104
4. Preferensi Ekologi Jenis di Setiap Aliansi Vegetasi Gunung Endut
Preferensi jenis-jenis pohon dominan terhadap berbagai faktor abiotik tanah dan topografi di seluruh aliansi vegetasi Gunung Endut disajikan pada Tabel 45
sampai dengan Tabel 52. Tabel 45. Preferensi Jenis-Jenis Pohon Dominan terhadap berbagai faktor
abiotiktanah Aliansi 1
No. Jenis
Faktor Tanah Spearman
1 Castanopsis acuminatissima
KB - 0,375
2 Garcinia rostrata
KB Mg
K Na
- 0,416 - 0,306
- 0,401 - 0,400
3 Eurya acuminata
Al Debu
Liat - 0,307
0,458 - 0,362
4 Cyathea contaminans
Na 0,308
5 Gironniera subaequalis
Debu Liat
- 0, 389 0,336
6 Paraserianthes falcataria
Ca Mg
0,356 0,350
7 Coffea canephora var. robusta
Mg 0,319
8 Euodia latifolia
Ca Mg
KB 0,382
0,369 0,397
9 Lasianthus laevigatum
N KTK
Corg 0,312
0,338 0,338
Tabel 46. Preferensi Jenis-Jenis Pohon Dominan terhadap berbagai faktor abiotiktopografi Aliansi 1
No. Jenis
Topografi Spearman
1 Eurya acuminata
Ketinggian rata-rata 0,356 2
Castanopsis argentea Ketinggian rata-rata 0,341
3 Altingia excelsa
Agak curam - 0,333
4 Quercus lineata
Sangat curam 0,312
5 Gironniera subaequalis
Datar 0,363
6 Aidia racemosa
Ketinggian rata-rata 0,319 7
Paraserianthes falcataria Datar
0,363
105
Tabel 47. Preferensi Jenis-Jenis Pohon Dominan terhadap berbagai faktor abiotiktanah Aliansi 2
No. Jenis
Faktor Tanah Spearman
1 Castanopsis acuminatissima
P 0,626
2 Schima wallichii
Corg 0,626
3 Garcinia rostrata
P Corg
Pasir 0,775
0,645 - 0,645
4 Dendrocnide stimulans
Ca Mg
Al KTK
KB Pasir
0,644 0,644
- 0,705 0,853
0,611 0,705
5 Quercus lineata
P K
Na - 0,790
0,661 0,610
6 Coffea canephora var. robusta
Liat 0,752
Tabel 48. Preferensi Jenis-Jenis Pohon Dominan terhadap berbagai faktor abiotiktopografi Aliansi 2
No. Jenis
Topografi Spearman
1 Schima wallichii
Landai 0,673
2 Eurya acuminata
Sangat curam - 0,657
3 Quercus lineata
Datar - 0,703
4 Lepisanthes tetraphylla
Sangat curam - 0,813
5 Euodia latifolia
Agak curam Sangat curam
- 0,777 0,740
Tabel 49 .
Preferensi Jenis-Jenis Pohon Dominan terhadap berbagai faktor abiotiktanah Aliansi 3
No. Jenis
Faktor Tanah Spearman
1 Castanopsis acuminatissima
KTK H
pHrata-rata - 1,000
1,000 - 1,000
2 Schima wallichii
KTK H
pHrata-rata - 1,000
1,000 - 1,000
3 Garcinia rostrata
KTK H
pHrata-rata - 1,000
1,000 - 1,000
4 Altingia excelsa
N P
Na Corg
Debu - 1,000
- 1,000 1,000
- 1,000 1,000
106
5 Quercus lineata
Ca Mg
K Al
KB Pasir
Liat - 1,000
- 1,000 - 1,000
1,000 - 1,000
- 1,000 1,000
6 Euodia latifolia
N P
Na Corg
Debu - 1,000
- 1,000 1,000
- 1,000 1,000
Tabel 50. Preferensi Jenis-Jenis Pohon Dominan terhadap berbagai faktor abiotiktopografi Aliansi 3
No. Jenis
Topografi Spearman
1 Castanopsis acuminatissima
Ketinggian rata-rata 1,000 2
Schima wallichii Ketinggian rata
1,000 3
Garcinia rostrata Ketinggian rata
1,000 4
Altingia excelsa Curam
- 1,000 5
Quercus lineata Agak curam
1,000 6
Coffea canephora var. robusta Datar
Landai Sangat curam
- 1,000 - 1,000
- 1,000 7
Euodia latifolia Curam
- 1,000
Tabel 51. Preferensi Jenis-Jenis Pohon Dominan terhadap berbagai faktor abiotiktanah Aliansi 4
