untuk menentukan tipe komunitas tumbuhan yang terdapat pada area yang sedang dikaji.
Metode klasifikasi numerik merupakan teknik untuk mereduksi data dan dimanfaatkan untuk menentukan adanya pola-pola dan keteraturan dari suatu
perangkat data. Dalam metode ini, seperangkat aturan yang jelas ditetapkan untuk mengatur proses pengelompokan individu atau kuadrat secara bersama-sama Pileou
1984. Hal ini menyebabkan elemen subjektivitas dihilangkan. Dengan demikian, jika ada seperangkat data digunakan oleh dua peneliti yang berbeda untuk
menemukan pola pengelompokan vegetasi dengan menggunakan klasifikasi numerik yang sama, maka hasil yang sama akan diperoleh.
Langkah pertama yang dilakukan dalam kegiatan klasifikasi numerik adalah menentukan kesamaan similaritas dan ketidaksamaan disimilaritas diantara objek-
objek yang diperbandingkan. Berbagai macam koefisien kesamaan dan ketidaksamaan dapat diterapkan untuk menentukan kesamaan diantara kuadrat-
kuadrat ini. Diantaranya yang paling sering digunakan adalah koefisien jarak Euclidean Kent dan Coker 1992 .
Jika seluruh pasangan objek dihitung kedekatannya maka hasilnya dapat disusun dalam suatu matriks kesamaan. Selanjutnya adalah mengelompokkan objek-
objek yang memiliki kesamaan yang paling dekat ke dalam satu kelompok. Untuk kegiatan ini ada beberapa metode perhitungan yang dapat digunakan. Diantaranya
adalah Metode Tetangga Terdekat yang juga dikenal sebagai single-linkage clustering Pileou 1984; Jaya 1999.
C. Struktur Vegetasi dan Komposisi Jenis
Struktur vegetasi adalah organisasi individu-individu di dalam ruang yang membentuk tegakan dan secara lebih luas membentuk tipe vegetasi atau asosiasi
tumbuhan. Komposisi vegetasi merupakan susunan dan jumlah jenis yang terdapat dalam suatu komunitas tumbuhan Dansereau dalam Mueller-Dombois dan Ellenberg
1974 a.
Elemen utama struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi, dan penutupan Wiharto 2009. Mueller-Dombois dan Ellenberg 1974a menyatakan
bahwa dalam ekologi vegetasi paling sedikit terdapat lima tingkat struktur vegetasi, yaitu : 1 Fisiognomi vegetasi, 2 Struktur biomassa, 3 Struktur bentuk hidup, 4
struktur floristik, dan 5 Struktur tegakan. Tegakan biasanya merupakan unit-unit pengelolaan yang membentuk hutan.
Dalam kehutanan tegakan merupakan unit yang agak homogen dan dapat dibedakan dengan jelas dari tegakan di sekitarnya oleh umur, komposisi, struktur, tempat
tumbuh atau geografi. Struktur tegakan menunjukkan sebaran umur dan atau kelas diameter, serta kelas tajuk Daniel et al. 1979, sedangkan menurut Mueller-Dombois
dan Ellenberg 1974 a, struktur tegakan adalah distribusi secara numerik individu- individu dari jenis pohon yang memiliki ukuran yang berbeda. Jika individu-individu
dari penyusun jenis dianalisa dengan cara seperti ini, maka dinamakan analisis struktur populasi. Selanjutnya jika kurva struktur populasi dari seluruh jenis di dalam
tegakan yang sama dibandingkan satu sama lain maka dinamakan analisis struktur tegakan atau analisis struktur komunitas.
Barbour et al. 1987 mengatakan bahwa suatu hutan yang memiliki tahap pertumbuhan klimaks memiliki rasio yang konstan antara jumlah pohon dengan kelas
diameter, dan jika ditampilkan dalam bentuk kurva akan membentuk kurva J terbalik. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pohon per satuan luas pada tingkat semai,
pancang, tiang dan pohon berturut-turut semakin sedikit sehingga permudaan yang ada mampu mendukung kekosongan dari stadium pertumbuhan yang telah lanjut.
