Klasifikasi citra Indeks keanekaragaman Jenis a Indeks keanekaragaman Jenis Shannon-Wienner

45 g Aliansi diberi nama berdasarkan jenis yang paling dominan dari beberapa asosiasi yang ada yang terletak pada strata teratas. Dominan dalam kasus ini adalah jenis yang memiliki penutupan tajuk yang paling luas. Jika pada strata teratas terdapat beberapa jenis yang memiliki luas penutupan tajuk yang sama, maka hanya akan diambil 3 jenis saja. Jenis yang muncul pada strata yang sama dipisahkan dengan simbol ”-”. Untuk asosiasi, pemberian nama dilakukan sama dengan aliansi dan jika ditemukan jenis dominan pada strata yang lebih rendah, maka dipisahkan dengan simbol ””. Jenis pada strata dominan diletakkan pada awal nama asosiasi. Proses klasifikasi secara hirarki dilakukan dengan memanfaatkan perangkat lunak SPSS, melalui prosedur menu analyze, classify, dengan pilihan Hierarchical cluster. Hasil akhir analisis klaster ditampilkan dalam bentuk dendrogram yang lengkap dengan koefisien jaraknya. Uji lanjut melalui analisis diskriminan dengan memanfaatkan perangkat lunak SPSS. Pada SPSS prosedur ini dilaksanakan dengan memanfaatkanmenu analyze, Classify, dengan pilihan Discriminant Analysis.

f. Klasifikasi citra

Klasifikasi citra dilakukan menggunakan pendekatan nilai digital dengan metode klasifikasi terbimbing supervised classification berdasarkan spektral penciri kelasnya. Penciri kelas diperoleh melalui pembuatan training area. Training area untuk setiap aliansi dibuat berdasarkan jalur survey yang telah dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan aliansi. Sedangkan training area untuk tutupan lahan lain seperti awan, bayangan awan, dan non vegetasi dibuat menggunakan Area of Interest AOI pada masing-masing tutupan lahan tersebut. Setelah pembuatan training area, dilakukan evaluasi keterpisahan separability evaluation untuk mengetahui sejauhmana kelas-kelas yang telah dibuat dapat dibedakan satu sama lain. Kriteria keterpisahan pada klasifikasi terbimbing disajikan pada Tabel 5. 46 Tabel 5. Kriteria keterpisahan pada klasifikasi terbimbing Nilai keterpisahan Kriteria keterpisahan 2000 Sempurna excellent 1900 – 2000 Baik good 1800 – 1900 Cukup fair 1600 – 1800 Kurang poor 1600 Tidak terpisahkan inseparable Selain evaluasi keterpisahan, dilakukan juga evaluasi kontingensi contingency evaluation untuk mengetahui jumlah piksel yang sesuai maupun yang tidak sesuai antara training area yang dibuat dengan pengkelasan menurut nilai digital. Proses evaluasi kontingensi akan menghasilkan matriks kontingensi atau error matrix. Berdasarkan error matrix tersebut dapat dilakukan analisis akurasi hasil klasifikasi yang akan menghasilkan nilai akurasi pembuat, akurasi pengguna, akurasi umum, dan akurasi Kappa. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung masing-masing akurasi adalah: Akurasi pengguna User’s accuracy = X ii X i+ 100 Akuras pembuat Producer’s accuracy = X ii X +i 100 Akurasi umum Overall accuracy: 100 1 N X OA r i ii ∑ = = Akurasi Kappa Kappa accuracy: 100 2 1 1 ∑ ∑ ∑ + + = + + = − − = i i r i i i r i ii X X N X X X N κ Dimana: X ii = nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i X +i = jumlah piksel dalam kolom ke-i X i+ = jumlah piksel dalam baris ke-i N = banyaknya piksel dalam contoh 47 Tahap akhir dari klasifikasi citra tersebut adalah pembuatan petacitra hasil klasifikasi. Peta tersebut akan mencakup seluruh lokasi kajian berdasarkan penciri kelas signature yang telah dibuat melalui pembuatan training area. Secara teori, tahap ini dilakukan jika akurasi umum atau akurasi Kappa telah mencapai 85.

g. Kajian Preferensi Ekologis