Keadaan Iklim dan Musim Kesimpulan

Ciemas di sebelah selatan, kecamatan Warung Kiara di sebelah timur dan Teluk Palabuhanratu di sebelah barat Prayitno, 2006.

4.2 Keadaan Iklim dan Musim

Terdapat dua musim utama yang sangat mempengaruhi operasi penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu yaitu musim barat dan timur. Selain itu dikenal pula musim peralihan dari musim barat ke timur dan sebaliknya, biasa dikenal oleh penduduk setempat sebagai musim liwung. Musim peralihan berlangsung pada bulan Maret sampai Mei dan bulan September sampai November Prayitno, 2006. Periode musim barat merupakan musim hujan dimana kondisi perairan relatif buruk. Hal ini ditandai dengan besarnya ombak yang ada di perairan Palabuhanratu, sehingga menyebabkan sebagian besar nelayan tidak melaut. Kondisi ini dimanfaatkan oleh sebagian nelayan dengan kegiatan lain seperti memperbaiki perahu, memperbaiki alat tangkap atau usaha di bidang lain Hermawati, 2005. Periode musim timur merupakan musim kemarau dimana kondisi perairan relatif tenang. Pada kondisi ini nelayan banyak turun ke laut dan melakukan operasi penangkapan ikan, sehingga selama periode ini hasil tangkapan ikan cukup tinggi akibat dari jumlah upaya penangkapan yang tinggi Hermawati, 2005.

4.3 Keadaan Umum Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu

PPN Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. PPN Palabuhanratu mulai dioperasionalkan pada tahun 1993. Sejak pengembangannya pada periode tahun 1993-2008, PPN Palabuhanratu telah mengalami dua tahap pembangunan, yaitu pembangunan tahap pertama pada tahun 1993 dan beroperasi sampai dengan 2002, kemudian pembangunan tahap kedua selama periode tahun 2003-2005, yang merupakan pengembangan pembangunan tahap pertama. Pembangunan pelabuhan perikanan tahap pertama ditujukan untuk menunjang aktivitas perikanan terutama untuk penangkapan ikan dengan ukuran kapal minimal 30 GT sampai dengan 150 GT PPN Palabuhanratu 2008.

4.3.1 Keorganisasian PPN Palabuhanratu

Surat Keputusan Menteri Kelautan dan perikanan RI No. Per06MEN2007 tanggal 25 Januari tahun 2007 mengenai Organisasi dan Tenaga Kerja Pelabuhan perikanan, menimbang dan memutuskan bahwa susunan organisasi PPN Palabuhanratu adalah sebagai berikut: 1 Kepala pelabuhan perikanan, yang mempunyai wewenang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pelabuhan perikanan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan dan operasional pelabuhan; 2 Sub Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program, urusan tata usaha dan rumah tangga, pelaksanaan dan koordinasi pengendalian lingkungan yang meliputi keamanan, ketertiban, kebersihan, kebakaran, dan pencemaran di kawasan pelabuhan perikanan serta pengelolaan administrasi kepegawaian dan pelayanan masyarakat perikanan; 3 Seksi Tata Pengembangan, mempunyai tugas melakukan pembangunan, pemeliharaan, pengembangan dan pendayagunaan sarana, pelayanan jasa, fasilitas usaha, pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat perikanan, serta koordinasi peningkatan produksi; 4 Seksi Tata Operasional, mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan, fasilitas pemasaran dan ditribusi hasil perikanan serta penyuluhan perikanan, pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data perikanan, pengolahan sistem informasi, publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya; 5 Kelompok jabatan fungsional, yang terdiri dari jabatan fungsional pengawas penangkapan yang mempunyai tugas melakukan kegiatan pengawasan penangkapan ikan serta jabatan fungsional kehumasan. Kepala PPN Palabuhanratu Kepala Sub Bag Tata Usaha Kepala Seksi Tata Pengembangan Kepala Sub Bag Tata Usaha Kelompok Jabatan Fungsional Gambar 5 Struktur Keorganisasian PPN Palabuhanratu

4.3.2 Visi dan misi PPN Palabuhanratu

Visi PPN Palabuhanratu yaitu sebagai pusat pertumbuhan dan perkembangan masyarakat perikanan yang berorientasi ekspor, berwawasan lingkungan dan bernuansa wisata bahari, sedangkan misi PPN Palabuhanratu yaitu: 1 Meningkatkan kualitas pelayanan jasa dan operasional pelabuhan perikanan pelayanan prima; 2 Mengembangkan Pelabuhan Perikanan Nusantara menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera; 3 Membangun dan meningkatkan kualitas pasar ikan serta TPI. 4 Memusatkan segenap kegiatan perikanan dan kelautan di Pelabuhan Perikanan DKP Mini; 5 Mendukung pertumbuhan dan pengembangan unit bisnis perikanan terpadu yang berstandar internasional Uni Eropa; 6 Mengoperasikan gedung pusat pembinaan pengelolaan dan pemasaran ikan serta gedung laboratorium.

