Konvergensi Harga Pangan Antar Wilayah dan Antar Waktu di

58 Dengan tingkat konsumsi yang mencapai 2.8 juta ton per tahun, maka dibutuhkan sekitar 3.8 juta ton CPO sebagai bahan bakunya. Jumlah tersebut pada dasarnya masih dapat dipenuhi dari produksi CPO domestik yang saat ini telah mencapai lebih dari 10 juta ton per tahun atau terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Dengan porsi hanya sekitar 30 persen dari produksi CPO, pengadaan bahan baku minyak goreng sawit dalam negeri pada dasarnya tidak menemui kendala yang berarti seiring dengan peningkatan luas areal tanaman kelapa sawit yang tersebar di 18 propinsi,

4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Pangan antar Wilayah dan

antar Waktu di Indonesia 4.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Pangan Pokok Di antara kebutuhan pokok, beras, gula pasir dan minyak goreng merupakan komoditas yang posisinya sangat strategis dan karena itu pemerintah selalu berusaha agar harga kedua komoditas tersebut relatif stabil. Pengertian stabil tidaklah bersifat statis, tetapi dinamis yakni suatu kondisi dimana variabilitas harga antar waktu dan antar wilayah berada pada kisaran yang masih memungkinkan bagi stakeholder produsen dan konsumen untuk melakukan penyesuaian dalam jangka pendek. Bagi konsumen, determinan dari kemampuan untuk melakukan penyesuaian adalah daya beli; sedangkan bagi produsen determinannya adalah tingkat penerimaan yang cukup untuk menutup semua biaya variabel. Estimasi harga pangan pokok melalui variabel harga beras, dimana faktor-faktor yang mempengaruhi harga beras dilakukan dengan menggunakan variabel independen jumlah produksi, Produk Domestik Regional Bruto PDRB, jumlah penduduk dan panjang jalan. Model panel data dinamis yang terpilih untuk analisis perubahan harga beras adalah FD-GMM Arellano and Bond dengan p-value 0.0000. R-square sebesar 0.8881 artinya variasi variabel independen dapat menjelaskan 88.81 persen variasi harga beras, sedangkan 11.19 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ada dalam model Tabel 8. Harga beras antar wilayah dan antar waktu di Indonesia di pengaruhi oleh jumlah produksi dan panjang jalan secara negatif serta PDRB dan jumlah 59 penduduk secara positif. Peningkatan jumlah produksi dan panjang jalan akan menurunkan harga beras tahun sedangkan meningkatnya PDRB dan jumlah penduduk akan meningkatkan harga beras. Jumlah produksi mempengaruhi harga beras sebesar 0.27 persen. Jika Jumlah produksi naik 1 persen, maka harga beras akan turun sebesar 0.27 persen. Hal senada terjadi pada panjang jalan yang mempengaruhi harga beras sebesar 0.17 persen secara negatif. Artinya jika panjang jalan bertambah 1 persen maka harga beras akan turun sebesar 0.17 persen. Arah berbeda yang terjadi pada variabel PDRB dan jumlah penduduk dimana harga beras juga dipengaruhi oleh PDRB dan jumlah penduduk sebesar 0.20 persen dan 7.11 persen. Jika tingkat PDRB naik 1 persen akan menyebabkan kenaikan harga beras sebesar 0,20 persen. Jika jumlah penduduk naik 1 persen akan menyebabkan kenaikan harga beras cukup tinggi sebesar 7.11 persen. Tingginya kenaikan harga akibat kenaikan jumlah penduduk menandakan masih tingginya ketergantungan masyarakata pada komoditi beras meskipun jenis pasar untuk komoditi beras masih bersifat oligopoli. Hasil estimasi ini berbeda studi yang dilakukan oleh Syafa’at 2007, bahwa harga beras dipengaruhi oleh tiga variabel penjelas yakni harga pembelian