5 ukuran huruf yang cukup besar sehingga mudah untuk dibaca. Contoh pernyataan mengenai sari
buah adalah “90 sari buah” dan “90 sari buah apel” Anggraini dan Dewi 2008.
2.2. PELABELAN PANGAN
Label pada kemasan pangan mempunyai fungsi untuk menjamin kesehatan dan keselamatan konsumen serta menciptakan perdagangan pangan yang adil dan jujur Codex 1985.
Label pangan adalah keterangan mengenai pangan yang berbentuk tulisan, gambar, maupun kombinasi keduanya yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam , ditempelkan, dicetak
atau merupakan bagian dari kemasan PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Menurut Wijaya 1997, label adalah tulisan, tag, gambar,atau deskripsi lain yang tertulis, dicetak,
distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun sehingga memberi kesan melekat pada kemasan atau wadah . Selain itu label juga berfungsi untuk memberikan informasi tentang
identitas produk sehingga konsumen dapat mengetahui isi produk tanpa harus membuka kemasan terlebih dahulu, untuk menarik minat konsumen dan sebagai sarana promosi, serta sebagai sarana
komunikasi antara produsen dan konsumen. Label pangan merupakan bagian penting perdagangan pangan. Tanggung jawab mengenai
label pangan melibatkan beberapa pihak, antara lain konsumen, produsen, serta pemerintah sebagai badan pembuat peraturan yang mengatur tata cara pelabelan. Menurut Blanchfield 2000,
mayoritas konsumen tidak mempunyai tuntutan khusus pada label pangan, tetapi konsumen mengharapkan label pangan dapat menyediakan informasi yang menjadi bahan pertimbangan
konsumen dalam memilih produk. Produsen bertanggung jawab dalam menentukan desain dan isi label, dalam hal ini
produsen berupaya untuk membuat label yang dapat memberikan informasi kepada konsumen sekaligus sebagai media iklan sehingga produknya dapat bersaing dengan kompetitornya dan pada
akhirnya memenangkan kompetisi tersebut saat konsumen memutuskan untuk membeli produk tersebut. Di sisi lain, produsen tidak luput dari kewajiban dan tanggung jawabnya untuk memenuhi
peraturan pelabelan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal ini, pihak yang berwajib menentukan keterangan minimum label, serta keterangan lain yang boleh dan tidak boleh
dicantumkan pada label.Persyaratan label berhubungan dengan aspek produk dan bagaimana produk dapat memenuhi kepuasan konsumen. Syarat ini dapat dipenuhi dengan cara memberikan
informasi yang tepat dengan kebutuhan konsumen dan membuat label sedemikian rupa sehingga jelas dan mudah dibaca Blanchfield 2000.
Pangan yang aman serta bergizi merupakan kebutuhan utama konsumen. Oleh karena itu, informasi yang terdapat pada label pangan akan membantu konsumen dalam memilih pangan yang
sesuai dengan kebutuhannya serta mendukung gaya hidup dan filosofi yang dianutnya Blanchfield 2000. Informasi dasar yang merupakan kebutuhan utama konsumen adalah informasi yang
menyatakan deskripsi produk bahan yang terkandung dan jumlahnya, pengaruh produk pada kesehatan, metode produksi serta cara penyimpanan dan penyiapan.
Semakin lama kompetisi akan luas ruang label yang terbatas akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin kreatif dan inovatifnya kompetitor dalam merancang label, adanya
peraturan pelabelan yang terus diperbaharui, trend penjualan yang terus berubah, serta keinginan konsumen yang terus meningkat akan informasi yang bersifat wajib maupun sukarela. Selain itu,
meningkatnya perdagangan internasional mendorong produsen untuk menggunakan multi-lingual label.
