3 Value for money, yakni diterapkan tiga prinsip dalam proses penganggaran
daerah yaitu ekonomi,efisiensi dan efektivitas. Ekonomi berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas
tertentu pada harga yang paling murah. Efisiensi berarti bahwa penggunaan dana masyarakat public money tersebut menghasilkan output
yang maksimal berdaya guna. Efektivitas berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-target atau tujuan kepentingan
publik.Dalam konteks otonomi daerah,value for money merupakan jembatan untuk mengantarkan pemerintah daerah mencapai good
governance. Value for money tersebut harus dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah.Untuk mendukung
dilakukannya pengelolaan dana publik publik money yang mendasar konsep value for money diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah
dan anggaran daerah yang baik. Hal tersebut dapat tercapai apabila pemerintah daerah memliki sistem akuntansi yang baik.
2.1.2. Struktur APBD
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, APBD terdiri atas 3 bagian, yaitu :
1 Pendapatan Daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening
kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh
daerah. Komponen pendapatan daerah yaitu pendapatan asli daerah
dan dana perimbangan dari pusat berupa dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.
2 Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. 3
Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali daanatau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
2.1.3. Belanja Modal
Berdasarkan Permendagri No.592007 Pasal 53, belanja modal adalah untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 duabelas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
Nilai aset tetap berwujud dalam belanja modal sebesar harga belibangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan pembangunan aset
sampai aset tersebut siap digunakan. Kepala daerah menetapkan batas minimal kapitalisasi capitalization threshold sebagai dasar pembebanan belanja modal.
Belanja Modal dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Tanah adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk pengadaanpembelianpembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,
pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertipikat,dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai
tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai. 2.
Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaranbiaya yang
digunakan untuk pengadaanpenambahanpenggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari
12 dua belas bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai
3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja
Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk pengadaanpenambahanpenggantian dan termasuk pengeluaran untuk
perencanaan,pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan yang dimaksud dalam
kondisi siap pakai. 4.
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaranbiaya yang
digunakan untuk pengadaan penambahan penggantian peningkatan pembangunan pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk
perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi
siap pakai.
5. Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan penambahan penggantian peningkatan pembangunan
pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,
dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan
barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.
Belanja daerah adalah semua kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih ekuitas dana dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan. Menurut Permendagri No.13 Tahun 2006 ,belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang
mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
Istilah belanja expenditure sebagaimana yang dilaporkan dalam laporan realisasi anggaran pemerintah,juga mempunyai pengertian yang berbeda dengan
istilah beban expense yang dilaporkan dalam laporan keuangan bisnis perusahaan.
Berdasarkan PP No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupatenkota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang-undangan. Sejak dilaksanakannya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pada tahun 2001, anggaran belanja daerah,dari tahun ke tahun
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, baik dari segi cakupan jenis dana yang didaerahkan,maupun besaran alokasi dana yang didaerahkan.
Belanja daerah menurut kelompok belanja berdasarkan Permendagri No.13 Tahun 2006 terdiri atas: Belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kelompok
belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung
merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis
belanja yang terdiri dari:
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Bunga
c. Belanja Subsidi
d. Belanja Hibah
e. Belanja Bantuan Sosial
f. Belanja Bagi Hasil
g. Belanja Bantuan Keuangan
h. Belanja tidak terduga.
Kelompok Belanja Langsung dibagi menurut jenis belanjanya yang terdiri dari:
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Modal
Menurut Halim 2004:18,belanja daerah digolongkan menjadi 4,yaitu:
a. Belanja aparatur daerah
b. Belanja pelayanan publik
c. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
d. Belanja tidak tersangka.
Menurut Halim 2004:73,belanja modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset
atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum.
2.1.4. Pendapatan Asli Daerah