Analisa Sensitivitas HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6. Analisa Sensitivitas

Analis sensitivitas perlu dilakukan untuk memperkirakan kesalahan pendugaan terhadap suatu proyek. Kesalahan dapat selalu terjadi, karena faktor manusia dan faktor lingkungan. Faktor manusia artinya bahwa manusia sering kali melakukan kesalahan dalam memperhitungkan segala sesuatu. Sedangkan faktor lingkungan artinya adanya kemungkinan kenaikan harga mendadak ketika proyek dilaksanakan. Oleh karena itu analisis sensitivitas dilakukan terhadap beberapa komponen yang mungkin menimbulkan kenaikan biaya, yaitu :

1. Harga Kedelai

Kedelai merupakan bahan pokok dalam produksi dan harganya kemungkinan berubah sewaktu-waktu. Besar pendugaan kenaikan harga kedelai, adalah : a. Kenaikan harga kedelai 10 Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga kedelai 10, maka harga kedelai menjadi Rp. 6.600 kg, sehingga terjadi kenaikan biaya variabel Rp. 431.580.000 dan biaya total Rp. 454.180.000. Biaya pokok produksi mengalami kenaikan menjadi Rp. 270unit, dengan harga jual tahu tetap Rp. 333 unit, maka rasio produksi menjadi 0,81. Besarnya nilai rasio kurang dari 1 menunjukan bahwa usaha produksi masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan kedelai 10. Didapatkan titik impas produksi sebesar 296.950 unit. Setelah mengalami perubahan biaya terhadap harga kedelai 10. Dengan kata lain jumlah produksi setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi, maka usaha produksi tahu tetap pada posisi menguntungkan. Di sisi lain, terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net BC akibat kenaikan harga kedelai. Terjadi penurunan NPV menjadi Rp. 314.949.879, artinya apabila terjadi kenaikan harga kedelai 10, maka keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan akan menurun Rp. 314.949.879 selama periode 10 tahun, namun NPV masih bernilai positif, artinya masih layak untuk dikembangkan. NPV positif Rp. 1.486.044 pada suku bunga 30 dan nilai NPV negatif Rp. -30.048.360 pada suku bunga 40, maka didapatkan nilai IRR 30,47. Nilai IRR menurun akibat peningkatan harga kedelai 10, namun nilainya masih di atas discount rate 14. BC rasio menurun menjadi 2,68 akibat peningkatan harga kedelai 10, tetapi masih lebih besar dari 1. Hal ini menunjukan bahwa pengembangan usaha tahu layak untuk dikembangkan. b. Kenaikan harga kedelai 20 Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga kedelai 20, maka harga kedelai menjadi Rp. 7.200kg, sehingga terjadi kenaikan biaya variabel Rp. 449.580.000 dan biaya total Rp. 472.180.000. Biaya pokok produksi mengalami kenaikan menjadi Rp. 281unit, dengan harga jual tahu tetap Rp. 333unit, maka rasio produksi 0,84. Besarnya nilai rasio kurang dari 1, menunjukan bahwa usaha produksi masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan kedelai 20. Didapatkan titik impas produksi 345.603 unit, setelah mengalami perubahan biaya terhadap harga kedelai 20. Dengan kata lain, jumlah produksi setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi, maka usaha produksi tahu tetap pada posisi menguntungkan. Di sisi lain, terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net BC akibat kenaikan harga kedelai. Terjadi penurunan NPV menjadi Rp. 234.203.103, artinya apabila terjadi kenaikan harga kedelai 20, maka keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan akan menurun menjadi Rp. 234.203.103 selama periode 10 tahun, namun NPV masih bernilai positif, artinya masih layak untuk dikembangkan. NPV positif Rp. 151.327.876 pada suku bunga 20 dan nilai NPV negatif Rp. -28.935.252 pada suku bunga 30, maka didapatkan nilai IRR 28,39. Nilai IRR menurun akibat peningkatan harga kedelai 20, tetapi nilainya masih diatas discount rate 14. BC rasio menurun menjadi 2,25 akibat peningkatan harga kedelai sebesar 20. Nilai BC ratio lebih besar dari 1, hal ini menunjukan bahwa pengembangan usaha tahu layak untuk dikembangkan. c. Kenaikan harga kedelai 30 Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga kedelai 30, maka harga kedelai menjadi Rp. 7.800kg, sehingga terjadi kenaikan biaya variabel Rp. 467.580.000 dan biaya total Rp. 490.180.000. Biaya pokok produksi mengalami kenaikan menjadi Rp. 292unit sedangkan harga jual tahu tetap yaitu Rp. 333unit, maka rasio produksi 0,88. Besarnya nilai rasio kurang dari 1, menunjukan bahwa usaha produksi masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan kedelai 30. Didapatkan titik impas produksi 413.325 unit, setelah mengalami perubahan biaya terhadap harga kedelai 30. Dengan kata lain, jumlah produksi setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi, maka usaha produksi tahu tetap pada posisi menguntungkan. Di sisi lain, terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net BC akibat kenaikan harga kedelai. Terjadi penurunan NPV menjadi Rp. 153.456.327, artinya apabila terjadi kenaikan harga kedelai 30, maka keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan akan menurun menjadi Rp. 153.456.327 selama periode 10 tahun, namun NPV masih bernilai positif, artinya masih layak untuk dikembangkan. NPV positif Rp. 86.431.072 pada suku bunga 20 dan nilai NPV negatif Rp. -59.356.548 pada suku bunga 30, maka didapatkan nilai IRR 25,93. Nilai IRR menurun akibat peningkatan harga kedelai 30, tetapi nilainya masih diatas discount rate

