Ibnu Hajar wafat pada tanggal 28 Dzulhijjah 852 H di Mesir, setelah kehidupannya dipenuhi dengan ilmu nafi’ yang bermanfaat dan amal
shalih. Beliau dikuburkan di Qarafah ash-Shugra.
C. Riwayat Hidup Penerjemah
Muhamad Machfudin Aladip bin Haji Fadhil bin Haji Soepandi bin Muhamad Dai’in dilahirkan pada tahun 16 juni 1942 di Pasir Kupang
Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat. Pada usia 2 tahun ia ditinggal wafat oleh ibunya.
Pendidikan:
1. Pada tahun 1949 masuk Sekolah Rakyat Negeri merangkap Madrasah Ibtidaiyah
2. Tahun 1956-1958 masuk perguruan Al-quran di Pandeglang, Banten 3. Tahun 1958-1960 masuk perguruan Nahwi Wa Sharfi di pondok
pesantren Dangdeur, Cianjur 4. Tahun 1960 masuk perguruan salafiyah Syafi’iyah Tebuireng
Jombang. Dan masuk Madrasah al-Wustha setingkat Madrasah Tsanawiyah 6 tahun, tamat tahun 1963.
5. Tahun 1963 masuk sekolah persiapan IAIN al-Jami’iyah al- Islamiyah al-Hukumiyah Kediri
6. Tahun 1965-1968 masuk Fakultas Ushuludin IAIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta. Kemudian melanjutkan Doktoral 1 jurusan
Perbandingan Agama.
Karir:
1. Tahun 1968-1971 menjadi guru tidak tetap sekolah persiapan IAIN Sunan Ampel Tulungagung dan sebagai asisten dosen Fakultas
Tarbiyah IAIN Tulungagung mengampu mata kuliah pengantar Ilmu Kalam
2. Tahun 1971 diangkat sebagai guru tetap sekolah persiapan IAIN Sunan Ampel Tulungagung dan sebagai dosen tidak tetap Fakultas
Tarbiyah IAIN Tulungagung dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Kalam dan Pengantar Pendidikan Islam
3. Tahun 1974 pindah mengajar ke sekolah persiapan IAIN Kediri sebagai guru tetap dengan mata pelajaran Ilmu Tauhid dan
AlquranTafsir 4. Tahun 1978 sebagai guru tetap Madrasah Aliyah Negeri Kotamadya
Kediri dan memegang mata pelajaran Al-quran Hâdist dan Ilmu Tafsir
5. Tahun 1980 lulus penataran P4 Taype A angkatan ke-VII dan kemudian bersama temannya mendirikan sekolah SMA Prasetia
Wiyata 6. Tahun 1981 mendirikan sekolah Madrsah Aliyah Nur al-Ula,
Jamsaren, Kediri 7. Tahun 1982 mendirikan sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama
dan sekolah Menengah Umum Tingkat Atas bersama pengasuh pondok pesantren Kedunglo Kediri
8. Tahun 1983 mendirikan Universitas Islam Kediri UNISKA bersama teman-temannya
9. Tahun 1984 menjadi stap seksi IV pada bidang Pembinaan Perguruan Agama Islam kantor wilayah Departeman Agama
propinsi Jawa Timur
Karya-Karyanya:
1. Tuntunan Praktis Salat, penerbit Ramadhani, Solo 2. Adzan, penerbit Ramadhani, Solo
3. Do’a-do’a dalam hâdist Rasulullah, penerbit Karya Utama Surabaya
4. Terjemah Juz Amma, penerbit Karya Utama Surabaya 5. Mari Salat Hayya ‘Ala al-Salat, penerbit Karya Utama Surabaya
6. Dalil-dalil Naqli Pendidikan Agama Islam untuk SMA, kurikulum 1984, penerbit CV, Exspress Surabaya
7. Pendidikan Agama Islam untuk SMS—kurikulim 1984—penerbit CV. Exspress Surabaya
8. Cerdas Cermat Agama Islam, penerbit Karya Utama Surabaya 9. Aqidah Akhlaq untuk Ibtidaiyah, penerbit CV. Anda Sidoarjo
10. Ibadah Syari’ah untuk Ibtidaiyah, penerbit CV. Anda Sidoarjo
BAB IV
ANALISIS Hâl dalam BUKU BULÛGH AL-MARÂM 1.
Hâl Mufrad Tingkat Kata
Penulis menemukan hâl mufrad tingkat kata dalam buku Bulûgh al- Marâm pada bab
Tahârah sebanyak 5 buah.
ﺪ آ
أ ﻜ
ﺎ ﺎ
ﺮ ﻮ
51
“Benar-benar aku telah mengosok-gosokan mani yang sudah dalam keadaan kering itu dengan kukuku dan kain Beliau.”
Hâl pada kalimat di atas ialah kata ﺎ ﺎ , sighat isim fail dari kata
yang memiliki arti kering. ﺎ ﺎ merupakan kalimat hâl dalam bentuk
mufrad tingkat kata. Penerjemah menerjemahkan hâl itu dengan dalam keadaan kering. Terjemahan ini sudah benar dan sudah menggunakan
padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena salah satu padanan hâl dalam bahasa Indonesia ialah dengan menggunakan prefosisi ’dalam
keadaan’.
52
إ ن
أ ﺄ
ﻮ ن
ﻮ م
ا ﺎ
ﺔ ًﺮ
ا أ
ﺮ ا
ﻮ ﻮ
ء
53
“Umatku akan datang kelak pada Hari Kiamat dengan penuh kecemerlangan pada wajahnya lagi berseri-seri sinarnya terlihat dari bekas
wudhunya.”
