2. Pengklasifikasian H âl dalam Bahasa Arab

kalimat yang mengungkapakan makna, keterangan, atau ciri-ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktifitas; batasan arti. 41 Mustofa al-Ghalayain dalam bukunya yang berjudul Jami al-Durus al-Arabiyah menuliskan, bahwa hâl adalah sifat tambahan yang disebutkan untuk menjelaskan kesamaran dan sifat tersebut pantas dilekatkan pada isim tersebut. Sedangkan Drs. Abdullah Abbas Nadawi mendefinisikan, Hâl adalah istilah tata bahasa Arab yang berarti keadaan pada waktu kata kerja utama terjadi. Dalam definisi disebutkan kata kerja utama, Penulis berkesimpulan pasti ada kata kerja kedua. Pendapat Penulis, hâl kedudukannya sebagai kata kerja kedua setelah fiil yang berfungsi sebagai kata kerja utama. Contoh: ﺪ ﺎ ﺎ ”Muhammad berkhatbah dengan berdiri” Kalau dilihat secara sepintas teks bahasa sasaran terdapat dua kata kerja, yakni berkhatbah dan berdiri. Walaupun sebenarnya kalau dilihat teks bahasa sumbernya, ﺎ ﺎ adalah kalimat isim.

B. 2. Pengklasifikasian H âl dalam Bahasa Arab

Muhamad Amin mengelompokan hâl menjadi lima jenis, yakni hâl mufrad tingkat kata, hâl jumlah ismiyah Klausa Nominal, hâl jumlah filiyah 41 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus BesarBahasa Indonesia, edisi ke-3, h.1119 Klausa Verbal, hâl zaraf preposisi + N1, dan hâl jar majrur preposisi + N1 . 1. Hal Mufrad Tingkat Kata. Mufrad sendiri memiliki arti tunggal tidak lebih dari satu. Jadi, hâl mufrad ialah yang teridiri dari isim mufrad terdiri dari satu kata. Contoh: ﺄ ارﺎ مﺎ ا آ ”Janganlah kamu makan makanan dalam keadaan panas” 2. Hâl Jumlah Ismiyah Klausa Nominal. Jumlah ismiyah berarti jumlah yang terdiri mubtada dan khabar. Hal ini terdiri dari N1mubtada + N2 khabar, biasa diiringi oleh wawu hâliyah. Contoh: ﺔﻬآﺎ ا آ ﺄ ﺔ هو “Janganlah kamu makan buah dalam keadaan masih mentah” 3. Hâl Jumlah Fi’liyah Klausa Verbal. Hâl ini terdiri dari fi’il dan fa’il, baik itu fi’il mudore’ imperfektum maupun fi’il mâdi perfektum. Jika terdiri dari fi’il mâdi di syaratkan fi’il mâdi itu dibarengi oleh huruf wawu hâliyah dan huruf qad. Contoh: ءﺎ ﺪ ﻷا ﺮ ﺪ و كﻮ أ بﺎ ”Saudaramu tidak hadir sedangkan semua teman-teman hadir” ﻜ ا بﺮ اﺪ ز أر ”Aku melihat zaid sedang memukul anjing” 4. Hâl Zaraf prase prefosisi + N1. Hâl ini terdiri dari zaraf makân keterangan tempat. Untuk hâl yang terdiri dari zaraf zamân keterangan waktu Penulis belum menemukan kejelasan, ada atau tidak adakah hâl dari prefosisi tersebut. ا أ تﺪﻬ “Aku menyaksikan saudaraku berada di antara orang-orang soleh baik” 5. Hâl Jar Majrur prase prefosisi + N1. Kontruksinya terdiri jar majrur. Contoh: ز ﻮ ﻰ جﺮ ﺎ ا مﻮ ا بر لﺎ Musa keluar dari kota itu dengan rasa takut yang menunggu-nunggu, dengan khawatir, dia berdoa, “Ya, Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang- orang yang lalim,” Q. S. al-Qasas [28]: 21 Mustofa al-Ghalayaini mengklasifikasikan hâl menjadi 9 macam, yaitu hâl mu’assasah, hâl mu’aqadah, hâl maqsudah li dzâtihâ, hâl haqiqiyah, hâl sababiyah, hâl jumlah, dan hâl syibh al-jumlah. 42 1. Hâl Mu’assah ialah hâl yang harus di sebutkan dalam kalimat untuk memberikan kejelasan maknanya. Hâl ini bersifat ‘umdah bukan fadlah. Sehingga jika ia dihilangkan dalam suatu kalimat, maka kalimat itu maknanya akan berantakan. Contoh: 42 Mustofa al-Ghalayain, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyah Beirut: al-Maktabah al-‘Asriyah, 1992, h. 94 نأ ﷲا ﺪ ﺮ ﻜ نﺎ ﻷا و ﺎ “Allah hendak memberi keringanan kepadamu dan dijadikan manusia bersifat dalam keadaan lemah,” Q. S. al-Nisâ [4]: 28 2. Hâl Mu’aqadah. Hâl ini sifatnya fadlah, hanya sekedar tambahan. Ada atau tidak adanya hâl itu dalam kalimat tidak akan mengubah makna. Contoh: اﺪ ضرﻷا ﻰ ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi dengan kerusakan’. Jika dihilangkan lafaz اﺪ maka tidak akan mempengaruhi makna. Karena kata sendiri memiliki makna ‘kerusakan’. 