2 maupun kombinasi keduanya yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan,
dicetak atau merupakan bagian dari kemasan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999. Labelisasi dapat diartikan bahwa label yang terdapat pada kemasan harus mencantumkan isi atau
kandungan yang sebenarnya dari produk yang diperdagangkan. Pencantuman gambar buah pada label merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen,
sehingga tidak jarang konsumen memilih suatu produk berdasarkan disain gambar yang ada pada label. Pencantuman gambar buah tidak dapat dilakukan jika buah tersebut ditambahkan sebagai
perisa. Gambar buah hanya dapat dicantumkan oleh produk yang tergolong minuman buah jenis sari buah Anggraini dan Dewi 2008. Ada tiga macam minuman buah yang telah ditetapkan oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan 2006, yang dapat dibedakan dari total kandungan sari buahnya yaitu sari buah 100, minuman sari buah minimal 35, dan minuman rasa buah
minimal 10. Hingga saat ini, implementasi label pangan pada produk minuman sari buah kemasan siap minum masih belum efektif. Hampir semua jenis produk minuman sari buah yang
beredar mencantumkan gambar buah tanpa memberikan keterangan maupun informasi yang menjelaskan berapa persentase kandungan sari buah yang ada di dalamnya. Label yang ada lebih
ditujukan sebagai sarana promosi bahwa pengkonsumsian miuman sari buah kemasan siap minum akan memberikan manfaat kesehatan yang sama seperti buah aslinya.
Beberapa contoh penyimpangan terhadap PP Nomor 69 Tahun 1999 yang banyak ditemui pada label pangan yang ada di pasaran sekarang ini adalah penggunaan label tidak berbahasa
Indonesia dan tidak menggunakan huruf latin, terutama produk impor, label yang ditempel tidak menyatu dengan kemasan, tidak mencantumkan waktu kadaluarsa, tidak mencantumkan
keterangan komposisi dan berat bersih, tidak ada kode barang MD, ML atau P-IRT dan acuan kecukupan gizi yang tidak konsisten, tidak mencantumkan alamat produsenimportir bagi
produknya BPKN 2009. Untuk produk pangan, sebenarnya telah ada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999
tentang Label dan Iklan pangan yang mengatur persyaratan label yang berlaku di Indonesia. Secara umum, salah satu tujuan penting pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan adalah
menciptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana produsen minuman sari buah kemasan siap minum telah memenuhi syarat
label pangan untuk mengetahui efektivitas penerapan peraturan pemerintah tersebut serta untuk perbaikan di masa mendatang.
1.2. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan syarat label minuman sari buah kemasan siap minum yang beredar di pasar swaalayan kota Bogor berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
1.3. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk: 1.
Mengetahui tingkat pemenuhan syarat setiap unsur label dari produsen minuman sari buah kemasan siap minum.
2. Mengetahui dan meningkatkan efektivitas penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 69
Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan untuk para produsen dan pedagang minuman sari buah kemasan siap minum.
3 3.
Mengetahui tingkat kesadaran masyarakat terhadap label pangan terutama label minuman sari buah kemasan siap minum.
4. Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap label
pangan. 5.
Memberikan masukan untuk perbaikan revisi dari peraturan pelabelan pangan, baik dalam penerapan maupun sosialisasinya kepada produsen dan konsumen.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. SARI BUAH
Pengertian produk minuman sari buah fruit juice menurut SNI 01-3719-1995 adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula
dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Definisi sari buah menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK. No. HK.00.05.52.4040 Tahun 2006 tentang
Kategori Pangan mengatur definisi dan karakteristik dasar sari buah, terkait ketentuan bahan baku, proses pengolahan dan produk jadi, adalah cairan yang diperoleh dari bagian buah yang dapat
dimakan yang dicuci, dihancurkan, dijernihkan jika dibutuhkan, dengan atau tanpa pasteurisasi dan dikemas untuk dapat dikonsumsi langsung. Sari buah dapat berisi hancuran buah serta
berpenampakan keruh atau jernih. Produk sari buah dapat dibuat dari satu atau campuran berbagai jenis buah. Pada sari buah hanya dapat ditambahkan konsentrat jika berasal dari jenis buah yang
sama. Sari buah merupakan hasil pengepresan atau ekstraksi buah yang sudah disaring.
Pembuatan sari buah terutama ditujukan untuk meningkatkan ketahanan simpan serta daya guna buah-buahan. Pembuatan sari buah dari tiap-tiap jenis buah meskipun ada sedikit perbedaan, tetapi
prinsipnya sama Kemenristek RI 2010. Sari buah dibuat dengan cara menghancurkan daging buah dan kemudian ditekan agar diperoleh sarinya. Gula ditambahkan untuk mendapatkan rasa
manis. Pengawet dapat ditambahkan untuk memperpanjang daya simpan. Selanjutnya cairan disaring, dibotolkan, kemudian di pasteurisasi agar tahan lama. Pemurnian sari buah bertujuan
untuk menghilangkan sisa serat-serat dari buah dengan cara penyaringan, pengendapan atau sentrifugasi dengan kecepatan tinggi yang dapat memisahkan sari buahdari serat-serat berdasarkan
perbedaan kerapatannya. Sari buah yang tidak dimurnikan akan berakibat terjadinya pengendapan di dasar botol. Hal tersebut tidak diinginkan karena akan menurunkan penerimaan konsumen
Muchtadi 1977. Ada tiga macam minuman buah yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan 2006, yang dapat dibedakan dari kandungan buahnya: a sari buah, yaitu cairan yang diperoleh dari buah, baik buah tunggal atau campuran dari beberapa buah. Total kandungan sari
buahnya 100 persen yang diperoleh dari proses pengempaan, penghancuran, atau penggilingan buah, b minuman sari buah, adalah sari buah yang telah diencerkan dengan air. Kandungan total
sari buahnya minimal harus berjumlah 35 persen dengan atau tanpa penambahan gula, c minuman rasa buah yaitu sari buah yang telah diencerkan dengan air namun dengan total kandungan sari
buah minimal 10 persen. Di dalam minuman ini umumnya ditambahkan bahan-bahan lain bisa diketahui dari label kemasannya.
Pencantuman persentase kandungan sari buah adalah untuk memberikan kesan kepada konsumen bahwa produk tersebut mengandung sari buah. Sari buah dapat digunakan sebagai salah
satu ingridien atau sebagai perisa pada produk minuman. Produk yang mengandung sari buah sebagai ingredien dapat mencantumkan persentase sari buah pada label. Jika sari buah
ditambahkan pada produk sebagai perisa, maka tidak perlu mencantumkan persentase sari buah pada labelnya. Pencantuman persentase sari buah dimaksudkan sebagai informasi kepada
konsumen perihal kadar sari buah pada masing-masing produk. Persentase sari buah pada label sebaiknya dicantumkan pada bagian yang mudah dilihat, dengan jenis cetakan yang menyolok dan
5 ukuran huruf yang cukup besar sehingga mudah untuk dibaca. Contoh pernyataan mengenai sari
buah adalah “90 sari buah” dan “90 sari buah apel” Anggraini dan Dewi 2008.
2.2. PELABELAN PANGAN