Kinerja bakteri di dalam sistem biofilter ditandai adanya peningkatan rata- rata nilai BOD di media budidaya. Hasil pengukuran nilai BOD
5
selama percobaan menunjukkan setiap media biofilter mempunyai nilai rata-rata yang
berbeda untuk masing-masing media filter. Hasil pengukuran rata-rata BOD
5
selama percobaan adalah : filter A. 12.35, B. 14.82, C. 13.41, D. 16.24, E. 18.28 dan F. 10.23 mgl. Nilai BOD menunjukkan banyaknya oksigen yang digunakan
oleh koloni bakteri dalam mengoksidasi bahan organik. Loren dan Canter dalam
Azwar 1983, menyatakan berdasarkan kapasitas reoksigenasi secara alami, batas minimum BOD untuk kelayakan bagi biota air adalah 5 mgl. Hasil
percobaan menunjukkan kualitas air yang diperoleh masih layak untuk budidaya ikan. Selama percobaan pendahuluan bahan organik yang ada diperoleh dari
pelet komersial, pemberian pelet dilakukan dengan cara direndam di dalam sistem. Hasil pengukuran parameter kualitas air selama percobaan pendahuluan
selengkapnya disajikan di Tabel 7.
4.2.2. Percobaan Utama
4.2.2.1. Kualitas Air
Prinsip pengelolaan air hasil buangan budidaya ikan tidak hanya untuk mempercepat proses oksidasi bahan organik, selanjutnya ditujukan untuk
mendapatkan kualitas air yang layak bagi suatu kepentingan. Kualitas air yang baik sebagai input lanjutan bagi ikan yang dipelihara, sehingga proses
metabolisme meningkat dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan. Salah satu penentu keberhasilan proses
perbaikan kualitas air ditentukan oleh beberapa parameter penting dengan batas nilai kriteria berdasarkan tujuan penggunaannya. Kualitas air dalam budidaya
sistem intensif ditunjukkan oleh tiga parameter penting yaitu : oksigen terlarut, BOD
5
dan amonia bebas. Menurut Loren dan Carter 1979 dalam Azwar 1983, kategori kualitas air hasil pengukuran air pemeliharaan ikan di akhir percobaan
menunjukkan perlakuan B dan C masih dalam kategori kualitas air yang baik kategori IV, sedangkan perlakuan lain masuk kualitas air sedang kategori III,
dapat dikatakan kualitas air yang diperoleh kurang layak untuk budidaya Kisaran hasil pengukuran kualitas air setiap perlakuan selama percobaan disajikan di
Tabel 9. Biofiltrasi dalam sistem resirkulasi mempuyai fokus pada proses aerobik
dan film filter biofilm Wortman and Wheaton 1991; Malone and Beecher
2000; Sandu et al. 2002 dalam Gutierrez dan Malone 2006, di dalamnya,
biofilm membutuhkan subtrat untuk tumbuh, oksigen sebagai bahan untuk mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri autrotof yaitu
Nitrosomonas dan Nitrobakter melalui oksidasi bahan organik. Hasil pengukuran selama percobaan menunjukkan filter B dengan komposisi zeolit 75 dan bioball
25, merupakan media biofilter yang lebih efektif digunakan sebagai tempat menepel bakteri biofilm, dan mempunyai kemampuan dalam mengikat amonia.