pemerintah HPP, stok beras Bulog dan harga beras di pasar internasional. Estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi harga pangan pokok melalui variabel harga minyak goreng dilakukan dengan menggunakan variabel independen jumlah produksi, Produk Domestik Regional Bruto PDRB, jumlah penduduk dan panjang jalan. Model panel data dinamis yang terpilih untuk analisis perubahan harga minyak goreng adalah FD-GMM Arellano and Bond dengan p-value 0,0000. R-square sebesar 0,7221 artinya variasi variabel independen dapat menjelaskan 72.21 persen variasi harga minyak goreng, sedangkan 27.79 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ada dalam model Tabel 8. Harga minyak goreng antar wilayah di Indonesia di pengaruhi oleh PDRB dan jumlah penduduk secara positif. Sedangkan jumlah produksi dan panjang jalan mempengaruhi harga minyak goreng secara negatif. Peningkatan PDRB dan jumlah penduduk dapat meningkatkan harga minyak goreng sebesar 60 0.42 persen dan 8.42 persen. Jika PDRB naik 1 persen, maka harga minyak goreng akan naik sebesar 0.42 persen dan Jika jumlah penduduk naik 1 persen, maka harga minyak goreng akan naik sebesar 8.42 persen. Tingginya permintaan akibat kenaikan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya harga minyak goreng. Selain karena jumlah penduduk, tingginya harga minyak goreng juga dipicu oleh bentuk pasar dari komoditi minyak goreng yang bersifat olgopoli. Peningkatan jumlah produksi dan panjang jalan dapat menurunkan harga minyak goreng sebesar 0.01 persen dan 0.07 persen. Jika jumlah produksi naik 1 persen, maka harga minyak goreng akan turun sebesar 0.01 persen. Jika panjang jalan bertambah 1 persen, maka harga minyak goreng akan turun sebesar 0.07 persen. Tabel 8 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Pangan Pokok dengan Model Panel Data Statis Periode Veriable Coefficients Standard Error Prob Beras Prod -0.2720 0.0350 0.0000 PDRB 0.2027 0.0350 0.0000 Pendk 7.1128 0.0764 0.0000 Jalan -0.1717 0.0238 0.0000 R-squared 0.8881 Ajusted R-squared 0.8853 F-Statistic 320.68 Prop 0.0000 Minyak Goreng Prod -0.0111 0.0016 0.0000 PDRB 0.4249 0.0907 0.0000 Pendk 8.4225 0.4248 0.0000 Jalan -0.0709 0.0203 0.0000 R-squared 0.7221 Ajusted R-squared 0.7252 F-Statistic 104.99 Prop 0.0000 Gula Pasir Prod -0.1096 0.0308 0.0000 PDRB 0.2259 0.0483 0.0000 Pendk 8.8930 0.2134 0.0000 Jalan -0.0178 0.0342 0.6010 R-squared 0.7580 Ajusted R-squared 0.7520 F-Statistic 126.52 Prop 0.0000 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Prastowo et al 2008, bahwa harga minyak goreng dipengaruhi oleh harga minyak goreng tahun sebelumnya dan harga CPO dunia, jumlah produksi dan dummy BULOG yang bernilai negatif dan signifikan. Hal ini menandakan pada saat BULOG berperan aktif dalam pengaturan stok dan distribusi minyak goreng hingga tahun 1998, 61 harga eceran minyak goreng cenderung lebih rendah dan stabil dibandingkan setelah 1998. Estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pangan pokok melalui variabel harga gula pasir dilakukan dengan menggunakan variabel independen jumlah produksi, Produk Domestik Regional Bruto PDRB, jumlah penduduk dan panjang jalan. Model panel data dinamis yang terpilih untuk analisis perubahan harga gula pasir adalah FD-GMM Arellano and Bond dengan p-value 0.0000. R-square sebesar 0.7580 artinya variasi variabel independen dapat menjelaskan 75.80 persen variasi harga gula pasir, sedangkan 24.20 