115
defisit dengan unsur P tanah, maka unsur P tanah tersebut akan sangat berperan dalam menentukan produktivitas primer bersih dan pelapukan bahan organik baik
secara langsung maupun melalui interaksi dengan unsur N.
4. Pemintakatan Kawasan Gunung Endut
Dari 12 permasalahan pokok dalampengelolaan TNGHS, tantangan terbesar pengelolaan TNGHS adalah masalah sosial dan budaya serta kerusakan hutan alam
yg sangat memprihatinkan Supriyanto dalam TNGHS 2007. Dalam kurun waktu 1989 – 2004 diperkirakan telah terjadi deforestasi sebesar 25 atau berkuran sebesar
22 000 Ha dengan laju kerusakan rata-rata 1,3 per tahun Prasetyo Setiawan 2006 dalam TNGHS 2007. Kerusakan hutan juga terjadi di kawasan Gunung Endut
yang merupakan perluasan TNGHS terutama perambahan hutan menjadi ladang. Di kawasan ini, penebangan hutan mengakibatkan penambahan luasan semak belukar.
Menurut zonasi indikatif yang merupakan dasar pengelolaan sementara dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak, kawasan puncak Gunung Endut merupakan
zona inti karena sebagian arealnya masih hutan primer. Zona inti tersebut dikelilingi oleh zona rimba yang sempit berupa kawasan penyangga antara zona inti dengan
zona rehabilitasi. Zona rehabilitasi saat ini terdiri atas kawasan deforestasi dan semak, terletak di bagian bawah Gunung Endut. Dengan statusnya sebagai bagian
dari Taman Nasional, areal puncak Gunung Endut dari ketinggian 900 m dpl mutlak harus dijaga dari penebangan liar dan perambahan hutan untuk memungkinkan
restorasi habitat flora dan fauna setempat. Demikian pula, secara bertahap kawasan penyangga dan zona rehabilitasi perlu dibantu dengan penanaman jenis-jenis pohon
asli atau sekunder tua dari kawasan pegunungan di TNGHS yang berguna untuk masyarakat tanpa harus menebangnya.
Bagaimana pun zona indikatif harus tetap diusahakan menjadi definitif melalui verifikasi cek lapangan dan komunikasi bersama para pemangku
kepentingan dan diharapkan tidak melewati target jangka menengah atau sepuluh tahun pertama dari Rencana Pengelolaan TNGHS 2007 -2026. Untuk itu, kerjasama
penelitian antara lembaga penelitian dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang terarah
116
perlu dirintis sekaligus sebagai media penyuluhan akan pentingnya kawasan konservasi dan manfaatnya bagi masyarakat baik langsung maupun tidak langsung.
Kerapatan pohon di Gunung Endut relatif kecil. Jumlah pohon berdiameter ≤ 20 cm tidak mencapai 150 individu per hektar. Karenanya penanaman lahan-lahan kosong
terutama pada daerah curam dengan jenis-jenis tumbuhan asli yang mempunyai perakaran yang kokoh seperti rasamala, puspa, dan anggota suku Fagaceae pasang-
pasangan seyogyanya dilakukan dengan melibatkan kader-kader konservasi dan masyarakat sekitar kawasan Gunung Endut.
108
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Di Gunung Endut ditemukan empat tipe vegetasi tingkat aliansi, yaitu 1 Aliansi hutan Castanopsis acuminatissima-Schima wallichiiFreycinetia javanica
aliansi vegetasi 1; 2 Aliansi hutan Castanopsis argentea-Dendrocnide stimulansSchismatoglottis calyptrata aliansi vegetasi 2; 3 Aliansi hutan Coffea
canephora var. robusta-Quercus lineataF.javanica aliansi vegetasi 3; dan 4 Paraserianthes falcataria-Coffea canephora var. robustaOplismenus compositus
aliansi vegetasi 4. Secara fisiognomi struktural, keempat aliansi ini berbeda, yaitu aliansi vegetasi 1 dan 2 merupakan hutan campuran dengan jenis-jenis tumbuhan asli,
aliansi vegetasi 3 merupakan hutan campuran jenis tumbuhan asli dan tanaman, dan aliansi vegetasi 4 merupakan hutan tanaman yang didominasi oleh sengon dan kopi.
Asosiasi-asosiasi yang terbentuk pada aliansi vegetasi 1 tersusun dari : Asosiasi hutan C. acuminatissima, Asosiasi hutan S. wallichii, Asosiasi hutan
Garcinia rostrata dan Asosiasi hutan Q. lineata-Eurya acuminata F. javanica. Aliansi vegetasi 2 terdiri dari : Asosiasi hutan D. stimulans, Asosiasi hutan C.
canephora var. robusta, Asosiasi hutan C. argentea – C. acuminatissima dan Asosiasi herba S. calyptrata – Etlingera coccinea . Aliansi vegetasi 3 mencakup
: Asosiasi hutan C. acuminatissima, Asosiasi hutan C. canephora var robusta, Asosiasi hutan Q. lineata, Asosiasi herba Raphidophora sp.1, Asosiasi herba F.
javanica Asosiasi hutan G. rostrata-S. wallichii, dan Aliansi hutan Euodia latifolia –Pternandra azureaS. calyptrata . Sedangkan Aliansi vegetasi 4
meliputi : Asosiasi hutan P. falcataria, Asosiasi herba O. compositus, Asosiasi hutan C. canephora var. robusta, Asosisi herba Clibadium surinamense dan
Asosiasi hutan Maesopsis eminiiClidemia hirta – Erechtites valerianifolia. Hirarki unit-unit vegetasi pada tingkat fisiognomi di Gunung Endut adalah
sebagai berikut : 1 Kelas : Hutan, 2 Sub Kelas : Hutan Selalu Hijau, 3 Kelompok : Hutan Hujan Tropis Selalu Hijau, 4 Formasi : a Hutan Hujan