Kapal pancing tonda 1 Kapal Penangkap Madidihang di PPN Palabuhanratu

alat penangkapan menggunakan rawai yang menyatakan jumlah rawai satu set dengan jumlah pancing tertentu. Kata basket dapat pula berarti keranjang, hal tersebut mungkin karena setelah opersai selesai, rawai digulung dan diangkat, kemudian dimasukkan ke dalam keranjang. Tiap-tiap set diikat sehingga satu ikatan rawai disebut satu basket Partosuwiryo, 2008. Setelah persiapan selesai, langkah selanjutnya adalah Anak Buah Kapal ABK mengambil posisi masing-masing sesuai dengan tugasnya, sementara itu kecepatan kapal dikurangi 3-4 miljam, lalu diikuti dengan pelepasan pancing. Secara garis besar kegiatan pelepasan pancing adalah sebagai berikut : mula-mula pelampung dan tiang bendera dilepas beserta tali pelampungnya, kemudian tali utama dan akhirnya tali cabang yang diikuti mata pancing yang telah diberi umpan. Tali utama tersebut kemudian dilepas dan begitu seterusnya sampai yang terakhir untuk disambungkan dengan satuan rawai berikutnya melalui tali sepotong Subani Barus, 1989. 2 Penarikan rawai Penarikan rawai dilakukan 5-6 jam kemudian setelah pelepasan pancing. Biasanya dimulai jam 12.00 dan selesai menjelang matahari terbenam. Penarikan pancing dilakukan dari bagian depan kapal dengan bantuan alat penarik line hauler dalam melakukan penarikan ini dibagi juga menjadi beberapa kegiatan seperti halnya pada waktu pelepasan dan merupakan suatu sistem yang satu dengan lainnya berkaitan erat dan seirama. Secara garis besar kegiatan penarikan pancing secara berurut dimulai dari tiang bendera, pelampung, tali pelampung serta pemberat diangkat ke atas geladak kapal, lalu tali utama, tali cabang, beserta mata pancing dan begitu seterusnya sampai keseluruhan satuan pancing terangkat ke atas geladak kapal. Pada mata pancing ada ikan yang tertangkap, pengambilan ikan ke geladak kapal biasanya dilakukan oleh tiga orang, tergantung besar kecilnya ikan yang tertangkap Subani Barus, 1989.