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ada dalam model Tabel 8. Harga gula pasir antar wilayah di Indonesia di pengaruhi oleh PDRB dan jumlah penduduk secara positif serta jumlah produksi secara negatif. Peningkatan PDRB dan jumlah penduduk dapat meningkatkan harga gula pasir. Tetapi sebaliknya peningkatan jumlah produksi gula akan menyebabkan harga gula pasir mengalami penurunan. PDRB mempengaruhi harga gula pasir sebesar 0.22. Jika harga gula pasir tahun sebelumnya naik 1 persen, maka harga gula pasir akan naik sebesar 0.22 persen. Jumlah penduduk mempengaruhi harga gula pasir sebesar 8.89 persen. Tingginya pengaruh jumlah penduduk terhadap harga gula pasir karena pasar dari gula pasir itu sendiri yang bersifat oligopoli. Jika jumlah penduduk naik 1 persen maka harga gula pasir akan naik sebesar 8.89 persen. Jumlah produksi juga mempengaruhi harga gula pasir sebesar 0.10 persen. Jika jumlah produksi naik 1 persen maka harga gula pasir akan turun sebesar 0.10 persen. Harga gula di tingkat konsumen juga sangat dipengaruhi oleh harga gula di pasar internasional, dummy BULOG dan dummy untuk penerapan pembatasan impor gula sejak September 2002. Hal ini diduga karena tren produksi dalam negeri semakin menurun, terutama setelah krisis seiring dengan menurunnya kinerja dan jumlah pabrik gula yang beroperasi. Sementara itu, tren kebutuhan gula meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Jumlah produksi tidak berpengaruh, karena pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri pada akhirnya lebih banyak mengandalkan pada gula impor Prastowo et al 2008. 62

4.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Tanaman Pangan dan Holtikultura

Tanaman pangan dan holtikultura seperti kacang kedelai, bawang merah dan cabe merah merupakan tanaman yang banyak di konsumsikan oleh masyarakat Indonesia sehingga perubahan harga pada komoditi tanaman pangan dan holtikultura ini akan menyebabkan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan terganggu sehingga dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk menstabilkan harga komoditi tersebut. Estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanaman pangan dan holtikultura melalui komoditi kacang kedelai dilakukan dengan menggunakan variabel independen jumlah produksi, Produk Domestik Regional Bruto PDRB, jumlah penduduk dan panjang jalan. Model panel data dinamis yang terpilih untuk analisis perubahan harga kacang kedelai adalah FD-GMM Arellano and Bond dengan p-value 0,0000. R-square sebesar 0.7444 artinya variasi variabel independen dapat menjelaskan 74.44 persen variasi harga kacang kedelai, sedangkan 25.56 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ada dalam model Tabel 9. Harga kacang kedelai antar wilayah di Indonesia hanya di pengaruhi oleh PDRB dan jumlah penduduk secara positif. Sedangkan jumlah produksi dan panjang jalan mempengaruhi harga minyak goreng secara negatif. Peningkatan PDRB dan jumlah penduduk dapat meningkatkan harga minyak goreng sebesar 1.49 persen dan 3.39 persen. Jika PDRB naik 1 persen, maka harga minyak goreng akan naik sebesar 1.49 persen dan Jika jumlah penduduk naik 1 persen, maka harga minyak goreng akan naik sebesar 3.39 persen. Kurangnya pengaruh jumlah penduduk terhadap kenaikan harga kacang kedelai karena kacang kedelai lebih dipengaruhi oleh bentuk pasar yang bersifat oligopoli dimana mereka yang menentukan harga jual di pasar sehingga menyebabkan rendahnya pengaruh konsumen dalam