4.3.3 Fungsi PPN Palabuhanratu

Pelaksanaan fungsi PPN Palabuhanratu selama program revitalisasi pelabuhan perikanan dijalankan sejak periode tahun 2003-2008 adalah: 1 Sebagai tempat tambat labuh 1 Menyelenggarakan pemeliharaan fender dan bolard yang ada di dermaga, lampu suar pintu masuk kolam pelabuhan, penerangan dermaga, instalasi air darmaga; 2 Menyelanggarakan fungsi kesyahbandaran, yakni mempersiapkan tenaga syahbandar; 3 Melakukan fungsi pengawasan terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan, pemberian izin kapal keluar masuk pelabuhan; 4 Melakukan pemantauan dan pengaturan terhadap kapal yang berlabuh dan bongkar muat; 5 Menerima dan mengelola jasa tambat; 6 Memberikan kemudahan dalam hal kebutuhan sarana dan jasa komunikasi dan telekomonikasi. 2 Tempat pendaratan ikan 1 Memberikan pelayanan teknis untuk pendaratan ikan; 2 Menyediakan tenaga dan sarana pendaratan; 3 Pelayanan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan mutu hasil tangkapan; 4 Alat bongkar dan alat angkut ikan hasil tangkapan lainnya; 5 Pelayanan terhadap kebutuhan tenaga dan petugas bongkar muat ikan. 3 Tempat untuk memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan 1 Memberikan pelayanan teknis untuk memudahkan kapal-kapal melakukan kegiatan di pelabuhan merapat, berlabuh, bongkar muat keluar pelabuhan; 2 Melayani kebutuhan kapal BBM, es, garam, dan perbekalan lain; 3 Memberikan dokumen perizinan surat tanda bukti lapor kedatangan keberangkatan kapal STBLKK; 4 Membantu pemeriksaan kesehatan kapal; 5 Membantu melaksanakan pemeriksaan dokumen keimigrasian ABK warga negara asing; 6 Membantu pelaksanaan pemeriksaan muatan sehubungan dengan peraturan bea dan cukai; 7 Memberikan pelayanan dalam hal kebutuhan perbekalan ABK, jasa perbengkelan dan perawatan kapal serta jas lainnya. 4 Tempat pemasaran dan distribusi hasil tangkapan 1 Menyediakan dan merawat tempat pelelangan ikan; 2 Menyediakan pasar ikan dan lapak pengecer ikan segar; 3 Menyediakan gedung perkantoran dan toko BAP. 5 Tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan 1 Mengadakan dan mengembangkan berbagai sarana yang mendukung penanganan pasca penangkapan ikan tempat ruangan penanganan, pengolahan dan pengepakan ikan, ruangan pendinginan, pabrik es, dll; 2 Membantu Dinas Perikanan dalam pembinaan kegiatan penanganan, pengolahan, pengepakan dan pengangkutan hasil perikanan serta penyuluhannya sebagai upaya untuk menjamin mutu hasil perikanan; 3 Mengkoordinasikan upaya pembinaan mutu hasil perikanan bersama Dinas Perikanan; 4 Membantu kelancaran sertifikat mutu ikan dari Dinas Perikanan; 5 Melakukan uji tes formalin pada ikan dan bekerjasama dengan Polres setempat dalam pemberantasan penggunaan formalin. 6 Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data 1 Mengkoordinasikan pengumpulan data stastistik perikanan di pelabuhan bersama dengan Dinas Perikanan; 2 Mewajibkan kepada unit usaha yang beroperasi di lingkungan pelabuhan untuk memberikan data yang diperlukan; 3 Melakukan tindakan pemeriksaan teknis kapal perikanan; 4 Melakukan pemantauan tugas dan kegiatan pemeriksaan kapal perikanan oleh petugas pengawas penangkapan ikan. 7 Tempat pelaksanaan pengawasan MCS sumberdaya ikan 1 Penyebaran dan pengumpulan log book; 2 Melakukan pendataan dan evaluasi terhadap log book; 3 Melakukan pendugaan stock; 4 Melakukan perhitungan Catch Per Unit Effort CPUE; 5 Memberikan informasi tentang kondisi fishing ground.