6 Pelabelan pangan telah diatur tersendiri pada setiap negara. Di Indonesia peraturan
pelabelan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Dalam peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tersebut, ketentuan pelabelan
tercantum pada bab II yang terdiri dari 15 bagian dan 42 pasal 2-43. Definisi label pangan tercantum pada pasal 1 ayat 3, sedangkan pengawasan dan tindakan administratif masing-masing
tercantum pada bab III dan IV. Rincian bab II tentang Label Pangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rincian Bab II Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Pangan
Bagian Perihal Jumlah
pasal 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
Umum Bagian Utama Label
Tulisan pada Label Nama Produk Pangan
Keterangan tentang Bahan yang digunakan Keterangan tentang Berat Bersih atau Isi Bersih
Keterangan tentang Nama dan Alamat Tanggal Kadaluwarsa
Nomor Pendaftaran Pangan Keterangan tentang Kode Produksi Pangan
Keterangan tentang Kandungan Gizi Keterangan tentang Iradiasi Pangan dan Rekayasa Genetika
Keterangan tentang Bahan Pangan yang Dibuat dari Bahan Baku Alami
Keterangan Lain pada Label tentang Pangan Olahan Tertentu
Keterangan tentang Bahan Tambahan Pangan 10 pasal 2-11
3 pasal 12-14 2 pasal 15-16
2 pasal 17-18 4 pasal 19-22
3 pasal 23-25 1 pasal 26
3 pasal 27-29 1 pasal 26
1 pasal 31 2 pasal 32-33
2 pasal 34-35 2 pasal 36-37
5 pasal 38-42 1 pasal 43
Jumlah 42 Pasal
Beberapa contoh peraturan pelabelan yang berlaku di negara lain antara lain Food Labeling Guide FDA yang berlaku di Amerika Serikat, Labeling of Packaged Food yang berlaku di
Australia, serta Euro Council 200013EC yang berlaku di Uni Eropa dan merupakan revisi dari Euro Council 79112EC. Selain itu, terdapat pula peraturan pelabelan yang dikeluarkan oleh
Codex Allimentarius Commission Codex Stan 1-1985. Perbedaan keterangan minimum label pada beberapa contoh peraturan pelabelan yang berlaku sekarang ini dapat dilihat padaTabel 2.
Tabel 2. Perbedaan keterangan minimum pada beberapa peraturan pelabelan Gunanta 2007 Keterangan minimal label
PP No. 691999
CAC codex
stan 1- 1985
EC 200013
FDA ‘Food
Labeling guide’
Australia ‘Labeling of
Packaged Food’
Nama produk Berat bersih
Nama dan alamat produsen Daftar bahan
Tanggal kadaluwarsa Informasi gizi
Kode produksi Asal produk
Informasi allergen Cara penyimpanan
Petunjuk penggunaan √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
Jumlah 5 9
8 5
10
7 Tabel 2 menunjukkan bahwa setiap negara dari benua yang berbeda memiliki peraturan
pelabelan tersendiri dan berbeda satu sama lainnya. Australia merupakan negara yang memiliki pengaturan terbanyak mengenai keterangan minimum label. Peraturan pelabelan pangan di
Singapura ditetapkan pemerintah melalui Agri-Food and Veterinary Authority AVA. Peraturan tersebut tercantum dalam A Guide To Food Labeling and Advertisement yang dikeluarkan AVA
pada tahun 2011. Peraturan tersebut terbagi menjadi empat unsur utama yaitu persyaratan umum label, persyaratan tambahan label, klaim yang dilarang, dan klaim kandungan kesehatan AVA
2011. Persyaratan umum yang diatur yaitu keterangan mengenai nama produk pangan, bahan baku, pernyataan mengenai bahaya kesehatan yang dapat diakibatkan, pernyataan berat bersih,
nama dan alamat produsen, dan asal negara produsen. Seluruh keterangan yang dicetak pada label harus menggunakan bahasa Inggris.
Sementara itu, peraturan pelabelan pangan di Malaysia ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesihatan Malaysia. Peraturan tersebut terdapat dalam Peraturan-peraturan Makanan
1985 pada bahagian IV mengenai Garis Panduan Am Pelabelan Makanan. Peraturan pelabelan pangan di Malaysia tidak seperti peraturan negara lain pada umumnya. Pemerintah mewajibkan
produsen memenuhi semua unsur yang ditetapkan yaitu sebanyak 20 unsur. Peraturan tersebut dengan jelas mengatur semua unsur dengan memberikan contoh-contoh pencantuman yang benar
meskipun ditetapkan pada tahun 1985. Hal ini sangat berbeda dari PP Nomor 69 Tahun 1999 yang ada di Indonesia. Bahasa yang diperbolehkan dalam pencantuman label pangan di Malaysia adalah
bahasa Inggris dan bahasa Malaysia Melayu.
Pelanggaran pelabelan pangan di Singapura akan mendapat hukuman berupa denda sebesar lima ribu hingga sepuluh ribu dollar Singapura dan atau kurungan penjara selama tiga bulan.
Hukuman yang diberikan bagi pelanggaran pelabelan di Malaysia adalah denda dan atau penjara selama tiga tahun. Pelanggaran pelabelan pangan di Indonesia sendiri, akan dikenakan tindakan
administratif. Tindakan administratif yang akan dikenakan tercantum dalam pasal 61 PP Nomor 69 Tahun 1999. Tindakan tersebut berupa peringatan secara tertulis, larangan peredaran produk untuk
sementara waktu maupun penarikan produk, pemusnahan pangan jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia, penghentian produksi, pengenaan denda paling tinggi lima puluh
juta rupiah, dan pencabutan izin produksi atau usaha.
8
III.METODE PENELITIAN