Kemampuan dalam mengokidasi dan menyerap amonia ditandai oleh nilai efisiensi penyisihan amonia selama percobaan. Hasil perhitungan penyisihan
amonia untuk setiap media biofilter diperoleh nilai tertinggi sebesar 95.89 untuk zeolit 75 dan bioball 25, sedangkan terendah dengan nilai penyisihan
sebesar 55.56 untuk media filter serat kapas dakron. Selengkapnya nilai penyisihan amonia untuk setiap media biofilter selama percobaan disajikan di
Tabel 12. Sesuai pendapat Wahyuni
et al. 2004; Tsitsisvii, 1980 dan Blanchard 1984
dalam Las, 2007, zeolit mempunyai kemampuan dalam menyerap amonia untuk limbah industri dan peternakan sebesar 99, melalui kemampuan tukar
ionnya. Selain mempunyai kemampuan menyerap, dengan permukaannya yang kasar memberikan tempat untuk bakteri dalam membentuk biofilm sehingga
proses oksidasi bahan organik secara biologi di media biofilter zeolit. Proses oksidasi bahan organik oleh bakteri di dalam sistem resirkulasi dibuktikan dengan
adanya total koloni bakteri. Koloni bakteri yang terdapat di sistem dan media biofilter menandakan adanya proses oksidasi bahan organik dan anorganik oleh
bakteri. Hasil perhitungan jumlah total koloni bakteri yang terdapat di media biofilter, untuk kombinasi media biofilter A. 100 zeolit diperoleh jumlah koloni
sebanyak 3.6 x 10
6
cfu. Sependapat dengan Suriawiria 2005, untuk berlangsungnya proses nitrifikasi amonia menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri
nitrosomonas dan nitrobakter memerlukan jumlah bakteri berkisar 30-300 selcc. Tersedianya bahan organik dan kualitas media percobaan yang
mendukung, akan memberikan kondisi yang baik bagi mikroba, sehingga dapat bekerja secara optimal. Hasil pengukuran koloni bakteri selama percobaan
diperoleh kepadatan koloni tertinggi di perlakuan media biofilter 75 zeolit dan 25 bioball dengan jumlah koloni 8.6 x 10
6
. Kinerja bakteri di dalam sistem resirkulasi ditandai dengan turunya oksigen terlarut yang digunakan bakteri
selama proses oksidasi bahan organik sampai kadar 4.95 mgl dan amonia
0.0057 mgl, dengan efisiensi penyisihan 68.42 dan 93.69. Menurut Spotte 1979, nitrifikasi merupakan proses oksidasi amonia secara biologis menjadi
nitrit dan nitrat oleh bakteri autrotof, yaitu Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp.
Bakteri ini tidak dapat mengoksidasi subtrat selain NH4
+
dan NO
- 2
Mc Carty dan Haug, 1971. Selanjutnya dinyatakan, bahwa ion H
+
yang yang dibebaskan selama proses nitrifikasi akan menurunkan pH air dan mengurangi
keseimbangan karbonat. Bakteri nitrifikasi tumbuh optimum pada suhu 27-28 C
Yosida dalam Spotte, 1979. Menurut Lyssenko dan Wheaton 2006, kualitas air maksimum yang menunjang biofilm secara optimal pada pH 6-9, total amonia
0.5-4.0 mgl dan suhu 15-35 C.
Total suspended solid merupakan bahan yang terlarut di dalam media budidaya. Kosentrasi TSS diketahui secara langsung tidak berbahaya bagi ikan,
tetapi pada kosentrasi 200 mgl menghalangi proses respirasi melalui insang Wedemeyer, 1996.
Proses oksidasi bahan organik oleh bakteri ditandai dengan penurunan kadar BOD
5
di media percobaan. Hasil pengukuran kadar BOD
5
selama percobaan menggambarkan proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme yang terjadi di perairan Rozak, 2002. Hasil pengukuran efisiensi BOD antar perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata. Menurut
Burford et al. 2003, konsumsi oksigen dibawah 20 mengindikasikan
rendahnya proses nitrifikasi terhadap amonia menjadi nitrit dan nitrat. Rendahnya penggunaan oksigen terlarut selama proses oksidasi bahan organik di perlakuan
F. serat kapas dakron, menunjukkan di filter ini mempunyai kemampuan kerja bakteri kurang optimal dalam mengoksidasi bahan organik sehingga kualitas air
yang dihasilkan rendah. Kurangnya populasi bakteri di media biofilter serat kapas menunjukkan media ini kurang mampu sebagai media biofilm yang baik bagi
bakteri. Kurang baiknya media biofilm yang ada menyebabkan kerja bakteri lebih rendah, ditandai rendahnya pemakain oksigen di perlakuan F. selama percobaan
sangat rendah sebesar 26.19. Senada yang dikatan oleh Burford et al.2003,
konsumsi oksigen dibawah 20 mengindikasikan rendahnya proses nitrifikasi terhadap amonium menjadi nitrit dan nitrat. Tingkat konsumsi oksigen untuk
setiap media biofilter selengkapnya disajikan di Tabel 10. Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut selama percobaan adalah
5.64-10.23 mgl, setiap media filter mempunyai kosentrasi oksigen yang cukup.