No. Jenis
Faktor Tanah Spearman
1 Schima wallichii
K Na
Al H
- 1,000 - 1,000
1,000 - 1,000
2 Paraserianthes falcataria
N P
Ca Mg
KB Corg
Pasir Debu
Liat 1,000
1,000 - 1,000
- 1,000 - 1,000
1,000 - 1,000
- 1,000 1,000
107
Tabel 52. Preferensi Jenis Pohon Dominan terhadap berbagai faktor abiotik Aliansi 4
No. Jenis
Topografi Spearman
1 Paraserianthes falcataria
Ketinggian rata-rata 1,000
Tabel 45 dan 46 memperlihatkan preferensi ekologis jenis - jenis pada strata
vegetasi pohon terhadap berbagai faktor abiotik dalam berdistribusi di blok-blok penelitian di aliansi vegetasi 1. Dari 23 jenis yang memiliki dominansi yang paling
tinggi jenis -jenis dengan nilai INP urutan 1 sampai 3, hanya 16 jenis yang berhasil dideteksi preferensinya terhadap berbagai faktor abiotik. Diantara jenis ini,
ditemukan 10 jenis dalam distribusinya, memiliki preferensi baik terhadap faktor tanah maupun topografi, 3 jenis yang hanya memiliki preferensi terhadap faktor
tanah, dan hanya 3 jenis yang memiliki preferensi terhadap faktor topografi. Di aliansi vegetasi 1 ditemukan sebanyak satu jenis Lasianthus laevigatum
memiliki preferensi terhadap unsur N total, C organik tanah dan KTK, empat jenis untuk kandungan unsur-unsur Mg, tiga jenis untuk kandungan unsur KB Kejenuhan
Basa, dua jenis untuk kandungan Ca, dua jenis untuk kandungan Na, dua jenis untuk kandungan debu, dua jenis untuk kandungan liat, satu jenis Eurya acuminata untuk
kandungan Al, dan satu jenis Garcinia rostrata untuk kandungan K. Selanjutnya untuk faktor topografi, jenis jenis yang berdistribusi di blok-blok
penelitian di aliansi ini memiliki preferensi paling banyak terhadap ketinggian rata- rata plot penelitian di atas permukaan laut dalam suatu blok vegetasi yaitu sebanyak
tujuh jenis, diikuti preferensi terhadap kecuraman lereng masing-masing lima jenis pada lereng sangat curam, lima jenis pada lereng datar, tiga jenis pada lereng agak
curam, serta masing-masing dua jenis pada lereng landai dan curam. 5. Pola Distribusi Jenis di Seluruh Aliansi Vegetasi Gunung Endut
Pola distribusi tumbuhan dominan nilai INP urutan 1 sampai 3 yang terdapat di aliansi vegetasi 1 dapat dilihat pada Tabel 53. Semua jenis-jenis dominan pada
strata pohon di aliansi ini memiliki pola distribusi mengelompok. Nilai ip jenis kopi C. canephora var. robusta, G. subaequalis dan sengon P. falcataria adalah yang
108
tertinggi. Hal ini diduga karena jenis kopi dan sengon ditanam dengan jarak tanam tertentu, sedangkan jenis G. subaequalis diduga karena memiliki buah yang banyak
dan jatuh di dekat pohon induknya. Tabel 53. Pola Distribusi Pohon dengan INP tertinggi di Aliansi Vegetasi 1
No Jenis
ip Pola Distribusi
1 Castanopsis acuminatissima
0,50304 Mengelompok
2 Schima wallichii
0,50829 Mengelompok
3 Eurya acuminate
0,53600 Mengelompok
4 Lepisanthes tetraphylla
0,53315 Mengelompok
5 Ardisia zollingeriana
0,54859 Mengelompok
6 Garcinia rostrata
0,53454 Mengelompok
7 Coffea canephora var. robusta
0,69588 Mengelompok
8 Gironniera subaequalis
0,64975 Mengelompok
9 Aidia racemosa
0,54678 Mengelompok
