Filter Kimia TINJAUAN PUSTAKA

diregenerasi untuk digunakan lagi. Lebih jauh lagi bahwa ZnO yang dipreparasi di dalam zeolit menunjukan harga Eg, sebagai ukuran kemampuan fotokatalis, yang lebih besar daripada Eg ZnO bulk. Harga Eg yang lebih besar diharapkan dapat memberikan aktifitas fotokatalitik yang lebih tinggi Wahyuni et al. 2004. Tsitsisvii 1980 dan Blanchard 1984 dalam Las 2007, menemukan klinoptilolit dengan rumus kimia Na 6 Al 6 Si 30 O 72 24 H 2 O yang dapat memisahkan logam berat Pb, Cu, Cd, Zn, Co, Ni dan Hg secara baik dalam limbah industri. Klinoptilolit dan modernit juga dapat memisahkan amonia sampai 99 limbah industri. Di bidang pertanian Zeolit digunakan sebagai “ soil conditioning” yang dapat mengontrol dan menaikan pH tanah serta kelembaban tanah Las, 2007. Zeolit khabasit mempuyai pori 0,49-0,59 nm dapat digunakan untuk memisahkan senyawa parafin seperti CH 4 , C 2 H 6 , n-parafin dan iso parafin dan aromatis. Zeolit Na-Modernit dengan pori 0,4-0,49 juga dapat memisahkan gas N 2 , O 2 , CH 4 , C 2 H 6 dengan parafin, iso parafin dan aromatis. Zeolit klinoptilolit dapat memisahkan 99 amoniumamonia dari limbah industri. Selain mempunyai rongga yang besar zeolit juga mempunyai sifat absorben yang baik. Proses absorpsi secara garis besar dapat dibagi dua hal pokok yang berdasar pada cara absorpsinya yaitu absorpsi fisika Van der Waals merupakan fenomena yang terjadi secara reversible sebagai akibat dari gaya atraksi tarik-menarik antar molekul padatan dengan substansi yang terabsorp Gottardi, 1978 dalam Setiaji 2000. Kedua adsorpsi kimia atau kemisorpsi atau adsorpsi aktif yang merupakan hasil interaksi kimia antara suatu padatan dan substansi teradsorp Hamdan, 1992 dalam Setiaji, 2000. Zeolit sudah dikenal sebagai penyerap jauh sebelum Mc. Cabe 1985 dalam Golzs 1995, meneliti tentang penyerapan fisik khabasite, dimana volume molekular bahan yang akan diserap berpengaruh terhadap jumlah dan kemampuan yang dapat diserap zeolit tersebut. Hal ini berkaitan dengan kekhasan sifat zeolit yang memiliki bentuk kristalin yang teratur dengan diameter serta ukuran yang sama, juga adanya rongga cavity yang saling berhubungan ke segala arah, sehingga menyebabkan luas permukaan internal zeolit menjadi semakin besar. Topologi zeolit yang dilewati oleh jaringan berliku-liku chanel berdimensi bebas membuatnya dapat digunakan sebagai absorben Setiaji, 2000 Di perairan dengan kondisi bersalinitas zeolit berperan sebagai pengontrol pH dan penyerap NH 3 , NO 3 - dan H 2 S, pengontrol kandungan alkali, oksigen dan perbaikan lahan tambak melalui penyerapan logam berat Pb, Fe, Hg, Sn, Bi, dan As. Beberapa metode penurunan kosentrasi anion CrVI telah dilaporkan oleh Mulyani dan Koesnarpadi 2001 dalam Wahyuni, et al. 2004, menyatakan pertukaran ion dengan zeolit terfosfatasi, reduksi CrVI menjadi CrIII dengan reduktor zat organik dan reduksi dengan fotoreduksi terkatalis dengan cahaya Santoso 2001 dalam Wahyuni, et al. 2004 Zeolit murni mempunyai kemampuan mengikat atau daya afinitas yang cukup besar terhadap ion-ion amonia. Oleh karena itu, untuk menghilangkan amonia diperlukan zeolit yang dapat tukar menukar ion, yakni ion natrium Na + dari zeolit dan klinoptilolite dapat ditukar tempatnya oleh ion amonium NH 4 + . sehingga NH 4 + yang tadinya berkeliaran larut dalam air lalu diikat oleh