51
Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip Semarang: Karya Toha Putra, tth, h. 13
52
Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an Bandung: Tim Mizan, 1979, h. 310
53
Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 21
Hâl pada kalimat di atas ialah . Hâl di sini berfungsi untuk
menjelaskan keadaaan dari mafulbihnya, yakni lafaz ﺮ
ا . Kata sighatnya ialah isim fail dan bentuknya ialah jama mudzâkar al-sâlim
dengan ciri nasabnya berupa ي
dan ن
. Penerjemah menerjemahkan dengan penuh kecemerlangan. Terjemahan ini menggunakan padanan hâl
yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena salah satu padanan hâl dalam bahasa Indonesia ialah berpadanan dengan keterangan cara. Keterangan cara
sendiri bisa menggunakan prefosisi ‘dengan’, ‘secara’, dan ‘tanpa’.
54
إ ا ﺎ
ﻮ ﻮ ﻰ ء
مﺎ ﺎ
55
“Bahwasanya wudhu itu hanya diharuskan kepada orang yang tidur dengan berbaring.”
Hâl pada kalimat di atas ialah ﺎ
. Hâl di sini berfungsi untuk menjelaskan keadaaan fail yang berupa isim dam
ĭr, yakni ﻮه. Kembalinya dam
ĭr tersebut kepada . Kata ﺎ
sighatnya ialah isim fail dan kata dasarnya ialah
yang berarti tidur miring. Penerjemah menerjemahkan kata
ﺎ dengan berbaring. Terjemahan ini sudah menggunakan
padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena salah satu padanan hâl dalam bahasa Indonesia ialah berpadanan dengan keterangan cara.
Keterangan cara sendiri bisa menggunakan prefosisi ‘dengan’, ‘secara’, dan ‘tanpa’.
56
54
Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2003, edisi ke-3, h. 370
55
Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 40
56
Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, h. 370
ا تﺮ ﺮ ﻰ ن ر جﺮ
و ة ءﺎ ﺎ ﻬ
ﺎ
ﺎ ﺎ اﺪ
57
“Telah keluar dua orang laki-laki dari perjalanan jauh, padahal salat telah hampir dimulai sedang keduanya tidak mempunyai air. Lalu mereka
tayamum dengan debu yang suci lagi bersih dan salatlah mereka.” Hâl pada kalimat di atas ialah
اﺪ , sighatnya sifat musyabahah bi
ism al-fail. Penerjemah menerjemahkan kata اﺪ
dengan debu. Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa
Indonesia, karena salah satu padanan hâl dalam bahasa Indonesia ialah berpadanan dengan keterangan cara. Keterangan cara sendiri bisa
menggunakan prefosisi ‘dengan’, ‘secara’, dan ‘tanpa’.
58
ا ةﺮ
ﷲا ر ﺔ
آ لﺎ ص ا
ﺄ ﻮ م هﺄ
ﻮ ﻷ
عﺰ د لﺎ
دأ ﺎ ﺎ ﻬ ﺎ ﻬ
ﺮهﺎ ﺎ ﻬ
59
Dari Mughirah putra Syu’bah, ra. Ia berkata, Aku bersama Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan, lalu Beliau bermaksud wudhu,
maka akupun berjongkok memajukan tanganku untuk mencopot kedua sepatu beliau, lalu beliau bersabda, Biarkanlah karena aku telah
57
Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 61
58
Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, h. 370
59
Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladp, h. 28
memasukan kedua sepatu itu dalam keadaan suci, lalu beliau membasuh dua sepatunya itu.”
Hâl pada kalimat di atas ialah ﺮهﺎ . Hâl di sini berfungsi untuk
menjelaskan keadaaan dari mafulbihnya, yakni dam ĭr ﺎ ه yang kembalinya
kepada . Kata
ﺮهﺎ sighatnya ialah isim fail dan bentuknya ialah tasniyah dengan ciri nasabnya menggunakan
ي dan
ن. Penerjemah menerjemahkan kata
ﺮهﺎ dalam keadaan suci. Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena salah
satu padanan hâl dalam bahasa Indonesia ialah berpadanan prefosis ‘dengan’.
60
2. Hâl Jumlah Ismiyah Klausa Nominal
60
Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310
Hâl pada jumlah ismiyah maupun jumlah fi’liyah diharuskan menggunakan rabit, baik itu rabitnya dengan huruf wawu hâliyah, damîr, ataupun
menggunakan kedua-duanya. Penulis menemukan hâl jumlah ismiyah klausa nominal dalam buku Bulûgh al-Marâm pada bab Tahârah sebanyak
9 buah.
ﻮ ر ﺎ م ص ﷲا ل
ﺎﻬ ﺎ و ار ﻰ ﻮهو ﻰ
آ ﻰ ﻰ
61
“Rasulullah Saw. khutbah di depan kami sewaktu di Mina, sedang Beliau tetap berada dalam tunggangannya. Dan air liur tunggangannya itu
meleleh mengaliri pundakku.” Yang kedudukannya menjadi hâl dalam kalimat di atas ialah
ﻰ ﻮهو ار. Hâl ini ialah hâl jumlah ismiyah, yakni terdiri dari mubtada ﻮه dan
khabar ﻰ
ار . Hâl ini memiliki dua rabit, yakni huruf
ﺔ ﺎ ا واو dan damîr
ﻮ ه . Damîr tersebut kembalinya kepada ﻮ ر
ﷲا ل . Penerjemah
menerjemahkan kata ﻰ ﻮ هو
ار ‘sedang beliau berada dalam
tunggangannya’. Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena prefosisi ‘sedang’ merupakan salah
satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia.
62
61
Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 13
62
Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310