3. Hâl Maqsûdah Li Zâ Tihâ. Hâl jenis ini, merupakan jenis hâl yang sering kita temukan, karena pada dasarnya hâl jenis inilah yang banyak muncul dalam redaksi kalimat. Karena memang kalimat itu yang menjadi hâl dari awalnya berkedudukan sebagai hâl. Contoh: ﺮ تﺮ ﺎ دا ”Aku berjalan sendirian” kata ﺮ دا kedudukannya sebagai hâl yang menjelaskan keadaan kalimat sebelumnya yang kedudukannya sebagai shâhib al- hâl. 4. Hâl Mu’tiah. Hâl ini kebalikan dari hâl maqsûdah li zâ tihâ. Pada awalnya kalimat yang menjadi hâl ialah kalimat yang menjadi sifatnya bukan kalimat yang disifatinya yang kedudukan selanjutnya sebagai hâl. Contoh: ﺎ ر اﺪ ﺎ ”Aku menilai Khalid sebagai laki-laki yang baik” Pada awalnya yang menjadi hâl ialah lafaz ﺎ bukan ر 5. Hâl Haqiqiyah. Hâl Ini merupakan hâl yang sebenar-benarnya, yakni menjelaskan keadaan yang samar pada waktu terjadinya suatu peristiwa dan benar-benar berfungsi sebagai hâl bagi kalimat sebelumnya yang berkedudukan sebagai shâhib al- hâl. Contoh: ﺎ ﺮ “Aku datang dengan gembira” 6. Hâl Sababiyah. Hâl ini kebalikan dari hâl haqiqiyah, hâl ini tidak menjelaskan keadaan shâhib al- hâlnya, melainkan menjelaskan damîr yang kembalinya damîr tersebut kepada sâhib al-hâl. Contoh: ﺎهﻮ أ اﺮ ﺎ اﺪ ه آ “Aku berbicara kepada Hindun yang bapaknya hadir” 7. Hâl Jumlah Tingkat StrukturKalimat. Hâl ini biasanya berpatokan kepada kaidah nahwu yang berbunyi, ا ﺪ ا فرﺎ تﺎ تاﺮﻜ ا ﺪ و لاﻮ أ 43 “Jumlah setelah isim ma’rifat kedudukanya menjadi hâl; jumlah setelah isim nakiroh kedudukannya menjadi sifat” Hâl jumlah ada dua macam, jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah. 1. Hâl Jumlah Ismiyah Tingkat Klausa Nominal. Jumlah ismiyah berarti kalimat yang terdiri mubtada dan khabar. Hal ini terdiri dari N1mubtada + N2 Khabar, biasa diiringi oleh wawu hâliyah. contoh: ﺔ هو ﺔﻬآﺎ ا آ ﺄ “Janganlah kamu makan buah dalam keadaan mentah” 2. Hâl Jumlah Fi’liyah Klausa Verbal. Hâl ini terdiri dari fi’il dan fa’il, baik itu fi’il mudore’ imperfektum maupun fi’il mâdi perfektum. Jika terdiri dari fi’il mâdi disyaratkan fi’il mâdi itu dibarengi oleh huruf wawu hâliyah dan huruf qad. Contoh: ءﺎ ﺪ ﻷا ﺮ ﺪ و كﻮ أ بﺎ 43 Antoine Dahdah, Mu’jam Qawâid al-Lughah al-‘Arabiyah: Fî al -Adawât wa al -Lauhât Beirut: Maktabah Libanon, 1981, h. ”Saudaramu tidak hadir sedangkan semua teman-teman hadir” ﻜ ا بﺮ اﺪ ز أر “Aku melihat Zaid sedang memukul anjing” 8. Hâl Syibh al-Jumlah Prase Prefosisi. Dalam bahasa Arab syibh al- jumlah ada dua, yakni jar majrur dan zaraf mazrûf. 1. Hâl zaraf Prase Prefosisi + N1. Hâl ini terdiri dari zaraf makân keterangan tempat. Untuk Hâl yang terdiri dari zaraf zamân keterangan waktu Penulis belum menemukan kejelasan, ada atau tidak adakah hâl dari prase tersebut. Contoh: ا أ تﺪﻬ ”Aku menyaksikan saudaraku berada di antara orang-orang soleh baik” 2. Hâl Jar Majrur Prase Prefosisi + N1. Kontruksinya terdiri jar majrur. Contoh: ز ﻰ ﻮ ﻰ جﺮ “Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahan,” Q. S. al- Qasas [28]: 79 9. Hâl Mufrad Tingkat Kata. Mufrad sendiri memiliki arti tunggal tidak lebih dari satu. Jadi, hâl mufrad ialah hâl yang terdiri dari isim mufrad terdiri dari satu kata. Contoh: ارﺎ مﺎ ا آ ﺄ “Janganlah kamu makan makanan dalam keadaan panas”

B. 3. Syarat dan Ciri-ciri Hâl dalam Bahasa Arab