zeolit. Diikatnya ion amonium mengakibatkan berkurangnya molekul amonia. Persamaan reaksi proses pengikatan tersebut adalah sebagai berikut : Na + Z- + NH 4 + NH 4 + Z + Na + 2 Na + Z + Ca + 2 Ca + 2 Z - 2 + 2 Na + Soemantojo 1998, mengatakan H-zeolit mempunyai kestabilan kapasitas adsorpsi yang lebih tinggi dari zeolit alam. H-Zeolit diperoleh dengan pemanasan pada suhu 550 C selama satu jam. Penggunaan zeolit dalam mengurangi amonia tidak mempengaruhi suhu air, ukuran butirannya mempengaruhi efisiensi pembuangan amonia. Makin kecil butirannya, makin tinggi efektifitasnya. Penggunaan Zeolit dalam bidang pertanian dan lingkungan dikaitkan dengan selektifitas penyerapan ion sangat penting ditentukan mengingat kompleksnya komposisi kimia air limbah, tanah dan permukaan. Nitrifikasi Spotte 1979 menyatakan, bahwa nitrifikasi adalah oksidasi amonia secara biologis menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri autrotrop. Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. adalah kemungkinan genera yang terpenting dari bakteri autrotrop di datam air tawar, air payau dan air laut. Mekanisme proses nitrifikasi oleh bakteri melaui tahapan yaitu : Tahap pertama : 2NH 4 + +3 O 2 2NO 2 - + 4 H + + 2H 2 O Nitrosomonas Tahap kedua : 2NO 2 - + O 2 2NO 3 - Nitrobakter sp. Keseluruhan : NH 4 + + 2O 2 NO 3 - + 2 H + + H 2 O Bakteri autrotrop yang melakukan proses nitrifikasi membutuhkan senyawa anorganik sebagai sumber energi dan karbondioksida sebagai sumber karbon. Nitrosomos sp dan Nitrobacter sp. adalah bakteri autrotrop obligat yang tidak dapat mengoksidasi subtrat selain dari pada NH 4 dan NO 2 -. Mc Carty dan Haug 1971 menyatakan bahwa proses kimiawi nitrifikasi sebagai berikut : 55 NH 4 + + 5 CO 2 + 76 O 2 C 5 H 7 O 2 N + 54 NO 2 - + 52 H 2 O + 109 H + 54 NO 2 - + 5 CO 2 + NH 4 + + 195 O 2 + 2H 2 O C 5 H 7 O 2 N + 400 NO 3 - + H + Selanjutnya dinyatakan oleh Mc Carty dan Haug 1971, bahwa ion H+ yang dibebaskan dari proses nitrifikasi akan menurunkan pH air dan mengurangi keseimbangan karbonat yaitu dengan reaksi : 2 H + + 2 CO 3 2- 2 H + + 2 HCO 3 - 2 H 2 CO 3 2H 2 O + 2CO 2 Efisiensi proses nitrifikasi dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu 1 keberadaan senyawa beracun bakterida di dalam air, 2 suhu, 3 pH, 4 kandungan oksigen terlarut, 5 salinitas dan 6 luas permukaan subtrat yang tersedia untuk menempelnya bakteri. Bahan-bahan yang bersifat racun tersebut menghambat bakteri nitrifikasi melalui dua mekanisme yaitu menghambat perkembangbiakan dan pertumbuhan bakteri atau mempengaruhi metabolisme sel sehingga menurunkan kemampuan oksidasi bakteri. Yoshida 1967 dalam Spotte 1979, menyatakan bahwa pertumbuhan optimum bakteri nitrifikasi dalam air laut pada suhu 27-28°C. Kawai et al. 1979 dalam Spotte 1979, mengatakan aktivitas bakteri nitrifikasi menurun dengan meningkatnya atau menurunnya salinitas di mana bakteri tersebut tetap hidup ambient salinity. Oksidasi amonia dan nitrit Iebih efisien terjadi pada kondisi aerob. Bakteri Nitrobacter mempunyai lingkungan hidup sebagai autrotrof di dalam air tawar, air payau dan air laut. Genus Nitrobacter selnya berbentuk batang pendek, sering berbentuk beji dengan penutup polar dari cytomembranne Buchanan dan Gibbons, 1974. Hidup dalam lingkungan kisaran pH 6,5-8,5 dan kisaran suhu 5-40°C, habitatnya di tanah, air tawar dan air laut.