2.4.2 Kapal pancing tonda 1

Dekripsi kapal pancing tonda Perahu yang digunakan oleh nelayan pancing tonda di Palabuhanratu Lampiran 5 adalah perahu tempel dari jenis congkreng bercadik yang memiliki panjang 6 m dan terbuat dari bahan kayu Nugroho, 2002. Sedangkan Pancing tonda umumnya dioperasikan dengan perahu kecil, jumlah nelayan yang mengoperasikannya sebanyak 4-6 orang yang terdiri dari satu orang nahkoda merangkap fishing master, satu orang juru mesin 2-4 orang ABK yang masing- masing mengoperasikan satu atau lebih pancing pada saat operasi penangkapan berlangsung. Pada umumnya panjang perahu berkisar antara 5-20 m, dengan ruang kemudi di bagian haluan kapal dan dek tempat bekerja berada pada di bagian buritan kapal Sainsburry, 1971. 2 Umpan dan alat tangkap Pada umumnya ikan mendeteksi mangsa melalui reseptor yang dimilkinya, dan hal ini bergantung pada jenis reseptor tertentu yang mendominasi pada jenis ikan tersebut. Oleh karena itu, pemilihan umpan disesuaikan dengan kesukaan makan ikan sasaran, dengan mempertimbangkan kemampuan ikan mendeteksi makanan Gunarso, 1985. Pada umumnya umpan pancing tonda menggunakan umpan tiruan, umpan palsu imitation bait. Tetapi ada pula yang menggunakan umpan benar true bait yaitu: bulu ayam, bulu domba, kain-kain berwarna menarik, bahan dari plastik, umpan berbentuk ikan seperti cumi-cumi, ikan- ikanan, dan lain-lain Subani Barus, 1989 Umpan pada pancing tonda dapat dibagi menjadi dua, umpan alami dan umpan buatan. Penggunaan umpan alami pada pancing tonda sangatlah jarang sekali dilakukan, hal ini dikarenakan oleh sifat dari umpan alami yang mudah lepas dan mudah rusak oleh gerakan air selama operasi penangkapan ikan berlangsung Gunarso, 1985. Menurut Handriana 2007 sifat umpan alami memiliki banyak kekurangan sehingga para nelayan lebih memilih menggunakan umpan buatan dalam operasi penangkapan ikan dengan pancing tonda. Dasar pemikiran penggunaan umpan buatan adalah: 1 Harga relatif murah; 2 Dapat dipakai berulang-ulang; 3 Dapat disimpan dalam waktu yang lama; 4 Warna dapat memikat ikan; 5 Ukuran dapat disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pancing tonda adalah alat tangkap ikan yang terdiri dari seutas tali panjang, mata pancing dan umpan. Pancing ditarik di belakang perahu motor atau kapal yang sedang bergerak maju. Pancing yang ditarik umumnya dikenal dengan pancing tonda atau troll line. Penangkapan dengan menggunakan pancing tonda dapat dilakukan dengan berlayar mencari kawanan ikan, atau dapat juga dilakukan sekitar rumpon Subani Barus, 1989. Menurut Gunarso 1985 pancing tonda adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu motor atau kapal kecil. Pancing tonda pancing tarik merupakan alat tangkap tradisional yang bertujuan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis seperti tuna, cakalang, dan tongkol yang biasa hidup dekat dengan permukaan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan kualitas daging yang tinggi. Menurut Handriana 2007 satu unit pancing tonda terdiri atas: 1 Tali pancing yang terbuat dari polyamide PA monofilament No. 60 dengan panjang 40 m per unit; 2 Mata pancing No. 7 atau 8 yang terbuat dari bahan besi sebanyak tiga buah yang diikat menjadi satu, menggunakan simpul tipe doubel sheet band; 3 Penggulung tali dari bahan plastik dan kayu waru; 4 umpan buatan. 3 Metode penangkapan 1 Operasi penangkapan diawali dengan scouting atau pencarian gerombolan ikan dengan melihat tanda-tanda keberadaanya seperti warna perairan, lompatan ikan cakalang, buih diperairan, gerombolan ikan lumba-lumba bahkan pada umumnya gerombolan ikan dijumpai bersama kayu-kayu maupun benda-benda yang terapung di atas permukaan air Handriana, 2007. 2 Pengoperasian pancing tonda dimulai dari pagi hingga sore tergantung situasi dan kondisi alam yaitu sekitar pukul 0.5.00-17.00 yang diduga pada saat itu adalah saat dimana ikan cakalang dan tuna bermigrasi untuk mencari makan. Pengoperasiannya dimulai dengan pemasangan alat tangkap setting yaitu mengulur alat tangkap perlahan-lahan ke perairan dan mengikat ujung tali pada salah satu ujung kanan atau kiri perahu dengan jarak tertentu Handriana, 2007 3 Selama setting , kecepatan kapal berkisar anatara 1-2 knot. Setelah setting berakhir, tali pancing yang telah direntangkan disisi kanan atau kiri perahu ditarik terus menerus menyusuri daerah penangkapan dengan kecepatan 2-4 knot dengan tujuan umpan buatan yang dipakai bergerak-gerak seperti ikan mangsa. Untuk membuat umpan lebih aktif melayang di perairan, perahu dapat dijalankan dengan arah zig-zag Handriana, 2007. 4 Setelah umpan dimakan ikan, pemancing memberitahu juru mudi atau nahkoda untuk menaikkan kecepatan perahu. Nahkoda kapal ikan mempercepat laju perahu, dengan tujuan agar ikan yang memakan umpan cepat tersangkut pada mata pancing dan mencegahnya terlepas kembali. Setelah diketahui dengan pasti bahwa ikan ikan tertangkap, nahkoda mengurangi kecepatan perahu kembali ke kecepatan normal. Pada saat inilah penarikan tali pancing bisa dimulai. Salah satu ABK akan menarik pancing tersebut dan menggulung tali pancing pada penggulung. Saat penarikan tali pancing harus sesuai dengan gerakan ikan, bila terlihat ikan melawan maka penarikan dihentikan sejenak, sebaliknya bila ikan terlihat kelelahan maka penarikan dapat diteruskan. Setelah ikan diangkat ke atas perahu maka pancing segera dilepas dari ikan dan pancing tersebut diulurkan kembali ke perairan. Langkah selanjutnya seperti pada setting telah berakhir dan begitu seterusnya sampai mendapatkan ikan kembali Handriana, 2007.

2.4.3 Perawatan alat tangkap