14. BC rasio menurun menjadi 1,82 akibat

peningkatan harga kedelai 30, tetapi masih lebih besar dari 1, hal ini menunjukan bahwa pengembangan usaha tahu layak untuk dikembangkan. d. Kenaikan harga kedelai 40 Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga kedelai 40, maka harga kedelai menjadi Rp. 8.400kg, sehingga terjadi kenaikan biaya variabel menjadi Rp. 485.580.000 dan biaya total menjadi Rp. 508.180.000. Biaya pokok produksi mengalami kenaikan menjadi Rp. 302unit, tetapi harga jual tahu tetap Rp. 333unit, maka rasio produksi menjadi 0,91. Besarnya nilai rasio kurang dari 1, menunjukan bahwa usaha produksi masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan kedelai 40. Titik impas produksi 514.054 unit, setelah mengalami perubahan biaya terhadap harga kedelai 40. Dengan kata lain, jumlah produksi setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi, hal ini menunjukan usaha produksi tahu tetap pada posisi menguntungkan. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net BC akibat kenaikan harga kedelai. Terjadi penurunan NPV menjadi Rp. 72.709.551, artinya apabila terjadi kenaikan harga kedelai 40, maka keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan akan menurun Rp. 72.709.551 selama periode 10 tahun, maka NPV masih bernilai positif artinya masih layak untuk dikembangkan. NPV positif Rp. 21.534.268 pada suku bunga 20 dan nilai NPV negatif Rp. -89.777.844 pada suku bunga 30, sehingga didapatkan nilai IRR 21,93. Nilai IRR menurun akibat peningkatan harga kedelai 40, tetapi nilainya masih diatas discount rate 14. BC rasio menurun menjadi 1,39 akibat peningkatan harga kedelai sebesar 40, tetapi masih lebih besar dari 1, hal ini menunjukan bahwa pengembangan usaha tahu layak untuk dikembangkan. e. Kenaikan harga kedelai 50 Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga kedelai sebesar 50, maka harga kedelai menjadi Rp. 9.000kg, sehingga terjadi kenaikan biaya variabel menjadi Rp. 503.580.000 dan biaya total menjadi Rp. 526.180.000. Biaya pokok produksi mengalami kenaikan Rp. 313 unit, sedangkan harga jual tahu tetap Rp. 333unit, maka rasio produksi 0,94 dan titik impas produksi 679.699 unit. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net BC akibat kenaikan harga kedelai. Terjadi penurunan NPV Rp. -8.037.225, IRR 12,63 dan BC rasio menurun menjadi 0,96. Tabel 19. Nilai analisa finansial dengan pendugaan kenaikan harga kedelai Kenaikan Kedelai NPV Rp IRR Net BC 10 314.949.879 30,47 2,68 20 234.203.103 28,39 2,25 30 153.456.327 25,93 1,82 40 72.709.551 21,93 1,39 50 -8.037.225 12,63 0,96 Nilai NPV, IRR dan Net BC yang didapat mengalami penurunan setelah adanya pendugaan kenaikan harga kedelai. Namun pada kenaikan harga kedelai hingga 40, NPV masih bernilai positif, IRR berada di atas discount rate dan Net BC lebih dari 1. Hal ini menunjukan bahwa proyek masih layak dikembangkan selama periode 10 tahun dengan discount rate 14. Namun pada kenaikan harga kedelai 50, proyek sudah tidak layak dikembangkan lagi karena memiliki nilai NPV negatif, IRR di bawah discount rate dan Net BC kurang dari 1.