Fisiognomi vegetasi adalah kombinasi dari kenampakan luar vegetasi, yang merupakan struktur vertikal dan bentuk tumbuh-tumbuhan dominan. Struktur
vertikal vegetasi merujuk pada ketinggian dan penutupan kanopi dari lapisan tumbuhan yang menyusun komunitas tumbuhan Barbour et al. 1987, sedangkan
kanopi bermakna lapisan tajuk pepohonan yang kurang lebih kontinu pada ketinggian yang sama. Kanopi hutan hujan tropis dipandang berlapis atau tersusun dalam strata
atau stratifikasi, dan formasi hutan yang berbeda memiliki jumlah strata yang berbeda Richards 1971 .
Selanjutnya strata adalah lapisan vegetasi yang mencakup seluruh bentuk hidup yang terdapat di dalamnya. Tumbuh-tumbuhan dikelompokkan ke dalam strata
tertentu berdasarkan posisi dominansinya atau berdasarkan ketinggian di dalam tegakan, dan bukan berdasarkan taksonomi atau bentuk hidup tumbuhan tersebut pada
saat dewasa. Konsekuensinya, tumbuhan pohon dapat memiliki beberapa strata seperti anakan dan belta. Pada lingkungan darat, strata tumbuhan jika dalam keadaan
lengkap akan tersusun atas pohon, semak, belukar dan lumut Jenning et al. 2002 . Stratifikasi seringkali digunakan untuk menunjukkan pelapisan yang
terbentuk dari tinggi total seluruh pohon, kadang-kadang juga disebut dengan lapisan tajuk pohon Whitmore 1986. Richards 1964 mengelompokkan strata tumbuhan
di hutan hujan tropis sebagai berikut : 1 Strata A, juga sering disebut lapisan mencuat yang merupakan lapisan tajuk paling atas, susunan tajuk kontinyu atau
merata dengan tajuk-tajuk pohon yang umumnya berbentuk payung, 2 Strata B, yang merupakan lapisan tajuk bagian atas namun letaknya di bawah lapisan tajuk
strata A, lapisan ini umumnya memiliki tajuk berbentuk kerucut atau berbentuk payung, 3 Strata C, merupakan lapisan tajuk bagian tengah, bentuk tajuk pohon
umumnya meruncing atau berbentuk kerucut, terdiri dari pohon yang bersifat sangat toleran, 4 Strata D, yang merupakan susunan tajuk di bagian bawah, tersusun atas
tajuk dari semak belukar, dan 5 Strata E, yang merupakan lapisan tajuk dari tumbuhan bawah.
Terdapat tiga pola dasar distribusi tumbuhan di alam, yaitu acak, mengelompok dan regular, dan yang paling sering ditemukan adalah pola
mengelompok. Hal ini disebabkan karena biji dan permudaan vegetatif cenderung untuk berkonsentrasi dekat tumbuhan induk dan lingkungan mikro dekat tumbuhan
induk lebih sesuai dengan kebutuhan Barbour et al. 1987. Secara biologis keanekaragaman jenis adalah ukuran heterogenitas populasi
suatu komunitas Hunter 1999 . Keanekaragaman merupakan kombinasi antara kekayaan jenis dan kemerataan jenis. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam
suatu area pengamatan. Setiap jenis tumbuhan umumnya tidak mempunyai jumlah individu sama. Distribusi individu diantara jenis disebut kemerataan jenis. Makin
tinggi jumlah dan kemerataan jenis makin tinggi pula keanekaragaman jenis Barnes et al. 1980. Secara umum terdapat gradien kenaikan keanekaragaman dari daerah
kutub ke ekuator dan dari daerah ketinggian rendah ke yang lebih tinggi Begon et al. 1990.
Indeks yang menggabungkan antara kekayaan jenis dengan kemerataan jenis disebut indeks Keanekaragaman Ludwig dan Reynold 1988 . Selanjutnya Cox
2002 mengatakan bahwa indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk membandingkan data komposisi komunitas dari sumber yang berbeda. Perbedaan
sumber tersebut antara lain perbedaan suksesi, perbedaan habitat, dan perbedaan waktu.
D. Ordinasi dan Analisis Faktor