10 Euodia latifolia
0,52904 Mengelompok
11 Castanopsis argentea
0,53107 Mengelompok
12 Quercus lineate
0,52575 Mengelompok
13 Altingia excels
0,52179 Mengelompok
14 Paraserianthes falcataria
0,62433 Mengelompok
Keterangan : ip : Standardized Morisita index of dispersion
Pola distribusi tumbuhan dominan nilai INP urutan 1 sampai 3 yang terdapat di aliansi vegetasi 2 dapat dilihat pada Tabel 54. Semua jenis-jenis dominan pada
strata pohon di aliansi ini memiliki pola distribusi mengelompok. Jenis C. saigonense memiliki ip tertinggi, diduga karena memiliki buah yang berat dan banyak
serta jatuh tidak jauh dari pohon induknya; jenis kopi mengelompok karena ditanam, sedangkan jenis pulus D. stimulans diduga karena dapat berkompetisi dengan jenis-
jenis lain pada habitatnya. Jenis D. stimulans termasuk lima jenis terpenting dan memiliki permudaan yang di hutan riparian Sungai Alas, Ketambe, Taman Nasional
Gunung Leuser Sambas Siregar 2004. Tabel 54. Pola Distribusi Pohon dengan INP tertinggi di Aliansi Vegetasi 2
No Jenis
ip Pola Distribusi
1 Castanopsis argentea
0,57270 Mengelompok
2 Coffea canephora var. robusta
0,81703 Mengelompok
3 Castanopsis acuminatissima
0,57974 Mengelompok
4 Altingia excelsa
0,55511 Mengelompok
5 Schima wallichii
0,58781 Mengelompok
6 Dendrocnide stimulans
0,74553 Mengelompok
109
7 Calophyllum saigonense
0,87440 Mengelompok
8 Quercus lineate
0,58138 Mengelompok
9 Lepisanthes tetraphylla
0,54600 Mengelompok
10 Garcinia rostrata
0,61151 Mengelompok
Keterangan : ip : Standardized Morisita index of dispersion
Pola distribusi tumbuhan dominan nilai INP urutan 1 sampai 3 yang terdapat di aliansi vegetasi 3 dapat dilihat pada Tabel 55. Semua jenis-jenis dominan pada
strata pohon di aliansi ini memiliki pola distribusi mengelompok. Jenis kopi memiliki ip tertinggi karena merupakan tanaman pada tanah garapan masyarakat, dan
hanya ditemui pada satu blok blok 40 dari tiga blok anggota aliansi vegetasi 3. Jenis G. rostrata manggis-manggisan mengelompok diduga karena biji buahnya
disebarkan binatang tidak jauh dari pohon induknya. Sementara kisampang E. latifolia, jenis sekunder, diduga memiliki sumber biji yang banyak dan tersebar
dekat pohon induknya. Tabel 55. Pola Distribusi Pohon dengan INP tertinggi di Aliansi Vegetasi 3
No Jenis
ip Pola Distribusi
1 Quercus lineate
0,59226 Mengelompok
2 Castanopsis acuminatissima
0,64135 Mengelompok
3 Schima wallichii
0,61692 Mengelompok
4 Coffea canephora var. Robusta
1 Mengelompok
5 Garcinia rostrata
0,74536 Mengelompok
6 Euodia latifolia
0,69697 Mengelompok
Keterangan : ip : Standardized Morisita index of dispersion
Pola distribusi tumbuhan dominan nilai INP urutan 1 sampai 3 yang terdapat di aliansi vegetasi 4 dapat dilihat pada Tabel 56. Semua jenis-jenis dominan pada
strata pohon di aliansi ini memiliki pola distribusi mengelompok. Jenis kayu afrika atau manii M. eminii memiliki ip tertinggi karena merupakan tanaman dan memiliki
buah yang disukai dan dimakan di tempat oleh primata dan burung sehingga mudah berkembang biak tidak jauh dari pohon induknya.