2. Harga Penjualan Produk

Harga penjualan produk kemungkinan dapat turun, karena penurunan minat konsumen dan persaingan semakin ketat. Besar pendugaan penurunan harga penjualan produk, yaitu: a. Penurunan harga jual produk 10 Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan penurunan harga jual produk 10, maka harga jual produk Rp. 299,7unit. sehingga terjadi penurunan pendapatan Rp. 510.353.143tahun. Biaya pokok produksi tetap Rp. 270 unit sedangkan harga jual tahu menurun Rp. 299,7unit, maka rasio produksi 0,87. Besarnya nilai rasio kurang dari 1, menunjukan bahwa usaha produksi masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi penurunan harga jual 10. Didapatkan titik impas produksi 422.261 unit, setelah mengalami penurunan harga jual produk 10. Dengan kata lain, jumlah produksi setiap tahunnya lebih besar dari titik impas produksi, hal ini menunjukan usaha produksi tahu tetap pada posisi menguntungkan. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net BC akibat penurunan harga jual produk. Terjadi penurunan NPV Rp. 144.735.675, artinya apabila terjadi penurunan harga jual produk sebesar 10 maka keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan akan menurun Rp. 144.735.675 selama periode 10 tahun, tetapi NPV masih bernilai positif, artinya masih layak untuk dikembangkan. Nilai IRR menurun 25,59 dan BC rasio 1,77, tetapi masih lebih besar dari 14 discount rate dan BC ratio lebih besar dari 1, menunjukan bahwa pengembangan usaha tahu masih layak. b. Penurunan harga jual produk 15 Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan penurunan harga jual produk 15, maka harga jual produk menjadi menjadi Rp. 283,1unit, sehingga terjadi penurunan pendapatan Rp. 482.381.143 tahun. Biaya pokok produksi tetap Rp. 270unit sedangkan harga jual tahu menurun Rp. 283,1unit, maka rasio produksi menjadi 0,92. Besarnya nilai rasio kurang dari 1, hal ini menunjukan bahwa usaha produksi masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi penurunan harga jual 15. Didapatkan titik impas produksi 612.941 unit. Setelah mengalami penurunan harga jual produk 15. Dengan kata lain, jumlah produksi setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi, hal ini menunjukan usaha produksi tahu tetap pada posisi menguntungkan. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net BC akibat penurunan harga jual produk. Terjadi penurunan NPV Rp. 19.255.185, artinya apabila terjadi penurunan harga jual produk 15, maka keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan akan menurun Rp. 19.255.185 selama periode 10 tahun, tetapi NPV masih bernilai positif, artinya masih layak untuk dikembangkan. Nilai IRR menurun 16,84 dan BC rasio 1,1, tetapi masih lebih besar dari 14 discount rate dan BC ratio lebih besar dari 1, menunjukan bahwa pengembangan usaha tahu masih layak. c. Penurunan harga jual produk 20 Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan penurunan harga jual produk 20, maka harga jual produk menjadi menjadi Rp. 266,4unit, sehingga terjadi penurunan pendapatan Rp. 454.409.143 tahun. Biaya pokok produksi tetap Rp. 270unit sedangkan harga jual tahu menurun Rp. 266,4unit, maka rasio produksi 0,97. Besarnya nilai rasio hampir sama dengan satu, hal ini menunjukan bahwa usaha produksi menghasilkan lebih sedikit keuntungan. Didapatkan titik impas produksi 1.117.626 unit, setelah mengalami penurunan harga jual produk 20. Dengan kata lain, jumlah produksi setiap tahunnya ternyata hampir menyamai titik impas produksi. Di sisi lain, terdapat perubahan drastis terhadap nilai NPV, IRR dan Net BC akibat penurunan harga jual produk. Terjadi penurunan NPV Rp. -106.225.305, artinya usaha sudah tidak menghasilkan keuntungan sehingga tidak layak dilaksanakan. Nilai IRR menurun menjadi kurang dari 14 dan BC rasio 0,4 kurang dari 1, hal ini menunjukan bahwa usaha tidak layak dilaksanakan. Tabel 20. Nilai analisa finansial dengan pendugaan penurunan harga penjualan produk Penurunan Harga Jual NPV Rp IRR Net BC 10 144.735.675 25,59 1,7 15 19.255.185 16,84 1,1 20 -106.225.305 -25,71 0,4 Nilai NPV, IRR dan Net BC yang didapat mengalami penurunan setelah adanya pendugaan penurunan harga jual produk. Namun pada penurunan harga jual produk hingga 15, NPV masih bernilai positif, IRR berada diatas discount rate dan Net BC lebih dari 1. Hal ini menunjukan bahwa proyek masih layak dikembangkan selama periode 10 tahun dengan discount rate 14. Namun pada penurunan harga jual produk 20, proyek sudah tidak layak dikembangkan lagi karena memiliki nilai NPV negatif, IRR dibawah discount rate dan Net BC kurang dari 1.

4.7. Strategi Pengembangan IK Tahu