Data untuk mengkonversi jumlah GT menjadi unit kapal digunakan dari data perizinan Ditjen Perikanan Tangkap 2011 yang menunjukkan ukuran GT
dominan masing-masing alat penangkap ikan di Laut Arafura sebagai berikut : pukat ikan GT200 seingga 1 unit = 200 GT; pukat udang 100 – 200 GT
sehingga 1 unit rata-ratanya 150 GT; gillnet oseanik GT200 sehingga digunakan 1 unit = 200 GT; pancing rawai dasar 60 GT sehingga 1 unit = 60
GT; dan pancing cumi 100 – 200 GT sehingga 1 unit rata-rata 150 GT.
4.3 Pengelolaan industri perikanan tangkap melalui perizinan
4.3.1 Mekanisme perizinan saat ini Secara umum dikenal 2 jenis izin perikanan yaitu izin usaha perikanan
SIUP dan izin operasional kapal perikanan. Izin operasional kapal perikanan terdiri dari 2 macam yiatu izin penangkap ikan SIPI dan izin kapal pengangkut
ikan SIKPI. Izin operasional didapatkan setelah pemohon atau pelaku usaha memperoleh SIUP. Izin yang terkait dengan pengalokasian sumberdaya ikan
adalah SIUP. Pengelolaan izin perikanan tangkap diatur melalui Permen No. 14 Tahun
2011 tentang Usaha Perikanan Tangkap yang diubah atau disempurnakan dengan Permen KP No. 49 Tahun 2011. Mekanisme perizinan yang tercantum pada
Permen KP No. 14 Tahun 2011 kurang lebih sama dengan Permen sebelumnya yaitu Permen KP No. 12 Tahun 2009 sebagai hasil penyempurnaan Permen KP
No. 5 Tahun 2008. Berdasarkan peraturan tersebut, mekanisme perizinan mencakup tata cara penerbitan SIUP, SIPI dan SIKPI mulai dari permohonan
sampai dengan pemrosesan izin verifikasi kelengkapan permohonan, penilaian kelayakan usaha, pemeriksaan ketersediaan sumberdaya ikan, pembayaran
pungutan, serta pencetakan surat izin. Mekanisme perizinan SIUP dimulai dari pengajuan permohonan penerbitan SIUP oleh pelaku usaha pemohon kepada
Pemerintah. Terhadap permohonan tersebut selanjutnya dilakukan penelitian kelengkapan persyaratan dan penilaian kelayakan usaha dengan
mempertimbangkan ketersediaan dan kelestarian sumber daya ikan SDI dan lingkungannya. Setelah memperhatikan ketersediaan sumberdaya ikan dan
lingkungannya serta permohonan dianggap layak maka dilakukan proses pencetakan surat pembayaran pungutan PPP untuk dibayar oleh Pemohon.
Setelah Pemohon melunasi pungutan maka dilakukan pencetakan dokumen SIUP yang berisi alokasi jumlah kapal dan wilayah perairan penangkapan yang
diperbolehkan. Bila Alokasi tidak direalisasikan setelah jangka waktu tertentu maka harus dikembalikan kepada Pemerintah.
Tahapan yang paling penting terkait pemberian alokasi perizinan antara lain : 1 Penilaian kelayakan usaha
Penilaian kelayakan usaha meliputi kelayakan aspek sumberdaya ikan, aspek teknis kapal, alat penangkap ikan, pelabuhan, pemasaran, tenaga
kerja, dan aspek finansial usaha. Aspek kelayakan sumberdaya ikan menyangkut ketersediaan potensi sumberdaya ikan dan kelestariannya di
wilayah pengelolaan perikanan WPP. 2 Pemeriksaan checking ketersediaan alokasi sumberdaya ikan
Ketersediaan alokasi sumberdaya ikan dan jenis alat penangkapan ikan merupakan bagian penting dari penilaian aspek kelayakan usaha. Oleh
karena itu, angka ketersediaan alokasi perlu akurat dan merupakan data terbaru up-dated. Angka alokasi yang diberikan bersumber pada angka
stok sumberdaya ikan atau pertimbangan ilmiah lainnya. Sebagai landasan internal di Ditjen Perikanan Tangkap, sudah ada Surat Keputusan SK
Dirjen Perikanan Tangkap No. 2 Tahun 2012 yang mengatur pengalokasian usaha penangkapan ikan di setiap WPP. SK Dirjen tersebut
yang akan diperbaharui setiap tahunnya, mengatur jenis-jenis alat penangkap ikan tertentu yang diperbolehkan atau tidak serta jumlah
alokasi GT-nya. Landasan untuk menghitung alokasi pada SK tersebut adalah angka potensi secara umum yang tertuang pada Permen KP No. 24
Tahun 2011, serta dengan mempertimbangkan produksi perikanan berdasarkan laporan kegiatan usaha, produktivitas penangkapan ikan, hasil
rencana pengelolaan perikanan RPP, dan porsi izin daerah. Penglokasian jumlah alat penangkapan ikan atau jumlah GT ini belum dilakukan
optimasi yang memperhitungkan jumlah potensi seluruh sumberdaya ikan dan seluruh produktivitas jenis alat penangkap ikan.