menentukan harga jual kacang kedelai. Peningkatan jumlah produksi dan panjang jalan dapat menurunkan harga minyak goreng sebesar 0.10 persen dan 0.23 persen. Jika jumlah produksi naik 1 persen, maka harga minyak goreng akan turun sebesar 0.10 persen. Jika panjang 63 jalan bertambah 1 persen, maka harga minyak goreng akan turun sebesar 0.23 persen. Tabel 9 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Tanaman Pangan dan Holtikultura antar Wilayah di Indonesia dengan Model Panel Data Statis Periode Veriable Coefficients Standard Error Prob Kacang Kedelai Prod -0.1037 0.0213 0.0000 PDRB 1.4995 0.1305 0.0000 Pendk 3.3891 0.5077 0.0000 Jalan -0.2274 0.0703 0.0010 R-squared 0.7444 Ajusted R-squared 0.7381 F-Statistic 117.68 Prop 0.0000 Bawang Merah Prod -0.0007 0.0063 0.0000 PDRB 0.6476 0.0610 0.9030 Pendk 12.3278 0.3338 0.0000 Jalan -0.1291 0.0292 0.0000 R-squared 0.6878 Ajusted R-squared 0.6801 F-Statistic 89.0000 Prop 0.0000 Cabe Merah Prod -0.0652 0.0055 0.0000 PDRB 0.0452 0.0675 0.0000 Pendk 12.4432 0.5327 0.0000 Jalan -0.1712 0.0596 0.0040 R-squared 0.3747 Ajusted R-squared 0.3592 F-Statistic 24.20 Prop 0.0000 Estimasi faktor-faktor tanaman pangan dan holtikultura melalui komoditi bawang merah dilakukan dengan menggunakan variabel independen jumlah produksi, Produk Domestik Regional Bruto PDRB, jumlah penduduk dan panjang jalan. Model panel data dinamis yang terpilih untuk analisis perubahan harga bawang merah adalah FD-GMM Arellano and Bond dengan p-value 0.0000. R-square sebesar 0.6878 artinya variasi variabel independen dapat menjelaskan 68.01 persen variasi harga bawang merah, sedangkan 31.99 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ada dalam model Tabel 9. Harga bawang merah antar wilayah di Indonesia di pengaruhi oleh PDRB dan jumlah penduduk secara positif serta panjang jalan secara negatif. Peningkatan PDRB dan jumlah penduduk akan mempengaruhi harga bawang 64 merah sebaliknya peningkatan panjang jalan akan mengurangi harga bawang merah. PDRB mempengaruhi harga bawang merah sebesar 0.65 persen. Jika PDRB naik 1 persen, maka harga bawang merah akan naik sebesar 0.65 persen. Jumlah penduduk mempengaruhi harga bawang merah sebesar 12.33 persen. Jika Jumlah penduduk naik 1 persen, maka harga bawang merah akan naik sebesar 12.33 persen. Selanjutnya panjang jalan juga mempengaruhi harga bawang merah dimana jika panjang jalan naik 1 persen akan menyebabkan penurunan harga bawang merah sebesar 0.13 persen. Tingginya pengaruh jumlah penduduk terhadap harga jual karena adanya indikasi dari jenis pasar bawang merah itu sendiri yang bersifat oligopoli dan sifat dari komoditi bawang yang mudah rusak sehingga menyebabkan harga bawang merah selalu berfluktuasi. Estimasi harga tanaman pangan dan holtikultura melalui komoditi cabe merah dimana faktor-faktor yang mempengaruhi harga cabe merah dilakukan dengan menggunakan variabel independen jumlah produksi, Produk Domestik Regional Bruto PDRB, jumlah penduduk dan panjang jalan. Model panel data dinamis yang terpilih untuk analisis perubahan harga bawang merah adalah FD- GMM Arellano and Bond dengan p-value 0.0000. R-square sebesar 0.3747 artinya variasi variabel independen dapat menjelaskan 37.47 persen variasi harga cabe merah, sedangkan 62.53 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ada dalam model Tabel 9. Harga cabe merah antar wilayah di Indonesia di pengaruhi oleh PDRB dan jumlah penduduk secara positif serta jumlah produksi