Kosentrasi oksigen yang tinggi di setiap perlakuan dikarenakan semua filter diberikan aerasi. Hasil pengukuran kosentrasi oksigen selama percobaan masih
pada kisaran yang layak untuk kehidupan biota air. Menurut Wedemeyer 1996, batas terendah oksigen terlarut yang baik untuk kehidupan ikan adalah 4 mgl.
Sedangkan menurut Loren dan Canter, 1979 dalam Azwar, 1984, berdasarkan
kapasitas reoksigenasi secara alami, batas minimum BOD untuk kelayakan bagi biota air adalah 5 mgl, selengkapnya disajikan di Tabel 14. Sedangkan Lee
et al. 1978
dalam Subdibyanigsih 1983, penggolongan tingkat kualitas air berdasarkan nilai BOD adalah lebih kecil dengan pembagian : 2.9 mgl tidak
tercemar dan 3.0-4.9 mgl tercemar ringan. Hasil pengukuran nilai BOD yang diperoleh selama percobaan bila di masukan kedalam penggolongan tingkat
kualitas air masih layak untuk kegiatan budidaya. Selengkapnya parameter dan batas rekomendasi kualitas air untuk sistem media biofilter disajikan di Tabel 14.
Proses nitrifikasi dalam mempercepat atau menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri akan mempengaruhi metabolisme sel sehingga
menurunkan kemampuan bakteri. Kemampuan oksidasi oleh bakteri dipengaruhi oleh 6 faktor yaitu : keberadaan senyawa beracun bakterisida air, suhu, pH,
oksigen terlarut, salinitas dan luas permukaan untuk menempel bakteri Mc Carty dan Haug, 1971. Bakteri nitrifikasi tumbuh optimum pada suhu 27-28
C Yoshida dalam Spotte, 1979. Aktifitas bakteri nitrifikasi menurun dengan
meningkat atau menurunnya suhu dimana bakteri hidup. Oksidasi amonia dan nitrit terjadi pada kondisi aerob dan anaerob, tetapi lebih efisien pada kondisi
aerob Kawai et al. dalam Spotte, 1979. Bakteri nitrifikasi hidup pada kisaran pH
6.5-8.5, hidup di habitat tanah, air tawar dan laut Buchanan dan Gibbons, 1974 dalam Linda, 1995. Genus Nitrosomonas, dengan sel berbentuk batang lurus
dengan membran peripheral, terdapat lamela berbentuk pita. Genus Nitrobacter
sel berbentuk batang pendek, sering berbentuk baji dengan penutup polar dari Cytomembrane.
Tabel 14. Beberapa parameter kualitas air dan batas rekomendasi
Para- meter
Rekomen- dasi
Hasil Pengukuran Pustaka
A B
C D
E F
Suhu 25-29
26-30 26-30
26-29 25-31 25-30 25-30 Boyd, 1991
pH 6-9 7.1-8.4
7.0-8.3 7.0-8.2
7.0- 8.8
7.0- 8.3
7.0- 8.0
Wedemeyer, 1996 Boyd, 1991
DO 4
mgl 3 mgl
4.58- 10.23
46.00- 09.18
6.71- 8.12
6.35- 8.16
6.35- 8.47
5.65- 9.17
Wedemeyer, 1996 Boyd, 1991
BOD 5
mgl 22.6- 34.06
3.17- 24.71
3.17- 27.53
8.64- 34.23
8.28- 28.95
4.23- 19.45
Wedemeyer, 1996 Loren dan Canter,
1979 dalam Azwar,
1983 NH
3
0.02 mgl
0.008 0.003 0.0042 0.006
94 0.003
6 0.064 Wedemeyer,
1996 Pescod, 1973
NO
2
0.1 mgl 0.0005 0.0005 0.007 0.008 0.007 0.013 Wedemeyer,
1996 NO
3
1.0 mgl 0.037 0.077 0.064
0.070 0.23 0.63
Wedemeyer, 1996
Al Mgl
CaCO
3
20 mgl 30-500
mgl 11.8-
55.31 11.8-
46.28 11.08-
33.37 11.8-
33.18 11.8-
22.12 11.8-
16.68 Wedemeyer, 1996
Boyd, 1988 TDS 200
mgl 146-163 197-210 153-167
154- 164
160- 172
139- 144
Wedemeyer, 1996 bakteri 30-300
cfug 3.6x10
6
8.6x10
6
3.7x10
6
4.4x1
6
4.9x1
6
3.3x1
6
Suariawiria, 2005