110
Tabel 56. Pola Distribusi Pohon dengan INP tertinggi di Aliansi Vegetasi 4
No Jenis
ip Pola Distribusi
1 Paraserianthes falcataria
0,50266 Mengelompok
2 Schima wallichii
0,65567 Mengelompok
3 Maesopsis eminii
0,86111 Mengelompok
Keterangan : ip : Standardized Morisita index of dispersion
B. Pembahasan 1.
Klasifikasi Tipe Vegetasi
Pembentukan aliansi vegetasi terutama didasarkan pada kesamaan struktur dan komposisi floristik jenis yang menyusun vegetasi. Selain itu, dari hasil yang
diperoleh nampak bahwa setiap aliansi menunjukkan perbedaan fisiognomi antara satu dengan lainnya. Komunitas tumbuhan didefinisikan sebagai kumpulan jenis
tumbuhan yang memperlihatkan asosiasi atau kedekatan yang jelas satu dengan lainnya. Jenis-jenis tertentu ditemukan tumbuh bersama pada tempat dan lingkungan
tertentu tidak semata-mata karena faktor peluang belaka, tetapi karena adanya kebutuhan yang sama terhadap berbagai faktor abiotik yang ditemukan pada kondisi
lingkungan yang sama Golley 1983. Whitmore 1986 mengatakan bahwa pengelompokan jenis pada asosiasi yang sama diduga disebabkan karena faktor
peluang dari propagul-propagul jenis yang terdapat dalam asosiasi yang tertentu untuk tumbuh pada tempat yang sama, akibat dari proses pemencaran propagul-
propagul spesies tersebut. Setiap jenis dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran tertentu dari suatu
faktor lingkungan. Kisaran toleransi jenis ini dapat luas untuk faktor abiotik tertentu dan sebaliknya dapat sempit untuk faktor abiotik lainnya. Hal ini mengakibatkan
adanya tumpang tindih dalam pemanfaatan sumberdaya. Kondisi ini sekaligus menunjukkan tanggapan jenis yang sifatnya individualistik terhadap kondisi
lingkungan, dan sekaligus memperlihatkan bahwa jenis melakukan adaptasi yang khas terhadap kondisi lingkungan dimana ia tumbuh Good 1958 dalam Barbour et
al. 1987.
111
Menurut Barbour et al. 1987, implikasi dari hal ini adalah peluang untuk terjadinya kompetisi mutlak dimana hanya satu pemenang menjadi sangat kecil,
karena walaupun setiap jenis memiliki kebutuhan faktor abiotik tertentu yang sama dalam suatu ekosistem yang sama, namun kebutuhan tersebut akan berbeda-beda
pada tingkat atau kategori-kategori tertentu dari faktor abiotik tersebut. Sifat adaptasi yang khas ini sekaligus merupakan faktor yang mendukung banyaknya jenis yang
dapat hidup bersama pada suatu lingkungan yang sama. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian ini, yang menunjukkan bahwa kekayaan jenis tercatat
cukup tinggi meskipun mereka tumbuh dan berkembang dalam kondisi habitat yang hampir serupa.
Namun demikian terdeteksi adanya perbedaan asosiasi jenis terhadap karakteristik kondisi habitat, seperti kelerengan dan ketinggian. Ini serupa dengan
kondisi vegetasi di Gunung Palung Webb Peart 2000, yaitu bahwa faktor abiotik yang paling membedakan kelompok vegetasi pertama dengan kelompok lainnya
adalah ketinggian tempat, kelerengan dan kelembaban. Steenis 1972 mengatakan bahwa, pada skala yang lebih luas keberadaan
hutan pegunungan di Pulau Jawa terbentuk karena respon biologi vegetasi akibat kejadian-kejadian yang terjadi pada ekosistem yang berlangsung di masa lalu, seperti
longsor, jatuhan debu vulkanik, dan terutama oleh kebakaran yang terjadi secara antropogenik. Pernyataan ini menunjukkan bahwa faktor gangguan adalah salah satu
faktor yang berpengaruh pada keberadaan hutan pegunungan. Di daerah penelitian keberadaan lahan kosong mencakup daerah yang cukup luas, yang diperkirakan
sebagai akibat gangguan yang terus berlangsung dari masa lalu sampai saat ini. Kartawinata
1976 mengembangkan
Klasifikasi ekosistem
dengan menurunkan unit klasifikasi formasi, yang dalam sistem itu disebut Formasi Biota.
Nampak bahwa unit klasifikasi tipe ekosistem setara dengan tipe vegetasi tingkat aliansi pada penelitian ini.
112
2. Struktur dan Komposisi Vegetasi