4.4 Produksi dan nilai produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu

Produksi ikan adalah banyaknya jumlah hasil tangkapan ikan yang didaratkan di suatu tempat pendaratan ikan. Sedangkan nilai produksi ikan adalah yang diberikan terhadap jumlah hasil tangkapan satuan rupiah. Pada Tabel 3 dapat dilihat produksi dan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu. Tabel 3 Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan laut di PPN Palabuhanratu Sumber : Data statistik PPN Palabuhanratu No Tahun Pendaratan ikan Produksi kg Nilai produksi Rp 1 2005 6.092.693 29.109.894.974 2 2006 4.493.226 30.093.475.220 3 2007 5.675.288 36.008.045.104 4 2008 4.309.573 40.169.377.325 5 2009 3.698.916 53.393.278.110 Jumlah 24.269.696 188.774.070.733 Rata-rata 4.853.939 37.754.814.147 Beradasarkan Tabel 3, kita dapat melihat perkembangan produksi tiap tahun selama lima tahun terakhir, dimulai dari tahun 2005 sampai 2009. Pada tahun 2005 produksi berada pada kisaran angka 6.092.693 kg, kemudian pada tahun berikutnya produksi menurun sebesar 1.599.467 kg. Penurunan dan kenaikan produksi ikan tiap tahunnya menjadi hal yang tidak dapat dihindari, ini dapat dilihat pada tahun 2007 dengan jumlah hasil tangkapan yang naik kembali walaupun masih berada dibawah tahun 2005. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2008 pendaratan ikan mencatatkan hasil tangkapan dengan jumlah 4.309.573 kg. Penurunan yang terus menerus membuat tahun 2009 menjadi tahun terburuk dikarenakan hasil tangkapan berada pada level paling bawah diantara empat tahun sebelumnya, faktor cuaca menjadi salah satu penyebab dalam penurunan hasil tangkapan, perubahan musim yang tidak menentu membuat nelayan harus bekerja keras untuk menangkap ikan di teluk Palabuhanratu yang dari tahun ke tahun semakin menurun. Menurunnya produksi ikan yang didaratkan tidak semata-mata disebabkan oleh faktor iklim dan cuaca. Penurunan ini bisa terjadi, seperti cara penangkapan yang berlebihan eksploitasi, masih kurangnya teknologi penangkapan ikan yang digunakan serta pencarian daerah penangkapan ikan yang tidak berpindah-pindah Hermawati, 2005.

4.4.1 Produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu

Produksi per jenis ikan adalah banyaknya jumlah hasil tangkapan per jenis ikan yang didaratkan di suatu tempat pendaratan ikan. Produksi perjenis ikan di PPN Palabuhanratu selama lima tahun dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Produksi per jenis ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 No Nama ikan Rata-rata produksi ikan kg tahun 2005-2009 No Nama ikan Rata-rata produksi ikan kg tahun 2005- 2009 1 Alu-alu 2.151 16 Lobster 1.289 2 Bawal 1.039 17 Pari 15.105 3 Baronang 196.003 18 Pedang-pedang 42.264 4 Cakalang 839.467 19 Peperek 158.167 5 Cendro 6.360 20 Sunglir 4.175 6 Cucut lanyam 19.199 21 Swangi camawul 5.320 7 Cumi 149 22 Tembang 706.875 8 Dencis sarden 2.773 23 Tenggiri 2.506 9 Deles 45.917 24 Teri 17.465 10 Eteman koyo 127.910 25 Tetengkek 7.432 11 Kembung 11.290 26 Tongkol 408.894 12 Kuwe 8.700 27 Bigeye tuna 960.119 13 Layang 115.912 28 Madidihang 797.871 14 Layaran 18.558 29 Udang rebon 64.186 15 Layur 192.951 30 Lainnya 73.880 Sumber : Data statistik PPN Palabuhanratu Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa rata-rata produksi beberapa jenis ikan terbesar yang didaratkan selama lima tahun berturut-turut dimulai tahun 2005 sampai 2009. Cakalang merupakan ikan pelagis kecil yang didaratkan di PPN Palabuharatu dengan produksi sangat melimpah diantara ikan-ikan lainnya, rata- rata produksi cakalang mencapai 839.467 kg selama lima tahun. Namun untuk pelagis besar hanya ada dua ikan yang mendominasi, yaitu bigeye tuna dan madidihang dengan masig-masing rata-rata produksi 14.960.119 kg dan 797.871 kg. Produksi yang melimpah pada tuna disebabkan fishing ground tuna sangat luas dan cenderung di zona eklusif ekonomi yang jaraknya 100 sampai 200 mill dari garis pantai. Produksi ikan di PPN Palabuhanratu terdiri dari dua jenis, yaitu produksi yang berasal dari laut dan produksi ikan yang berasal dari daerah lain melalui jalan darat. Produksi ikan yang berasal dari laut adalah ikan yang ditangkap oleh nelayan di laut menggunakan kapal perikanan, sedangkan produksi ikan yang berasal dari daerah lain adalah ikan yang dibawa dari luar pelabuhan melalui jalan darat dengan menggunakan mobil bak terbuka meliputi daerah Jakarta, Cisolok, Ujung Genteng, Binuangen, Cidaun, Loji, Lampung, Indramayu, dan Juwana Jawa Tengah. Selain daerah-daerah tersebut, terdapat enam PPI yang memberikan konstribusi ke PPN Palabuhanratu yaitu PPI Mina Jaya-Kecamatan Surade, PPI Ujung Genteng-Kecamatan Ciracap, PPI Ciwaru-Kecamatan Ciomas, PPI Loji-Kecamatan Simpenan, PPI Cisolok-Kecamatan Cisolok dan PPI Cibangan-Kecamatan Cisolok Yuliastuti, 2010.

