Latar Belakang Convergence of Food Prices between Regions in Indonesia

Ketahanan pangan bagi suatu negara merupakan hal yang sangat penting, terutama bagi negara yang mempunyai penduduk sangat banyak seperti Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 220 juta jiwa pada tahun 2020 dan diproyeksikan 270 juta jiwa pada tahun 2025. Pengalaman sejarah pembangunan Indonesia menunjukkan bahwa masalah ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan stabilitas ekonomi khususnya inflasi, biaya produksi ekonomi agregat biaya hidup dan stabilitas politik nasional. Oleh karena itu, ketahanan pangan menjadi syarat mutlak bagi penyelenggaraan pembangunan nasional. Kecukupan pangan menentukan kualitas sumber sumber daya manusia dan ketahanan bangsa. Oleh karena itu untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, pangan harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup, merata, aman, bermutu, bergizi, beragam, dan dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat Suyastiri 2008. Nindyowati 2001 menyebutkan bahwa secara garis besar ada 4 aspek pokok ketahanan pangan, yaitu ketersediaan, aksesbilitas, keamanan, dan waktu. Keempat aspek ini saling terkait satu dengan yang lainnya sehingga membentuk sistem ketahanan pangan yang kokoh. Apabila terjadi ketimpangan dalam satu asspek maka akan menimbulkan rapuhnya sistem ketahahan pangan masyarakat. Tujuan pembangunan ketahanan pangan dirumuskan sebagai berikut : 1. membangun sistem ketahanan pangan wilayah yang tangguh melalui penciptaan iklim kondusif bagi berfungsinya subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi secara sinergis; 2. mengembangkan kerja sama kelembagaann untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga, kabupatenkota, provinsi, dan nasional; 3. meningkatkan kemampuan membangun sistem distribusi pangan untuk menunjang penyebaran dan tingkat harga pangan yang terjangkau oleh daya beli masyarakat; 4. meningkatkan kemampuan membangun ketersediaan dan cadangan pangan dalam jumlah, mutu, dan keragaman yang cukup di seluruh wilayah; dan 5. meningkatkan penganekaragaman pangan dan produk-produk pangan olahan sesuai potensi sumber daya lokal sehingga mendorong penurunan konsumsi beras per kapita. 6. meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan, serta bertumpu pada sumber daya kelembagaan dan budaya lokal; 7. meningkatkan kewaspadaan pangan masyarakat agar dapat mengenali dan mengantisipasi secara dini masalah kerawanan pangan di wilayahnya. Strategi yang diterapkan dalam rangka keberhasilan pembangunan ketahahan pangan adalah sebagai berikut : 1. pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat; 2. pengembangan sistem dan usaha agribisnis; 3. mewujudkan kebersamaan antara masyarakat sebagai pelaku dan pemerintah sebagai fasilitator; 4. menumbuhkan ketahahan pangan pada tingkat rumah tangga, mengelola produksi pangan dengan baik dalam memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, dan mampu menyalurkan kelebihan produksi pangan untuk memperoleh harga yang wajar. Di pihak lain, kesadaran masyarakat akan pentingnya penganekaragaman pangan dengan mutu pangan yang dikonsumsi harus semakin meningkat dalam mewujudkan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga; dan 5. pemantapan koordinasi dan sinkronisasi pihak-pihak terkait dalam perencanaan, kebijakan, pembinaan dan pengendalian. Ada 2 cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan ketahanan pangan, antara lain : 1. meningkatkan daya beli masyarakat miskin dengan menaikkan tingkat produksi pangan secara keseluruhan. Peningkatan supply pangan dan daya beli masyarakat merupakan hal secara keseluruhan. Peningkatan supply pangan dan daya beli masyarakat merupakan hal yang tidka mudah karena terkait dengan kebijakan yang akan dilakukan oleh suatu negara; 2. pendistribusian kembali supply pangan dari daerah surplus ke daerah defisit pangan dengan menggunakan mekanisme yang dapat meningkatkan daya beli massyarakat, khususnya masyarakat miskin yang kekurangan pangan, selain menaikkan insentif untuk meningkatkan produksi pangan dalam jangka panjang; Timmer 2008 menekankan bahwa pencapaian dan keberhasilan memelihara ketahanan pangan, baik ditingkat rumah tangga maupun tingkat nasional, akan menghasilkan penurunan kemiskinan dan juga kelaparan. Pemerintah yang berhasil menurut Timmer adalah pemerintah yang mampu mendukung ketahanan pangan untuk warga negaranya. Penurunaan kemiskinan itu sendiri akan berhasil hanya jika ada kesanggupan politis dasar untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan juga merata distribusinya. Percepatan pertumbuhan ekonomi membutuhkan kondisi yang kondusif seperti kestabilan makroekonomi, termasuk harga bahan pangan yang relatif stabil, kebijakan perdagangan terbuka untuk barang dan jasa, ekonomi pasar yang kompetitif.

2.1.3 Tata Niaga Pertanian

Istilah tata niaga diartikan sama dengan pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Niaga berarti dagang, sehingga tataniaga berarti segala sesuatu yang menyangkut “aturan permainan” dalam hal perdagangan barang-barang. Perdagangan biasanya dijalankan melalui pasar maka tataniaga disebut juga pemasaran. Sistem pemasaran hasil pertanian adalah suatu sistem yang kompleks dalam berbagai subsistem yang berinteraksi satu sama lain dan dengan berbagai lingkungan pemasaran. Lima subsistem sistem pemasaran yaitu sektor produksi, saluran pemasaran, sektor konsumsi, aliran flow dan fungsional berinteraksi satu sama lain dalam subsistem keenam, yaitu lingkungan. Pemasaran hasil pertanian dihadapkan pada permasalahan spesifik, antara lain berkaitan dengan karakteristik hasil pertanian, jumlah produsen, karakteristik konsumen, perbedaan tempat dan efisiensi pemasaran. Fungsi dan peranan tataniaga, yaitu mengusahakan agar pembeli memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan harga yang tepat. Fungsi utama dari tataniaga adalah penganggkutan, penyimpanan, pengolahan dan pembiayaan.