dan panjang jalan secara negatif pada taraf signifikansi 1 persen. Peningkatan PDRB dan jumlah penduduk dapat meningkatkan harga cabe merah. Sebaliknya peningkatan jumlah produksi dan panjang jalan dapat menurunkan harga cabe merah. PDRB mempengaruhi harga cabe merah sebesar 0.45 persen. Jika PDRB naik 1 persen, maka harga cabe merah akan naik sebesar 0.45 persen. Selanjutnya jumlah penduduk juga mempengaruhi harga cabe merah dimana jika jumlah penduduk bertambah 1 persen akan menyebabkan kenaikan harga cabe merah sebesar 12.44 persen. Jumlah produksi dan panjang jalan mempengaruhi harga cabe merah sebesar 0.06 persen dan 0.17 persen. Jika jumlah produksi bertambah 65 1 jiwa maka akan menurunkan harga cabe sebesar 0.06 persen dan jika panjang jalan bertambah 1 persen akan menyebabkan penurunan harga cabe merah sebesar 0.17 persen. Tingginya harga cabe merah akibat penambahan jumlah penduduk menunjukkan tingginya tingkat konsumsi terhadap cabe merah sementara produksi cabe merah masih bersifat musiman dan cepat rusak di tambah lagi jenis pasar dari komoditi cabe merah bersifat oligopoli sehingga menyebabkan harga cabe merah terus berfluktuasi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Prastowo et al 2008 bahwa yang mempengaruhi harga cabe merah adalah harga sebelumnya, harga BBM dan variabel dummy gangguan distribusi yang disebabkan oleh faktor cuaca dan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

4.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Produk Peternakan

Salah satu sub sektor yang berperan penting dalam rangka mensukseskan ketahanan pangan adalah bidang peternakan. Dalam perekonomian Indonesia, kontribusi sub sektor ini dalam pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia lebih dari 12 persen per tahunnya. Sementara Dari aspek penyerapan tenaga kerja, kontribusi sub sektor peternakan terus mengalami peningkatan, dari sekitar 6 persen pada tahun 2005 menjadi sekitar 11 persen pada tahun 2008. Produk peternakan yang dimaksud adalah daging ayam, telur ayam dan daging sapi. Estimasi produk peternakan melalui komoditi daging ayam, dimana faktor-faktor yang mempengaruhi harga daging ayam dilakukan dengan menggunakan variabel independen harga daging ayam tahun sebelumnya, jumlah produksi, Produk Domestik Regional Bruto PDRB, tingkat kemiskinan, jumlah penduduk dan panjang jalan. Model panel data dinamis yang terpilih untuk analisis perubahan harga bawang merah adalah FD-GMM Arellano and Bond dengan p-value 0.0000. R-square sebesar 0.7715 artinya variasi variabel independen dapat menjelaskan 77.15 persen variasi harga daging ayam, sedangkan 22.85 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ada dalam model Tabel 10. 66 Harga daging ayam antar wilayah di Indonesia di pengaruhi oleh jumlah penduduk dan PDRB secara positif serta jumlah produksi secara negatif. Peningkatan jumlah penduduk dan PDRB dapat meningkatkan harga daging ayam sebaliknya peningkatan jumlah produksi akan menurunkan harga daging ayam Jumlah penduduk mempengaruhi harga daging ayam sebesar 3.90 persen. Jika jumlah penduduk naik 1 persen, maka harga daging ayam akan naik sebesar 3.90 persen. PDRB juga menjadi penentu juga dalam perubahan harga daging ayam tahun. Jika PDRB naik 1 persen akan menyebabkan kenaikan harga beras sebesar 0.69 persen. Sebaliknya jika jumlah produksi naik 1 persen maka harga daging ayam akan turun sebesar 0.05 persen. Masih rendahnya ketergantungan masyarakat