4.4.2 Nilai produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu

Nilai produksi ikan adalah nilai yang diberikan terhadap jumlah hasil tangkapan satuan rupiah. Nilai produksi yang didaratkan di PPN Palabuhanratu selama lima tahun dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Nilai produksi per jenis ikan yang di daratkan di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 No Nama ikan Rata-rata nilai produksi ikan Rp tahun 2005- 2009 No Nama ikan Rata-rata nilai produksi ikan Rp tahun 2005- 2009 1 Alu-alu 12.215.000 16 Lobster 38.248.990 2 Bawal 14.454.500 17 Pari 47.276.754 3 Baronang 242.510.504 18 Pedang-pedang 590.861.079 4 Cakalang 4.885.492.711 19 Peperek 326.663.436 5 Cendro 23.289.920 20 Sunglir 15.633.572 6 Cucut lanyam 216.114.756 21 Swangi camawul 24.917.845 7 Cumi 1.961.200 22 Tembang 1.511.659.136 8 Dencis sarden 9.005.606 23 Tenggiri 40.118.506 9 Deles 898.988.789 24 Teri 98.359.034 10 Eteman koyo 398.919.963 25 Tetengkek 31.803.637 11 Kembung 100.752.952 26 Tongkol 2.102.885.950 12 Kuwe 95.362.892 27 Bigeye tuna 14.591.294.681 13 Layang 475.231.768 28 Madidihang 8.623.010.739 14 Layaran 202.513.260 29 Udang rebon 165.112.330 15 Layur 1.548.054.715 30 Lainnya 422.099.921 Sumber : Data statistik PPN Palabuhanratu Nilai produksi ikan yang terbesar berdasarkan Tabel 5 adalah ikan tuna. Kedua tuna mendominasi untuk nilai produksi yang dihimpun selama lima tahun terakhir. Nilai produksi bigeye tuna berada pada Rp 14.591.294.6 81,-tahun. Jumlah nilai produksi yang sangat tinggi di antara ikan-ikan lainnya, hal tersebut berkaitan erat dengan permintaan pasar yang terus meningkat ke pasar internasional seperti Jepang, Uni Eropa, dan Amerika. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Produksi madidihang di PPN Palabuhanratu

Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu memiliki kuantitas yang tergolong cukup banyak dalam hal jenis, diantaranya adalah : ikan tuna, teri, tongkol, lobster, pari, manyung, dan lain-lain. Ikan-ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu berjumlah 30 jenis ikan PPN Palabuhanratu, 2005-2009. Total produksi madidihang di PPN Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 6 yang dihimpun dari tahun 2005 sampai 2009. Tabel 6 Total produksi madidihang yang didaratkan di PPN Palabuhanratu dari tahun 2005-2009 Bulan Total Produksi kg 2005 2006 2007 2008 2009 1 131.709 126.785 82.878 107.797 21.699 2 134.554 99.223 52.619 54.669 16.876 3 175.948 88.760 32.598 34.681 18.859 4 183.615 43.687 24.341 37.649 26.059 5 148.770 80.005 15.807 35.448 44.984 6 183.898 75.250 65.514 111.189 109.464 7 171.166 30.525 59.420 56.053 73.287 8 100.702 29.455 88.757 26.077 57.823 9 45.265 39.559 41.711 25.387 42.458 10 60.721 6.255 34.320 45.834 54.571 11 39.211 22.988 66.423 15.390 40.699 12 119.546 35.350 118.883 40.383 35.805 Total 1.495.105 677.842 683.271 590.557 542.584 Sumber : Data Statistik PPN Palabuhanratu Berdasarkan Tabel 6, produksi madidihang pada tiap tahunnya mengalami pergerakan yang fluktuatif, hal tersebut menjadi hal yang dikhawatirkan bagi pengusaha kapal long line dan kapal pancing tonda yang mana hasil tangkapan utamanya adalah ikan tuna dimana salah satu jenisnya adalah madidihang. Dapat dilihat dari jumlah tangkapan yang tidak stabil setiap tahunnya, dan lebih mengarah pada penurunan produksi. Hasil tangkapan yang sangat banyak pada lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2005 yang mencapai total produksi sampai 1.495.105 kg, dan ironisnya terus menurun hingga 2009.