Efektifitas filter biologi dalam sistem resirkulasi tergantung jumlah bakteri dan jamur, besar kecil bahan dan kedalaman, kondisi akan berbeda dengan
sistem dan ukuran ikan maupun jenis filter yang dipakai Suresh dan Lin 1992; Tanjung 1994; Sunarma 1997 dan karakter fisik filter ketebalan dan
porositas. Hasil pengukuran efisiensi penyisihan amonia antar perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata untuk perlakuan B dan D, dengan tingkat
penyisihan sebesar 95.89 dan terendah 55.56. Proses oksidasi amonia selama proses nitrifikasi membutuhkan oksigen terlarut, oksigen yang ada
diperlukan oleh bakteri dalam mengoksidasi amonia. Selama percobaan media biofilter yang digunakan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda,
kemampuan ini ditentukan oleh banyaknya bakteri, bahan organik dan oksigen terlarut. Kerja bakteri selama proses nitrifikasi ditandai dengan nilai efisiensi
penggunaan BOD dan penyisihan amonia. Media biofilter zeolit 75 dan bioball 25 menghasilkan nilai efisiensi BOD, amonia sebesar 82.42 dan 95.89.
Efisiensi BOD dan penyisihan amonia ditentukan oleh keberadaan bahan organik dan anorganik, oksigen terlarut dan bakteri pengoksidasi. Hasil pengukuran
selama percobaan diperoleh kisaran oksigen terlarut sebesar 4.6-9.18 mgl dan suhu 26-30
C sehingga proses penyisihan amonia terjadi secara optimal. Sependapat dengan Suryono
et al. 1997 dalam Gutierrez dan Malone 2006, menyatakan pada kondisi pH 6,5, DO 2 mgl dan suhu 28
C, menghasilkan penyisihan amonia sebesar 96. Sedangkan Gloyna 1971
dalam Linda 1995, melaporkan bahwa proses penguraian bahan organik berjalan pada suhu 25-35
C. Kim et al. 2000, menyatakan efisiensi penyisihan amonia menjadi nitrit dan
nitrat sebesar 79 dengan nilai perubahan amonia sebanyak 20 mgl, yang efektif bekerja pada pH 7.7-7.9. Selain karbon organik yang diuraikan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan dan berkembang, karbon juga dimanfaatkan selama proses nitrifikasi. Sependapat dengan Erler
et al. 2004, proses nitrifikasi dalam mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat di kolam tambak yang
didukung buangan metabolisme udang dibanding tanpa udang, menghasilkan nilai efisiensi nitrifikasi lebih tinggi sebesar 79 .
Hasil output kualitas air yang optimum dari media biofilter selama percobaan merupakan input antara yang digunakan untuk pemeliharaan ikan red
rainbow. Hasil pengamatan pengaruh kombinasi media biofilter zeolit dan bioball terhadap pertumbuhan panjang TL, kelangsungan hidup SR, efisiensi pakan
FCR yang berbeda-beda. Media biofilter A dan B memberikan pertumbuhan terbaik dengan rata-rata panjang 5.02 dan 4.77 cm dengan kelangsungan hidup
85.42 dan 96.67 Tabel 12 Gambar 2 dan 3. Pertumbuhan merupakan salah satu parameter untuk mengetahui perubahan ukuran ikan berat, panjang dan
volume dalam perubahan waktu Wetherley 1972. Pertumbuhan ikan di setiap perlakuan tidak memberikan perbedaan yang nyata. Untuk perlakuan D dan E
meskipun pertumbuhan ikan lebih rendah di banding dengan perlakuan lain tetapi kelangsungan hidup ikan selama percobaan paling tinggi dengan nilai 100.
