pada waktu kata kerja utama terjadi. Dalam definisi disebutkan kata kerja utama, Penulis berkesimpulan pasti ada kata kerja kedua. Pendapat Penulis, hâl kedudukannya sebagai kata kerja kedua setelah fiil yang berfungsi sebagai kata kerja utama. Contoh: ﺪ ﺎ ﺎ ”Muhammad berkhatbah dengan berdiri” Kalau dilihat secara sepintas teks bahasa sasaran terdapat dua kata kerja, yakni berkhatbah dan berdiri. Walaupun sebenarnya kalau dilihat teks bahasa sumbernya, ﺎ ﺎ adalah kalimat isim.

B. 2. Pengklasifikasian H âl dalam Bahasa Arab