5.1.2 Penanganan madidihang pada kapal long line 1

Penanganan madidihang di kapal long line Penanganan saat di kapal merupakan tahap berikutnya setelah penangkapan, sebelum melakukan penanganan lebih lanjut, berbagai persiapan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Penanganan madidihang dimulai saat ikan diangkat dari air ke dek kapal, pengangkatan madidihang tidak boleh sembarangan, perlu pengalaman dan ketelitian. Mengangkat madidihang dapat menggunakan ganco, yakni dengan cara mengaitkan mata ganco pada tutup insang, namun jika ABK tidak mampu mengangkat madidihang dengan satu ganco, dapat dibantu dengan ganco yang lain dan dikaitkan pada bagian perut, hal tersebut harus dilakukan dengan hati-hati. Madidihang yang diangkat ke dek kapal tidak semua dalam keadaan hidup, beberapa diantaranya telah mati di laut. Penanganan madidihang yang telah mati lebih mudah daripada madidihang yang masih hidup karena harus segera dimatikan, agar madidihang tidak menggelepar dengan hebat yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas daging. Cara mematikan madidihang paling cepat adalah dengan cara menusukkan alat tusuk tajam diantara dua mata madidihang, cara tersebut lebih efektif untuk mematikan madidihang daripada menggunakan martil karena ditakutkan ikan akan menggelepar lagi jika tidak dilakukan dengan sempurna dan juga dapat menimbulkan kerusakan pada bagian kepala ikan. Langkah berikutnya setelah mematikan ikan adalah menghentikan pendarahan, lalu melakukan penyiangan, penyiangan dilakukan agar madidihang tidak terkontaminasi dengan bakteri melalui insang, oleh karena itu insang harus segera dibuang dari tubuh madidihang. Langkah selanjutnya membersihkan bagian insang dengan air kemudian menyikatnya sampai bersih dari bekas darah dan kotoran yang menempel saat penanganan di dek kapal. Mulut madidihang diikat dengan kabel nilon nylon cable tie, ini bertujuan untuk menutup mulut madidihang sewaktu disimpan di dalam palka agar tidak merobek plastik kemasan jika tidak dilakukan pengikatan, selanjutnya dikemas dengan plastik dan di masukkan ke dalam palka yang berisikan air laut dingin dengan suhu -1,2 o C, suhu dicek terus agar tidak terjadi penurunan selama perjalanan menuju pelabuhan. Penggunaan plastik kemasan pada madidihang bertujuan untuk menghindari dari gesekan yang berlebihan dengan madidihang lainnya di dalam palka serta menjaga penampilan fisik madidihang tetap baik, cemerlang dan tidak memiliki goresan yang dapat menurunkan kualitas penampilan madidihang. 2 Penanganan madidihang di PPN Palabuhanratu Jalur penanganan madidihang terbilang panjang, penanganannya tidak hanya di kapal saja namun akan terus berlanjut sampai penanganan di darat, tepatnya di pelabuhan. Penanganan di pelabuhan tidak kalah sibuknya dengan penanganan di kapal, kesibukan akan terlihat saat ABK mulai melakukan persiapan pembongkaran madidihang sampai pengangkatan madidihang ke dalam mobil boks berpendingin dilakukan. ABK mempunyai job discription masing- masing, agar saat bekerja tidak salah pengertian dan penumpukan dalam satu kegiatan. Kecekatan, ketelitian, dan kehati-hatian merupakan hal yang wajib dimilki oleh setiap diri ABK dalam penanganan madidihang baik di darat maupun di laut. Waktu kedatangan kapal long line dan pembongkaran madidihang terlebih dahulu diberitahukan oleh pengurus kapal long line kepada pihak pelabuhan bagian Pos Pelayanan Terpadu Posyandu. Hal tersebut diperlukan oleh petugas Posyandu untuk mencatat hasil tangkapan saat pembongkaran dilakukan baik dari jenis ikan, ukuran, maupun bobot ikan, data yang diperoleh akan diolah menjadi data statistik yang akan dikeluarkan setiap tahun. 1 Persiapan pembongkaran Kapal long line yang akan bertambat ke darmaga II di PPN Palabuhanratu biasanya datang pada pukul 3 sampai pukul 7 pagi. Kapal long line akan bersandar di darmaga tanpa ada kegiatan sementara waktu dan ABK dapat beristirahat sejenak sebelum persiapan pembongkaran dilakukan. Pembongkaran biasanya dilakukan pada siang hari sampai menjelang senja, persiapan pembongkaran dilakukan 30 menit sebelumnya. Banyak hal yang dipersiapkan dari hal kecil, seperti mengasah pisau, menggunakan sepatu boat, sarung tangan sampai hal yang terpenting, seperti mendatangkan mobil boks berpendingin, menyediakan es curah, pemasangan terpal, dan conveyor. Pada tahap awal dalam