Menurut Stickeny 1979, bahwa perbedaan pertumbuhan di masing-masing perlakuan dikarenakan adanya kompetisi, kualitas air dan ruang gerak. Menurut
Effendie 2002, pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: jumlah, ukuran makanan yang tersedia, kualitas air, umur, ukuran ikan dan kematangan
gonad. Warna merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas komoditas
ikan hias. Warna yang muncul ditubuh ikan merupakan kromatofor yang terdapat di dalam sisik ataupun dalam jaringan kulit ikan itu sendiri. Pengukuran warna
untuk ikan red rainbow dilakukan melalui pengukuran panjang gelombang menggunakan spektofotometer terhadap sisik dan kulit ikan. Kulit dan sisik
masing-masing dilepaskan dari tubuh ikan kemudian dilarutkan menggunakan larutan Aseton 90, menghasilkan hasil pengukuran yang berbeda untuk setiap
perlakuan. Hasil pengukuran standar untuk warna kulit diperoleh nilai asorband A. 0.527 , B. 0.241 dan C. 0.105 , selengkapnya di sajikan di Gambar
5. Sedangkan hasil pengukuran standar untuk warna sisik diperoleh nilai absorband A. 0.027 , B. 0.053 dan C. 0.128 , selengkapnya di sajikan
di Gambar 6. Hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan kulit mempunyai prosentase warna yang lebih tinggi dibanding dengan warna pada sisik. Menurut
Fujii 1983, warna pada ikan merupakan pewarnaan yang dihasilkan oleh adanya pigmen yang terdapat pada kulit dan kitin. Ikan red rainbow mempunyai
warna merah hati yang sangat cemerlang, sebagian besar warna yang muncul
lebih banyak berasal dari kulit, hal ini membuktikan pigmen pada ikan red rainbow lebih banyak terdapat dikulit. Hasil pengukuran warna kulit tertinggi
diperoleh media filter A. 1.26±0.92 terendah C. 0.35±0.31, sedangkan hasil pengukuran warna sisik tertinggi E. 1.09±0.72 dan terendah A. 0.21±0.05.
Hasil pengamatan diakhir percobaan, memberi jawaban mengenai penggunaan media biofilter zeolit dengan prosentase lebih tinggi menghasilkan warna yang
lebih cemerlang dibanding dengan penggunaan zeolit dengan prosentase rendah. Hasil pengukuran yang dilakukan membuktikan zeolit merupakan mineral
alam yang mengandung unsur-unsur kalsium dan mineral lain yang dapat mempengaruhi warna pada ikan.
Makanan adalah satu unsur terpenting dalam menunjang keberhasilan budidaya intensif, karena makanan alami tidak lagi mencukupi untuk
pertumbuhan Wedemeyer, 1996. Pemberian pakan untuk setiap perlakuan selama percobaan menghabiskan rata-rata konversi pakan FCR terbesar di
perlakuan D dan E dengan 3.16 dan 3.47. Hasil konversi pakan terbaik selama pemeliharan untuk media biofilter C dengan nilai konversi sebesar 1.45.
Tingginya konversi pakan perlakuan D dan E menunjukkan makanan yang diberikan kurang efisien dimanfaatkan oleh ikan red rainbow sehingga
memberikan pertumbuhan yang lambat. Menurut Wedemeyer 1996, makanan yang diberikan berfungsi untuk memelihara tubuh dan mengganti alat yang
rusak, sedangkan kelebihanya digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pakan yang diperoleh banyak digunakan untuk proses metabolisme dan energi
dalam bersaing mencari makan sehingga energi yang diperoleh tidak mencukupi untuk pertumbuhan yang optimal.
