Kelayakan Pengembangan Usaha Tahu

Gambar 20. Proyeksi penjualan tahu

4.5. Kelayakan Pengembangan Usaha Tahu

Pengembangan usaha diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang diproyeksi semakin meningkat. Pengembangan usaha memerlukan biaya investasi Rp. 188.000.000, dengan rincian seperti dimuat pada Tabel 16. Tabel 16. Biaya investasi produksi tahu No Uraian Jumlah unit Harga Rp 1 Lahan dan bangunan 150.000.000 2 Mesin Giling 2 30.000.000 3 Pompa 2 2.000.000 4 Genset 1 6.000.000 Total 188.000.000 Biaya produksi yang diperlukan terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan tanah dan bangunan dengan umur ekonomi sepuluh 10 tahun dan peralatan dengan umur ekonomis lima 5 tahun. 100 300 500 700 900 1100 1300 1500 1700 Nila i P enj ua la n x j uta rupia h Tahun Data Historis Proyeksi 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Tabel 17. Biaya tetap No Uraian Harga Awal Nilai Sisa Umur Ekonomi Tahun Biaya Tetap Rpbulan Biaya Tetap Rptahun 1 Lahan dan Bangunan 150.000.000 10 1.250.000 15.000.000 2 Mesin Giling 30.000.000 5 500.000 6.000.000 3 Pompa 2.000.000 5 33.333 400.000 4 Genset 6.000.000 5 100.000 1.200.000 Total 1.883.333 22.600.000 Biaya variabel terdiri dari pembelian bahan baku kedelai, bahan pendukung, bahan bakar kayu, gas, solar, pelumas, upah tenaga kerja, pemakaian listrik dan telpon serta perbaikan dan pemeliharaan alat dan mesin Lampiran 1. Pada Lampiran 1 diketahui bahwa jumlah biaya variabel yang harus dikeluarkan setiap tahunnya Rp. 413.580.000. Biaya total produksi didapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel, yaitu Rp. 436.180.000. 1. Analisis Biaya Pokok Biaya pokok produksi adalah biaya total produksi dibagi dengan volume produksi total. Diketahui biaya total Rp. 436.180.000tahun dan jumlah produksi 1.680.000 unittahun, maka didapatkan biaya pokok produksi Rp. 260 unit Lampiran 2. Harga pokok produksi sangat erat kaitannya dengan harga jual, karena menunjukkan keuntungan dan kerugian yang akan didapat. Untuk mengetahui apakah perusahaan mendapatkan keuntungan atau kerugian dapat digunakan nilai rasio. Nilai rasio adalah hubungan proporsi antara biaya pokok dan harga jual. Nilai rasio lebih dari satu 1, berarti perusahaan mengalami kerugian, sedangkan bila nilai rasio kurang dari satu 1, berarti perusahaan mendapatkan keuntungan, dan bila nilai rasio sama dengan satu = 1, berarti perusahaan dalam keadaan titik impas. Diketahui biaya pokok produksi Rp. 260unit, sedangkan harga jual ditetapkan Rp. 333unit. Maka besar nilai rasio yang didapatkan adalah 0,78, maka perusahaan mendapatkan keuntungan. Dengan asumsi harga penjuakan dan biaya pokok tidak berubah selama umur proyek. 2. Analisis Impas Produksi Titik impas produksi merupakan titik dimana perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau mengalami kerugian. Besar titik impas dipengaruhi oleh harga jual, biaya tetap total dan biaya variabel rata- rata Lampiran 2. Diketahui harga jual tahu Rp. 333unit, biaya tetap total Rp. 22.600.000 tahun dan biaya variabel rataan Rp. 246unit, sehingga didapatkan titik impas 260.304 unittahun. Jumlah produksi tahu setiap tahunnya adalah 1.680.000 unit tahun. Ternyata produksi tahu setiap tahunnya lebih besar dari titik impas, maka perusahaan berada dalam posisi yang menguntungkan. Dengan asumsi produksi tahu setiap tahunnya tidak berubah selama umur proyek. 3. Analisis Kelayakan Untuk menilai kelayakan usaha produksi tahu, dapat dilakukan dengan analisis kelayakan finansial yang meliputi NPV, IRR, BC Rasio dan Pay Back Period. Analisis ini dilakukan dengan mengetahui komponen biaya pengeluaran dan pendapatan selama satu 1 tahun. a. NPV NPV merupakan nilai sekarang dari sejumlah uang di masa yang mendatang dengan menggunakan tingkat bunga tertentu. NPV bernilai positif maka kelayakan pengembangan usaha tersebut layak dilakukan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan discount factor DF 14 menghasilkan NPV Rp. 395.569.655. Hal ini menunjukan proyek akan mendapatkan keuntungan Rp. 395.569.655 selama periode 10 tahun. b. IRR Diketahui NPV positif pada suku bunga 30 bernilai Rp. 31.907.340 dan NPV negatif pada suku bunga 40 bernilai Rp. -4.689.798. Sehingga didapatkan nilai IRR sebesar 38,72, dimana lebih besar dari suku bunga yang berlaku sehingga mengindikasikan pengembangan usaha IK tahu layak untuk dikembangkan karena menguntungkan perusahaan. c. BC Ratio Perbandingan untung dan biaya dapat ditentukan sebagai perbandingan nilai keuntungan ekuivalen terhadap nilai biaya ekuivalen. Berdasarkan analisis perhitungan BC ratio diperoleh nilai 3,10 lebih besar dari 1, maka pengembangan usaha tahu layak untuk dikembangkan. d. PBP PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu periode pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Berdasarkan analisa perhitungan, PBP pengembangan usaha tahu adalah 1,19 tahun. Total investasi Rp.188.000.000, dengan umur ekonomi 10 tahun, maka investasi dapat dikembalikan melalui cash flow CF selama 1,19 tahun atau lebih pendek dari umur ekonominya, maka pengembangan usaha tahu layak untuk dilaksanakan. Dengan melihat nilai NPV yang postif, nilai IRR lebih besar dari discount rate 14-20, nilai Net BC lebih besar dari 1 dan PBP lebih pendek dibandingkan umur ekonominya, maka pengembangan usaha tahu dengan periode 10 tahun layak untuk dikembangkan. Tabel 18. Nilai analisa finansial dan kelayakan No Uraian Satuan Nilai 1 Harga jual tahu Rp unit 333 2 Produksi tiap tahun unit 1.680.000 3 Biaya tetap total Rp 22.600.000 4 Biaya variabel total Rp 413.580.000 5 Biaya total Rp 436.180.000 6 Biaya pokok produksi Rp unit 260 7 Biaya variabel rata-rata Rp unit 246 8 Titik impas produksi unit 260.304 9 NPV Rp 395.569.655. 10 IRR 38,72 11 Net BC 3,10 12 PBP tahun 1,19

4.6. Analisa Sensitivitas