persiapan penanganan adalah mengurangi debit air di dalam palka dengan menggunakan alat penyedot air, tahapan ini dilakukan untuk memudahkan pengangkatan madidihang dari dalam palka saat pembongkaran nantinya. Kemudian mendatangkan mobil boks berpendingin dan mobil pengangkut es, lalu secara bertahap es mulai dihancurkan, jumlah balok es yang digunakan disesuaikan dengan banyaknya madidihang yang akan dibongkar. Perbandingan balok es yang digunakan adalah empat balok es untuk satu ekor madidihang. Pemasangan terpal disesuaikan dengan kondisi cuaca saat itu, bila pembongkaran dilakukan pada siang hari dengan kondisi hujan gerimis, pemasangan terpal tetap dilakukan untuk melindungi madidihang dari air hujan dan kenaikan suhu pada ikan, jika pembongkaran dilakukan pada waktu senja, pemasangan terpal tidak terlalu ditekankan, tergantung kondisi cuaca pada waktu itu, proses persiapan penanganan dapat dilihat pada Gambar 6 sampai 9. Secara bertahap es mulai dihancurkan, jumlah balok es yang digunakan disesuaikan dengan banyaknya madidihang yang akan dibongkar Es dimasukkan ke dalam boks mobil sebagai lapisan permukaan agar tidak menyentuh secara langsung pada dinding berbahan metal yang dapat menghantarkan kalor Mobil boks berpendingin dan mobil pengangkut es disiapkan Debit air di dalam palka dikuras dengan mengunakan alat penyedot air Pemasangan terpal untuk melindungi madidihang dari sinar matahari Gambar 6 Diagram alir persiapan penanganan pembongkaran madidihang pada kapal long line Gambar 7 Proses pengurangan debit air di dalam palka Gambar 8 Proses penghancuran es Gambar 9 Pemasangan terpal untuk melindungi madidihang dari sinar matahari 2 Penanganan saat pembongkaran Penanganan madidihang harus dilakukan dengan cepat, ketika persiapan telah selesai tepatnya saat es curah sudah dimasukkan ke dalam mobil boks berpendingin sebagai alas madidihang, maka pengurus kapal long line akan menginstruksikan kepada ABK untuk mengangkat madidihang dari palka untuk dilakukan proses pemindahan. Proses pembongkaran madidihang dari dalam palka dilakukan oleh 5-7 orang, tergantung bobot madidihang yang akan dibongkar. Penggunaan ganco tidak boleh sembarangan, saat mengganco harus pada bagian insang dan dibantu dengan beberapa ABK lainnya dengan mengaitkan tali pada ekor madidihang untuk mempercepat proses pemindahan. Perlakukan seperti ini dilakukan pada kapal long line yang tidak memiliki katrol sebagai alat yang berfungsi untuk mengangkat tuna dari dalam palka. Pada saat pembongkaran berlangsung sesekali madidihang terbanting dek kapal, hal tersebut terjadi karena pegangan ABK dengan plastik kemasan telepas sehingga ikan mengenai lantai kapal dek, hal tersebut dapat berdampak pada berkurangnya kekenyalan daging ikan. Pada Gambar 10 akan disajikan proses pembongkaran madidihang dari dalam palka. Gambar 10 Proses pembongkaran madidihang dari dalam palka Sewaktu madidihang telah diangkat dari dalam palka, alas berbusa telah disiapkan terlebih dahulu dan diletakkan di samping mulut palka. Alas busa digunakan sebagai tempat peletakan madidihang saat berada di dek kapal, lalu kemasan plastik dibuka dengan pisau, membuka plastik menggunakan pisau sebenarnya sangat berisiko akan menggores tubuh madidihang dan dapat merangsang masuknya bakteri. Daging yang tergores akibat pisau pada tubuh ikan akan mempermudah introduksi dan serangan bakteri pembusuk, sehingga laju pembusukan jauh lebih cepat berlangsung dari pada ikan utuh normal Ilyas, 1983, namun pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ABK kapal long line menyobek plastik kemasan dengan sangat berhati-hati sehingga tidak ada tubuh madidihang yang terkena sayatan pisau. Kemudian dilanjutkan dengan pemotongan kabel nilon nylon cable tie yang mengunci mulut madidihang, lalu mengaitkan ganco pada insang untuk menarik madidihang dari dek kapal melalui conveyor ke darat. Adapun proses penarikan madidihang dari dek ke darat menggunakan conveyor dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Proses pemindahan madidihang melalui conveyor Kegiatan berikutnya setelah madidihang di darat adalah memasukkan sejumlah es kedalam insang sehingga memenuhi penutup insang, lalu ikan diangkut ke dalam mobil boks berpendingin. Selanjutnya dilakukan penaburan es pada setiap sisi tubuh madidihang sehingga terlihat seperti diselimuti oleh es. Pada