Hasil akhir percobaan penggunaaan media biofilter dengan kombinasi yang berbeda menghasilkan jumlah dan ukuran ikan yang berbeda. Hasil
pengelompokkan ukuran menunjukkan, media biofilter zeolit 75+ bioball 25 menghasilkan ukuran 2 inchi sebanyak 168 ekor 70, sedangkan terkecil
diperoleh media filter serat kapas dakron sebanyak 85 ekor 35.4, selengkapnya di sajikan di Gambar 4. Kegiatan budidaya ikan khususnya ikan
hias bertujuan memperoleh keuntungan secara ekonomis setelah dikurangi biaya produksi dan tenaga. Hasil perhitungan analisis ekonomi sederhana diperoleh
kesimpulan keuntungan tertinggi di media biofilter zeolit 75+ bioball 25 dengan nilai keuntungan Rp. 148.500,-, untuk 240 ekor benih yang dipelihara
dalam empat akuarium selama tiga bulan. Hasil perhitungan secara ekonomi
terendah diperoleh untuk media filter serat kapas dakron dengan nilai keuntungan - Rp. 5.000,-. Hasil analisis yang dihitung hanya pada modal benih,
pakan, listrik selama tiga bulan pemeliharaan, modal tetap tidak diperhitungkan. Selengkapnya hasil analisis ekonomis sederhana pemeliharaan ikan red rainbow
di dalam sistem kombinasi media biofilter disajikan di Lampiran 7.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ”Efektifitas Kinerja Media Biofilter dalam Sistem Resirkulasi Terhadap Kualitas Air, Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Ikan Red Rainbow Glossolepis incisus Weber diperoleh kesimpulan
bahwa : Filter zeolit 75 dan bioball 25 mampu menghasilkan kualitas air
terbaik dengan efektifitas penyisihan amonia sebesar 95.89, sehingga menunjang proses metabolisme secara optimum dan menghasilkan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan red rainbow Glossolepis incisus
Weber terbaik
5.2. Saran
Pada penelitian ini tidak dikaji lama ketahanan filter, maka diperlukan penelitian lanjutan mengenai lamanya ketahanan filter.
DAFTAR PUSTAKA
Alabaster JS, Lloyd R. 1980. Water quality criteria for freshwater fish. FAO of the United Nation. Butterworth, London.
Allen KO. 1991. Effect of toking density and water exchange rate on growth and survival on chanel catfish
Ictalurus puntatus in circular tanks. Aquaculture IV. hlm. 29-39.
Anonymous. 1992. Biologi Perairan Darat. Balai Litbang Biologi Perairan. Lembaga Penelitian Indonesia LIPI. Bogor.
Azwar ZI. 1983. Peranan Sistem Biofilter dan Kapur Dalam Proses Reklamasi air Bekas Pemeliharaan Ikan Mas
Cyprinus carpio Linn. Tesis. Bogor: Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Boyd CE. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourting Printing. Auburn University Agricultural Experiment Station. Alabama. USA.
Boyd CE. 1991. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Fisheries and Allied Aquaculture Departmental. Auburn University.
Boyd CE, Tucker C. 1990. Water Quality and Pond Soil Analysis for Aquaculture. Departement of Fisheries and Allied Agriculture, Agricultural Station
Auburn University. Buchanan RE, Gibbons NE. 1974. Bergeys Manual of Determinative
Bacteriology. Eight edition. The Elliam dan WilkinsBaltimore.
Burford MA, Tompson PJ, McIntosh RP, Bauman RH, Pearson DC. 2003. Nutrient and microbial dynamics in high-intensity, zero-exchange shrimp
Ponds in Belize. Aquaculture 219 : 393-411.
Djajadireja R, Jangkaru R. 1973. Metode Baru Pemeliharaan Ikan Dengan Makanan Buatan. Pemberitaan LLPD, Bogor.
Djajasewaka H. 1985. Pakan Ikan. Yasaguna. Jakarta. Duedall L. 2004.
Water Filtration. www.goldfishinfo.com. Effendi H. 2000. Telaah Kualitas Air: bagi pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Jurusan Managemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Erler D, Pollard PC, Knibb W. 2004. Effect of Scondary Crops on Bacterial
Growth and Nitrogen Removal in Shrimp farm Effluent Treatment Systems.
Aquaculture Engginering 30 : 103-114. Fujii R. 1983.
Chromatophore as Pigment In Fish Physiology. Academic Press. New York. Vol IX B
Golz WJ. 1995. Biological Treatment in Recirculating Aquaculture System. In
Recirculating aquaculture in the classroom: a training workshop for agricultural science techers, a proceeding of workshop sponsored by
Lousiana State Univesity.
Gutierrez-Wing MT, Malone RF. 2006. Biological Filters in Aquaculture: Trends and Research Directions of Freshwater and Marine Applications.
Aquaculture Engineering. 34 : 163-171.