3 Pemeriksaan checking kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya Kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya merupakan pertimbangan
yang rasional untuk memberikan izin usaha pada suatu wilayah perairan mengingat dampak yang bisa ditimbulkan dari usaha perikanan tangkap.
Faktor ini belum menjadi perhatian penting pemberian izin perikanan saat ini. Sebagai pertimbangan adalah kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan
di WPP secara umum. Mekanisme yang dilakukan sudah cukup baik terutama dalam hal
penyediaan data alokasi untuk perizinan yaitu dengan dipertimbangkannya beberapa aspek. Namun demikian mekanisme ini belum menetapkan tingkat
optimal pemanfaatan seluruh potensi sumberdaya ikan yang ada dengan jenis alat tangkap yang tersedia. Disamping itu mekanisme ini belum mengakomodir aspek
kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya secara holistik. Pada Gambar 42 diperlihatkan alur mekanisme pengelolaan perikanan tangkap melalui alokasi
perizinan SIUP yang berlaku saat ini. 4.3.2 Alternatif penyempurnaan mekanisme perizinan
Mekanisme izin yang ditawarkan tidak mengubah prosedur perizinan secara umum namun memberikan alternatif dalam hal pengalokasian jenis alat
penangkap ikan yang optimal serta penentuan kondisi lingkungan perairan yang lestari berlanjut. Kedua hal tersebut menjadi kunci bagi penilaian kelayakan
usaha perikanan tangkap yang diajukan sebagaimana tercantum pada Pasal 9 Ayat 1 Permen KP No. 14 Tahun 2011 yang diubah menjadi Permen KP No. 49
Tahun 2011 tentang Usaha Perikanan Tangkap. Gambar 43 memperlihatkan alternatif alur mekanisme pengelolaan perikanan tangkap melalui alokasi
perizinan.
Gambar 42. Alur mekanisme penerbitan alokasi perizinan SIUP Permen KP No. 14 Tahun 2011
Sudah Bayar?
Start
Pemohon mengajukan surat permohonan
Permohonan izin usaha
Penilaian Kelayakan usaha dan kelengkapan
dokumen
Layak lengkap?
Alokas i ada?
Analisis ketersediaan
alokasi
Penerbitan Surat Perintah Bayar PNBP
Penerbitan SIUP alokasi
selesai Poten
si
Produ ktivits
Data Lain
direalis asikan?
Data Alokasi
Checking ketersediaan alokasi
Gambar 43. Alternatif alur mekanisme penerbitan alokasi perizinan SIUP
Checking alokasi yg optimal
WPP lestari?
Data alokasi optimal
Data Status keberlanjutan
per WPP
Analisis keberlanjutan Checking
kelestarian keberlanjutan WPP
Start
Pemohon mengajukan surat permohonan
Permohonan izin usaha
Penilaian Kelayakan usaha dan kelengkapan
dokumen
Layak lengkap
Alokasi opt.ada?
Penerbitan Surat Perintah Bayar PNBP
Sudah Bayar?
Penerbitan SIUP alokasi
selesai
direalis asikan?