2.5. Kualitas Air

Air sebagai media hidup ikan harus memiliki kondisi optimal baik kualitas maupun kuantitasnya. KuaIitas air pada budidaya ikan secara intensif ditentukan oleh : DO, suhu, CO 2 bebas, pH, NH 3 , nitrogen dan alkalinitas air Boyd Tucker, 1990. DO Swingle dan Loyd 1980, menyatakan bahwa ikan memerlukan kadar oksigen terlarut minimum 1,0 mgliter bila dalam keadaan istirahat, tetapi bila keadaan aktif memerlukan oksigen terlarut 3 mgl. ltasawa dalam Alabaster dan Lloyd 1980, mengemukakan bahwa untuk meningkatkan atau mempertahankan pertumbuhan, nafsu makan dan konversi pakan yang baik bagi ikan, kandungan oksigen terlarut 3 mgliter pada suhu 26,5°C. Menurut Boyd 1988, menyatakan kehidupan air tawar cukup baik jika kandungan 0 2 terlarut lebih besar dari 5 mgliter. Suhu Suhu merupakan salah satu faktor ekternal penting yang mempengaruhi produksi ikan Huet, 1971. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting pada ikan seperti pernapasan, pertumbuhan, reproduksi dan selera makan. Menurut Djadjadiredja dan Jangkaru 1973, suhu optimal untuk kelangsungan hidup ikan berkisar antara 25°-27°C. Suhu air mempunyai arti yang sangat penting, selain mempengaruhi langsung aktivitas fisiologis biota perairan juga mempengaruhi sifat fisika kimia air. Makin tinggi suhu perairan makin sedikit jumlah biota yang hidup di perairan tersebut. Diketahui suhu air akan mempengaruhi kehidupan langsung mikroorganisme termasuk virus dan bakteri. Suhu berguna dalam mengukur aktifitas kimia dan biologis, suhu juga berpengaruh terhadap proses nitrifikasi dan amonium. Proses pembusukan anaerobik sebagian besar dipengaruhi oleh suhu, yang prosesnya akan mencapai empat kali lipat pada suhu 27 C di banding suhu 7 C Mahida, 1986 dalam Linda 1995. CO 2 Karbondioksida adalah sumber karbon yang lebih disukai oleh tumbuhan akuatik seperti algae dibandingkan bikarbonat dan karbonat. Kadar CO 2 di perairan mengalami pengurangan bahkan juga hilang dari perairan akibat proses fotosintesis, evaporasi dan agitasi air. Perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan budidaya sebaiknya memiliki kadar CO 2 bebas 5 mgl Efendi, 2000. Kandungan karbon bebas diperairan dalam jumlah berlebihan bersifat racun bagi ikan. Menurut Pescod 1973 batas kelayakan kandungan CO 2 bagi ikan dalam lingkungan budidaya adalah 12 mgl. NH 3 Sisa-sisa pakan dan kotoran terurai menjadi nitrogen dalam bentuk NH 3 terlarut. ElFAC European Inland Fisheries Advisory Comision dalam Boyd, 1991 menyatakan bahwa kadar NH 3 0,2-2,0 mgl dalam waktu yang singkat sudah bersifat racun bagi ikan. Senada dengan hasil percobaan yang dilakukan di beberapa di laboratorium, NH 3 yang membahayakan bagi ikan dan mematikan dengan kadar 0,2-2,0 mgl NH 3 Alabaster dan Lloyd, 1980. Sedangkan menurut Pescod 1973, kandungan amonia harus Iebih kecil dari 1,0 mgl. Menurut Boon et al. dalam Hariati 1989, tingkat kejenuhan nitrogen dalam gas ammonia dan nitrit dapat menyebabkan gas bubble disease bagi anak-anak ikan. Pengaruh utama nitrit adalah perubahan di dalam transfer oksigen, oksidasi persenyawaan penting dan rusaknya jaringan organ respirasi. Alkalinitas Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam yang dikenal dengan acid-neutralizing capacity ANC atau kapasitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Pembentuk alkalinitas utama di perairan adalah bikarbonat, karbonat dan hidroksida. Diantara ketiga ion tersebut, paling banyak ion hidroksida terdapat di perairan alami Effendie, 2000. Dalam budidaya intensif diperlukan air yang bersifat netral atau sedikit basa yaitu pada pH 7-8 Huet, 1971. Nilai alkalinitas yang rendah menyebabkan