2. Klasifikasi Vegetasi Secara Floristik
Klasifikasi vegetasi secara floristik adalah sistem klasifikasi yang dikembangkan terutama berdasarkan komposisi floristik dari suatu vegetasi. Unit
terkecil pada sistem ini adalah asosiasi. Menurut Grosman et al. 1994, dalam menentukan asosiasi, beberapa metode floristik berfokus pada jenis yang hadir secara
konstan pada area pengamatan, sementara yang lain menekankan pada jenis diagnostik, jenis indikator, jenis dominan, atau jenis yang terbatas penyebarannya
pada area pengamatan.
Sistem klasifikasi floristik yang paling sering digunakan adalah sistem yang dikembangkan oleh Braun Blanquet, juga dikenal dengan nama sistem perbandingan
tabular Kent dan Coker 1992 . Klasifikasi ini mengelompokkan tegakan vegetasi atau releve ke dalam unit-unit berdasarkan pada kriteria floristik, yaitu komposisi
jenis dengan variasi yang sifatnya kuantitatif. Pengelompokan dilakukan setelah seluruh daftar jenis yang terdapat pada seluruh tegakan dipindahkan ke dalam suatu
tabel tunggal yang disebut tabel sintesis. Melalui tabel sistesis ini dapat diperlihatkan informasi floristik semua releve yang diperbandingkan.
Klasifikasi vegetasi zona sub pegunungan Gunung Salak yang dikerjakan oleh Wiharto 2009 telah mengidentifikasi tiga aliansi vegetasi. Aliansi hutan Schima
wallichii-Pandanus punctuatusCinchona officinalis terdiri dari lima asosiasi vegetasi, aliansi hutan Gigantochloa apus-Mallotus blumeanusC. officinalis
mempunyai enam asosiasi vegetasi, dan aliansi hutan Pinus merkusii-Athyrium dilalatumDicranopteris dichotoma memiliki tujuh asosiasi vegetasi.
3. Klasifikasi Vegetasi Secara Numerik
Menurut Kent dan Coker 1992, tujuan utama klasifikasi vegetasi dengan metode numerik sama dengan metode perbandingan tabular, yaitu mengelompokkan
seperangkat sampel-sampel vegetasi atau kuadrat ke dalam kelas-kelas berdasarkan atribut yang ada pada vegetasi. Idealnya setiap kelas harus memiliki komposisi jenis
yang serupa. Kelompok atau kelas ini kemudian diinterpretasikan dan digunakan
untuk menentukan tipe komunitas tumbuhan yang terdapat pada area yang sedang dikaji.
Metode klasifikasi numerik merupakan teknik untuk mereduksi data dan dimanfaatkan untuk menentukan adanya pola-pola dan keteraturan dari suatu
perangkat data. Dalam metode ini, seperangkat aturan yang jelas ditetapkan untuk mengatur proses pengelompokan individu atau kuadrat secara bersama-sama Pileou
1984. Hal ini menyebabkan elemen subjektivitas dihilangkan. Dengan demikian, jika ada seperangkat data digunakan oleh dua peneliti yang berbeda untuk
menemukan pola pengelompokan vegetasi dengan menggunakan klasifikasi numerik yang sama, maka hasil yang sama akan diperoleh.
Langkah pertama yang dilakukan dalam kegiatan klasifikasi numerik adalah menentukan kesamaan similaritas dan ketidaksamaan disimilaritas diantara objek-
objek yang diperbandingkan. Berbagai macam koefisien kesamaan dan ketidaksamaan dapat diterapkan untuk menentukan kesamaan diantara kuadrat-
kuadrat ini. Diantaranya yang paling sering digunakan adalah koefisien jarak Euclidean Kent dan Coker 1992 .
Jika seluruh pasangan objek dihitung kedekatannya maka hasilnya dapat disusun dalam suatu matriks kesamaan. Selanjutnya adalah mengelompokkan objek-
objek yang memiliki kesamaan yang paling dekat ke dalam satu kelompok. Untuk kegiatan ini ada beberapa metode perhitungan yang dapat digunakan. Diantaranya
adalah Metode Tetangga Terdekat yang juga dikenal sebagai single-linkage clustering Pileou 1984; Jaya 1999.
C. Struktur Vegetasi dan Komposisi Jenis