Data alat yg berlanjut
Analisis optimasi alokasi Poten
si
Produ ktivits
Data Lain
Hal-hal terkait mekanisme alternatif ini yaitu : 1 Pemeriksaan checking ketersediaan alokasi sumberdaya ikan
Dengan landasan potensi sumberdaya ikan Permen KP No. 45 Tahun 2011, nilai produktivitas alat penangkap ikan Permen KP No. 60 Tahun
2010 dan variabel lain sebagai pendukung maka dilakukan optimasi untuk menentukan jenis dan jumlah alat penangkap ikan yang bisa dialokasikan
optimal. Variabel pendukung bisa ditambahkan kedalam persamaan optimasi misalnya hasil-hasil kesepakatan tentang peluang atau status
perikanan. Alat bantu analisis yang digunakan adalah analisis optimasi dengan cara Linear Goal Programming LGP. Output yang dihasilkan
yaitu data alokasi optimal jenis alat penangkap ikan. 2 Pemeriksaan checking kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya
Persyaratan kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya dapat direfleksikan sebagai keberlanjutan perikanan tangkap pada suatu wilayah
perairan atau WPP. Oleh karena itu pada bagian ini sangat baik bila memanfaatkan hasil analisis keberlanjutan perikanan secara
multidimensional. Hasil analisis keberlanjutan tidak hanya melihat keberlanjutan dari aspek sumberdaya ikan dan lingkungan saja tetapi
seluruh aspek mencakup ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan etika dari usaha perikanan tangkap pada suatu WPP. Analisis keberlanjutan
juga merekomendasikan jenis-jenis alat penangkap ikan yang sifatnya berlanjut dan menjadi prioritas untuk dikembangkan. Dalam hal ini
digunakan analisis RAPFISH. Output yang dihasilkan adalah data atau dokumen keberlanjutan perikanan berdasarkan WPP, serta data jenis alat
tangkap yang statusnya berkelanjutan atau tidak. Pada mekanisme alternatif ini, data atau dokumen yang menjadi acuan
untuk penilaian kelayakan usaha yaitu : 1 Data alokasi optimal jenis alat penangkap ikan per WPP, yang dihasilkan
dari analisis optimasi alokasi dengan variabel potensi sumberdaya ikan Kepmen KP No. 45 Tahun 2011, data produktivitas kapal penangkap
ikan Permen No. 60 Tahun 2010, data jenis alat penangkap ikan yang
berkelanjutan hasil analisis RAPFISH dan data pendukung lain yang terkait.
2 Data status keberlanjutan perikanan per WPP untuk menggambarkan tingkat kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan.
Mekanisme alternatif ini tidak menyebabkan waktu proses perizinan menjadi lebih lama karena analisis data tidak dilakukan setiap ada permohonan
izin melainkan cukup hanya sekali saja dan dilakukan up-dating secara cepat dengan bantuan program komputer.
Secara umum, kerangka strategi pengelolaan industri perikanan tangkap terpadu sebagaimana Gambar 44 terdiri dari tahapan :
1 Assesment perikanan : aspek ekologi, ekonomi, teknologi, sosial dan etika; 2 Penentuan keberlanjutan perikanan di lokasi perairan : kondisi secara
umum; 3 Penentuan alat penangkap ikan yang berkelanjutan : kondisi per alat
penangkap ikan; 4 Penentuan analisis pengungkit leverage : faktor-faktor utama yang
berpengaruh terhadap keberlanjutan perikanan; 5 Pengalokasian optimal alat penangkap ikan prioritas yang berkelanjutan
berdasarkan tujuan yang diinginkan; 6 Pengalokasian optimal seluruh jenis alat penangkap ikan;
7 Pengelolaan industri perikanan tangkap terpadu melalui pengalokasian perizinan perikanan dan evaluasinya berdasarkan feedback faktor
pengungkit.
Gambar 44 Strategi pengelolaan industri perikanan tangkap terpadu berkelanjutan
feedback
E K
O L
O G
I
E K
O N
O M
I
S O
S I
A L
T E
K N
O L
O G
I E
T I
K A
ANALISIS RAPFISH
ORDI NASI
MONTE CARLO
LEVE RAGE
G L
O B
A L
- M
A K
R O
KEBERLANJUTAN PERIKANAN
JENIS ALAT TANGKAP BERLANJUT
OPTIMASI POTENSI SDI
ANALISIS OPTIMASI TAHAP I POTENSI
IKAN ALOKASI
OPTIMAL ALAT
TANGKAP YANG
BERLANJUT
ANALISIS OPTIMASI TAHAP II
ALOKASI OPTIMAL SELURUH JENIS ALAT
TANGKAP
S P
E S
I F
I K
- M
I K
R O
PERIZINAN USAHA PERIKANAN TANGKAP
INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP TERPADU
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan