I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pada sebagian besar masyarakat perkotaan yang mempunyai banyak aktivitas serta waktu yang sedikit menyebabkan perubahan pola konsumsi produk minuman yang praktis menjadi suatu
keharusan, selain untuk kepraktisan juga untuk mendapatkan manfaat yang diberikan dari suatu produk pangan termasuk minuman. Saat ini, kecenderungan makanan dan minuman kesehatan
semakinberkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akanpentingnya pola hidup sehat. Perkembangan teknologi khususnya teknologi pangan membuat buah tidak hanya
dikonsumsi secara segar tetapi dapat juga dikonsumsi dalam bentuk sari buah. Produk-produk minuman sari buah dalam kemasan siap minum tersebut dapat diperoleh
dengan mudah di pasar terutama di pasar swalayan dengan berbagai pilihan. Survei Nielsen Retail Etablishment 2010 menyebutkan, jumlah pasar swalayan pada tahun 2010 terus bertambah
karena konsumen merasa lebih nyaman berbelanja di pasar modern tersebut. Survei yang mengambil sampel 300 ribu toko itu menyimpulkan bahwa promosi harga besar-besaran yang
dilakukan toko modern melalui media cetak dan elektronik memikat masyarakat untuk berbelanja.Survei Nielsen menunjukkan, jumlah minimarket tahun 2010 mencapai 16.922, tumbuh
42 dibanding pada tahun 2009 sebanyak 11.927 gerai. Pertumbuhan minimarket diikuti oleh pertumbuhan hipermarket yang jumlahnya pada tahun 2010 mencapai 154 toko, naik 23
dibanding pada tahun 2009. Sebaliknya, jumlah pasar tradisional pada 2010 sebanyak 2,4 juta, turun 1,5 dibanding tahun 2009. Selama tahun 2010, industri hipermarket non-makanan
menguasai pasar sebesar Rp 35 triliun atau 35 dan sisanya sebesar 65 merupakan belanja makanan. Proyeksi pertumbuhan ini pun membuat peritel moderen terus menambah gerai pada
setiap tahunnya Rubiyantoro 2011. Produk minuman sari buah kemasan siap minum sebagian besar memberikan klaim
manfaat kesehatan yang dapat menyamai buah aslinya bahkan dengan cara menonjolkan adanya penambahan kandungan vitamin. Masyarakat berpeluang untuk lebih menyukai produk tersebut
dibandingkan dengan buah segar. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab konsumsi sari buah kemasan siap minum terus meningkat.Pemilihan minuman sari buah kemasan siap minum terkait
dengan pengetahuan yang dimiliki konsumen. Menurut Sumarwan 2003, pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta
pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Adanya pengetahuan konsumen dapat
mempengaruhi keputusan pembelian sari buah kemasan Sumarwan 2003, salah satu pengetahuan konsumen adalah pengetahuan produk. Selain pengetahuan produk, pengetahuan gizi juga
mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan. Hal lain yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian adalah kebiasaan Sutisna 2002.
Pengetahuan konsumen mengenai produk pangan seperti sari buah utamanya bersumber dari label produk tersebut. Fungsi label pangan ini adalah sebagai sumber informasi dari produsen
ke konsumen, mengikat transaksi jadi apabila ada yang tidak sesuai dengan yang dicantumkan, produsennya dapat dituntut, serta sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan
pilihan. Label pangan adalah keterangan mengenai pangan yang berbentuk tulisan, gambar,
2 maupun kombinasi keduanya yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan,
dicetak atau merupakan bagian dari kemasan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999. Labelisasi dapat diartikan bahwa label yang terdapat pada kemasan harus mencantumkan isi atau
kandungan yang sebenarnya dari produk yang diperdagangkan. Pencantuman gambar buah pada label merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen,
sehingga tidak jarang konsumen memilih suatu produk berdasarkan disain gambar yang ada pada label. Pencantuman gambar buah tidak dapat dilakukan jika buah tersebut ditambahkan sebagai
perisa. Gambar buah hanya dapat dicantumkan oleh produk yang tergolong minuman buah jenis sari buah Anggraini dan Dewi 2008. Ada tiga macam minuman buah yang telah ditetapkan oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan 2006, yang dapat dibedakan dari total kandungan sari buahnya yaitu sari buah 100, minuman sari buah minimal 35, dan minuman rasa buah
minimal 10. Hingga saat ini, implementasi label pangan pada produk minuman sari buah kemasan siap minum masih belum efektif. Hampir semua jenis produk minuman sari buah yang
beredar mencantumkan gambar buah tanpa memberikan keterangan maupun informasi yang menjelaskan berapa persentase kandungan sari buah yang ada di dalamnya. Label yang ada lebih
ditujukan sebagai sarana promosi bahwa pengkonsumsian miuman sari buah kemasan siap minum akan memberikan manfaat kesehatan yang sama seperti buah aslinya.
Beberapa contoh penyimpangan terhadap PP Nomor 69 Tahun 1999 yang banyak ditemui pada label pangan yang ada di pasaran sekarang ini adalah penggunaan label tidak berbahasa
Indonesia dan tidak menggunakan huruf latin, terutama produk impor, label yang ditempel tidak menyatu dengan kemasan, tidak mencantumkan waktu kadaluarsa, tidak mencantumkan
keterangan komposisi dan berat bersih, tidak ada kode barang MD, ML atau P-IRT dan acuan kecukupan gizi yang tidak konsisten, tidak mencantumkan alamat produsenimportir bagi
produknya BPKN 2009. Untuk produk pangan, sebenarnya telah ada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999
tentang Label dan Iklan pangan yang mengatur persyaratan label yang berlaku di Indonesia. Secara umum, salah satu tujuan penting pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan adalah
menciptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana produsen minuman sari buah kemasan siap minum telah memenuhi syarat
label pangan untuk mengetahui efektivitas penerapan peraturan pemerintah tersebut serta untuk perbaikan di masa mendatang.
1.2. TUJUAN PENELITIAN