Gambar 12 disajikan proses pengangkatan madidihang ke dalam mobil boks berpendingin. Gambar 12 Madidihang diangkat ke dalam mobil boks berpendingin 3 Penampilan fisik madidihang yang didaratkan kapal long line di PPN Palabuhanratu Penilaian awal tuna terutama madidihang adalah dari penampilan fisik luar. Tubuh madidihang bebas dari sayatan dan goresan, bau ikan masih segar, daging ikan masih elastis bila ditekan, bobot ikan, dan tampilan ikan segar. Penilaian awal merupakan hal penting yang dilakukan sebelum pengecekan berikutnya pada ruang proses seperti pengecekan kualitas daging, warna daging, kandungan lemak, tekstur dan rasa. Madidihang yang didaratkan di PPN Palabuhanratu khususnya hasil tangkapan dari kapal long line memiliki tampilan luar yang terlihat segar, dan warna tubuh ikan terlihat sangat cemerlang. 4 Kondisi madidihang yang didaratkan kapal long line di PPN Palabuhanratu Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara dengan beberapa pihak terkait, seperti pengurus kapal long line dan petugas pelabuhan, terdapat cacat pada sejumlah madidihang yang didaratkan. Madidihang yang didaratkan beberapa diantaranya masih dibawah standar bobot yang diberlakukan yaitu 17 kg, kemudian terdapat kondisi dimana warna daging madidihang berubah kecoklatan agak kemerahan. Selain warna daging yang berubah, daging madidihang kurang kenyal, diikuti dengan warna daging yang memudar, beberapa masalah diatas tersaji pada Tabel 7 berikut. Tabel 7 Proporsi tipe cacat dengan jumlah cacat madidihang yang didaratkan kapal long line di PPN Palabuhanratu Tipe Cacat Jumlah cacat ekor Jumlah kumulatif Persentase cacat Persentase kumulatif Bobot kurang dari 17 Kg 50 50 39,37 39,37 Warna daging coklat kemerahan 40 90 31,50 70,87 Daging kurang kenyal 20 110 15,75 86,61 Warna daging memudar 17 127 13,39 100 Jumlah 127 Sumber: Hasil wawancara yang telah diolah kembali Penanganan ikan dapat diartikan sebagai suatu tahapan yang diberikan pada ikan sejak ditangkap diangkat dari perairan, didaratkan, dan diangkut ke tempat pengecekan kualitas, lalu diditribusikan ke negara tujuan ekspor atau beberapa diantaranya dipasarkan lokal. Penanganan yang dilakukan harus berada pada koridor yang baik agar sifat-sifat alami ikan tidak berubah, dengan pengertian lain ikan diusakan segar seperti baru ditangkap. Berdasarkan Tabel 7, didapatkan informasi bahwa sejumlah madidihang mengalami kemunduran mutu, sedangkan penanganannya sudah begitu ketat. Beberapa tipe cacat yang diamati merupakan faktor-faktor kemunduran alami dari tubuh ikan diikuti dengan penanganan yang kurang cermat, dan tanggap. Perubahan kualitas terjadi setelah ikan mati, namun perubahan itu akan menjadi lebih parah ketika penanganan tidak dilakukan dengan baik. Mengingat tidak semua madidihang yang diangkat ke atas kapal dalam kondisi hidup sehingga perubahan secara kimiawi pada tubuh ikan tidak dapat dikontrol, berbeda dengan madidihang yang masih hidup, kualitasnya masih sangat prima dan tergantung penanganan yang dilakukan pada tahapan berikutnya dimulai dari cara mematikan ikan yang baik dan cepat. Pada Gambar 13 disajikan beberapa tipe cacat yang mendominasi dalam proses penanganan madidihang pada kapal long line. 50 40 20 17 39.37 70.87 86.61 100 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 10 20 30 40 50 60 Bobot kurang dari 17 Kg Warna daging coklat kemerahan Daging kurang kenyal Warna daging memudar Persentase kumulatif Jumlah cacat ekor Gambar 13 Diagram pareto madidihang Thunnus albacares yang didaratkan kapal long line Berdasarkan Gambar 13, tipe cacat yang mendominasi dalam penanganan madidihang yang didaratkan kapal long line adalah bobot ikan kurang dari 17 kg dengan jumlah 50 ekor serta proporsinya sebesar 39,37 , dan diikuti dengan warna daging coklat kemerahan dengan jumlah 40 ekor serta proporsinya sebesar 70,87 . 