Kesimpulan Sistem pengelolaan perikanan tangkap terpadu di WPP Laut Arafura

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Status perikanan di Arafura dalam keadaan cukup berlanjut dengan skor 53,86. 2. Berdasarkan jenis alat penangkap ikan, dari 5 jenis perikanan dominan yang digunakan maka terdapat 3 tiga dalam keadaan cukup berkelanjutan yaitu perikanan pancing cumi, pancing rawai dasar, dan gillnet. Sedangkan perikanan pukat ikan dan pukat udang dalam keadaan kurang berlanjut. Berdasarkan dimensi atau aspek, dimensi ekologi, teknologi, dan sosial dalam keadaan cukup berlanjut sedangkan aspek ekonomi dan etika dalam kondisi kurang berlanjut. 3. Atribut yang paling berpengaruh pada masing-masing dimensi keberlanjutan perikanan adalah : 1 ukuran ikan tangkapan pada dimensi ekologi; 2 ketenagakerjaan pada dimensi ekonomi; 3 penggunaan FAD fish attracting devices dan selektivitas alat pada dimensi teknologi; 4 tingkat pendidikan pada dimensi sosial; dan 5 keadilan dalam hal pengelolaan pada dimensi etika. Atribut yang paling sedikit pengaruhnya pada masing-masing dimensi adalah: 1 jumlah spesies tangkapan pada dimensi ekologi; 2 subsidi dan kontribusi PNBP pada dimensi ekonomi; 3 sosialisasi penangkapan pada dimensi sosial; 4 penanganan di atas kapal pada dimensi teknologi; dan 5 mitigasi-deplesi ekosistemhabitat pada dimensi etika. 4. Hasil analisis optimasi pemanfaatan potensi sumberdaya ikan yang berkelanjutan menghasilkan jenis alat penangkap ikan prioritas dengan alokasinya sebagai berikut : pancing rawai dasar 34.985 GT; gillnet oseanik 24.119 GT; dan pancing cumi 10.423 GT. Sedangkan alokasi pukat ikan dan pukat udang masing-masing adalah 187.318 GT dan 9.789 GT. 5. Alat penangkapan ikan yang statusnya berkelanjutan dapat dikembangkan lebih lanjut pengalokasiannya kecuali untuk pancing cumi yang sudah mencapai optimum. Sedangkan pengalokasian untuk alat penangkapan ikan yang kurang berlanjut bisa dilaksanakan dengan syarat antara lain : 1 Pengurangan dampak ekologi yang diakibatkan pengoperasian pukat udang dan pukat ikan dengan cara memperbaiki kondisi habitat dan lingkungan sumberdaya ikan misalnya melalui pemulihan sumberdaya ikan dan memperbaiki aturan tentang mata jaring, penerapan open-closed season dan open-closed area; 2 peningkatan penyerapan tenaga kerja melalui perluasan industri pengolahan, pemasaran dan jasa terkait perikanan; 3 peningkatan SDM nelayan atau pelaku usaha perikanan; 4 intervensi atau inovasi teknologi pukat udang dan pukat ikan yang produktif tetapi tidak mengancam keberlanjutan perikanan; 5 Peningkatan pola usaha penangkapan ikan yang mengakomodir pelibatan masyarakat co-management; 6. Sistem pengelolaan industri perikanan tangkap terpadu diimplementasikan melalui pengalokasian izin perikanan yang berlaku saat ini dengan alternatif penyempurnaan dalam hal pengalokasian jenis alat penangkap ikan yang optimal serta penentuan kondisi lingkungan perairan yang lestari berlanjut. 7. Kerangka strategi pengelolaan industri perikanan tangkap terpadu memiliki tahapan sebagai berikut : 1 assesment perikanan; 2 penentuan status keberlanjutan perikanan di lokasi perairan; 3 penentuan jenis alat penangkap ikan yang berkelanjutan; 4 penentuan analisis pengungkit leverage; 5 pengalokasian optimal alat penangkap ikan prioritas yang berkelanjutan berdasarkan tujuan; 6 pengalokasian optimal seluruh jenis alat penangkap ikan; 7 Pengelolaan industri perikanan tangkap terpadu melalui pengalokasian perizinan perikanan dan evaluasinya berdasarkan feedback faktor pengungkit.

5.2 Saran