terhadap daging ayam karena harga daging ayam yang cukup mahal akibat dari jenis pasar dari komoditi daging ayam ini bersifat oligopoli. Tabel 10 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Produk Peternakan antar Wilayah di Indonesia dengan Model Panel Data Statis Periode Veriable Coefficients Standard Error Prob Daging Ayam Prod -0.0501 0.0042 0.0000 PDRB 0.6951 0.0395 0.0000 Pendk 3.9033 0.1659 0.0000 Jalan -0.0059 0.0079 0.4530 R-squared 0.7715 Ajusted R-squared 0.7658 F-Statistic 136.39 Prop 0.0000 Telur Ayam Prod -0.0007 0.0023 0.0000 PDRB 0.6476 0.0657 0.0000 Pendk 12.3278 0.2324 0.0000 Jalan -0.1291 0.0111 0.0000 R-squared 0.8283 Ajusted R-squared 0.8138 F-Statistic 182.00 Prop 0.0000 Daging Sapi Prod -0.0427 0.0034 0.0000 PDRB 0.3856 0.0309 0.0000 Pendk 3.3630 0.1571 0.0000 Jalan -0.0090 0.0105 0.3940 R-squared 0.9226 Ajusted R-squared 0.9206 F-Statistic 481.27 Prop 0.0000 Estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi harga telur ayam ras dilakukan dengan menggunakan variabel independen jumlah produksi, Produk Domestik Regional Bruto PDRB, jumlah penduduk dan panjang jalan. Model panel data dinamis yang terpilih untuk analisis perubahan harga bawang merah 67 adalah FD-GMM Arellano and Bond dengan p-value 0.0000. R-square sebesar 0.8183 artinya variasi variabel independen dapat menjelaskan 81.83 persen variasi harga telur ayam, sedangkan 18.17 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ada dalam model Tabel 10. Harga telur ayam ras antar wilayah di Indonesia hanya di pengaruhi oleh PDRB dan jumlah penduduk secara positif sedangkan jumlah produksi dan panjang jalan dipengaruhi secara negatif. Peningkatan PDRB dan jumlah penduduk dapat meningkatkan harga telur ayam ras dan peningkatan jumlah produksi dan panjang jalan dapat menurunkan harga telur ayam. Harga telur ayam ras tahun sebelumnya mempengaruhi PDRB sebesar 0.71 persen. Jika PDRB naik 1 persen, maka harga telur ayam ras akan naik sebesar 0.71 persen. Jumlah penduduk mempengaruhi perubahan harga jual telur sebesar 12.32 persen. Jika jumlah penduduk bertambah 1 persen maka harga jual telur ayam akan naik sebesar 12.32 persen. Sedangkan jumlah produksi dan panjang jalan mempengaruhi harga telur ayam sebesar 0.0007 persen dan 0.13 persen. Jika jumlah produksi naik 1 persen maka harga telur akan turun sebesar 0.0007 persen. Dan jika panjang jalan naik 1 persen akan menyebabkan harga telur akan telur turun sebesar 0.13 persen. Estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi harga daging sapi dilakukan dengan menggunakan variabel independen jumlah produksi, Produk Domestik Regional Bruto PDRB, jumlah penduduk dan panjang jalan Model panel data dinamis yang terpilih untuk analisis perubahan harga bawang merah adalah FD- GMM Arellano and Bond dengan p-value 0.0000. R-square sebesar 0.9226 artinya variasi variabel independen dapat menjelaskan 92.26 persen variasi harga daging sapi, sedangkan 7.74 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ada dalam model Tabel 10. Harga daging sapi antar wilayah di Indonesia di pengaruhi PDRB dan jumlah penduduk secara positif serta jumlah produksi berpengaruh secara negatif. Peningkatan PDRB dan jumlah penduduk dapat meningkatkan harga beras. Sebaliknya peningkatan jumlah produksi akan menurunkan harga daging sapi. PDRB mempengaruhi harga daging sapi sebesar 0.38 persen. Jika PDRB naik 1 persen, maka harga daging sapi akan naik sebesar 0.38 persen. Jumlah