5 Perubahan nilai organoleptik madidihang yang didaratkan kapal long line Kondisi madidihang yang dibongkar di PPN Palabuhanratu oleh kapal long line memiliki tampilan yang baik dan terlihat segar, sehingga diperlukan pengamatan lebih lanjut dengan membandingkan pengamatan di lapangan dengan parameter yang telah berlaku. Parameter atau kriteria untuk menentukan kesegaran ikan dapat dilakukan salah satunya dengan penentuan nilai organoleptik. Organoleptik adalah cara penilaian dengan menggunakan indera manusia. Pengujian organoleptik pada penelitian ini tertuju pada kondisi mata, dinding perut, konsistensi, dan bau yang terdapat pada tubuh madidihang. Pengamatan di lapangan dan dibantu dengan pengujian organoleptik menunjukkan bahwa penilaian pada mata, dinding perut, konsistensi, dan bau pada kondisi yang baik. Pada organ tubuh seperti mata rata-rata memiliki nilai sebesar 7,6 dengan kisaran penilaian dari 7 sampai 8. Pada bagian tubuh madidihang seperti dinding perut rata-rata memiliki nilai 8,45 dengan kisaran penilaian dari 8 sampai 9. Untuk konsistensi dan kepadatan daging memiliki nilai yang optimal dengan nilai 9, sedangkan bau yang tercium segar dengan nilai 8. Pada Gambar 14 akan disajikan pengamatan pada beberapa bagian tubuh madidihang yang didaratkan kapal long line. 2. Dinding perut daging, dinding perut dengan kondisi utuh 1. Mata pupil berwarna abu-abu, kornea keruh Gambar 14 Tampilan beberapa bagian tubuh madidihang yang didaratkan kapal long line di PPN Palabuhanratu, 1 mata, 2 dinding perut Berdasarkan Gambar 14, terlihat beberapa bagian tubuh madidihang yang terlihat setelah pembongkaran dilakukan. Bagian tubuh madidihang seperti mata terlihat keruh pada bagian kornea, pupil tidak tampak cerah, kondisi ini Tabel 8 Pengamatan organoleptik pada beberapa bagian tubuh madidihang yang didaratkan kapal long line di PPN Palabuhanratu Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan bahwa beberapa bagian tubuh madidihang memiliki kisaran nilai pengamatan yang berbeda-beda. Pada bagian mata nilai yang tertinggi adalah 8, sedangkan nilai terendah adalah 7. Pada bagian tubuh seperti dinding perut variasi nilai terlihat sangat baik, nilai yang didapat berkisar antara 8 sampai 9. Pada bagian konsistensi terlihat sangat sempurna, nilai yang diperoleh sangat optimal yaitu 9. disebabkan oleh matinya beberapa jaringan mati setelah madidihang mati dan ditambah dengan perendaman yang lama saat penyimpanan di dalam palka yang bersuhu rendah sehingga mengakibatkan penurunan kecerahan pada kornea mata ikan. Untuk dinding perut masih dalam keadaan baik dan daging ikan yang masih utuh. Pengamatan organoleptik pada madidihang yang didaratkan kapal long line dapat dilihat pada Tabel 8. Jenis ikan Sampel ke- Pengamatan organoleptik Mata Dinding perut Konsistensi Bau Thunnus albacares Madidihang 1 8 9 9 8 2 8 9 9 8 3 8 9 9 8 4 8 9 9 8 5 8 8 9 8 6 7 9 9 8 7 8 8 9 8 8 8 9 9 8 9 8 9 9 8 10 7 8 9 8 11 8 9 9 8 12 7 9 9 8 13 8 8 9 8 14 7 8 9 8 15 8 8 9 8 16 7 8 9 8 17 8 8 9 8 18 7 8 9 8 19 7 8 9 8 20 7 8 9 8 Rata-rata 7 ,6 8,45 9 8 Kisaran 7-8 8-9 9 8 6 Analisis fluktuas utu madi ang yang daratkan ka long line Madidihang mpunyai sifat mudah rusak perishable, sehingga dalam penanganannya harus maksi Permintaan madidihang untuk di ekspor ke luar negeri terutama Jepang masih tergolong baik Suharno Santoso, 2008, yang berkesinambungan, terus menerus dan kualitas madidihang yang tidaksesuaian yang dihasilkan dari suatu roses. Untuk menganilisisnya, dilakukan pengamatan langsung pada proses ari i m dih di pal segar me mal. sehingga untuk memenuhi kebutuhan permintaan ekspor, diperlukan produksi madidihang dijaga dengan baik, walaupun produksi yang dihasilkan dalam jumlah besar, hal ini tidak membuat penanganan menjadi menurun, namun sebaliknya penanganan akan semakin dijaga dengan baik. Untuk mengetahui apakah produksi madidihang berada dalam proses pengendalian atau tidak, diperlukan parameter pengendalian, salah satunya yaitu peta kendali np. Peta kendali np adalah peta kendali yang digunakan untuk memantau jumlah ke p pendaratan tuna, kemudian mencatat jumlah tuna yang tidak layak ekspor, d pengamatan diperoleh data seperti disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Perbandingan jumlah madidihang yang tidak layak ekspor dengan beberapa batasan pengendalian yang didaratkan kapal long line No ulangan Jumlah sampel Jumlah cacat ekor Proporsi CL UCL LCL 1 91 5 0,05 4,17 10,14 -1,8 2 91 7 0,08 4,17 10,14 -1,8 3 91 4 0,04 4,17 10,14 -1,8 4 91 5 0,05 4,17 10,14 -1,8 5 91 3 0,03 4,17 10,14 -1,8 6 91 4 0,04 4,17 10,14 -1,8 7 91 2 0,02 4,17 10,14 -1,8 8 91 5 0,05 4,17 10,14 -1,8 9 91 2 0,02 4,17 10,14 -1,8 10 91 4 0,04 4,17 10,14 -1,8 11 91 5 0,05 4,17 10,14 -1,8 12 91 4 0,04 4,17 10,14 -1,8 Total 1092 50 p 4,17 0,05 mpel yang digunakan pada setiap subgrub sebanyak 91 ekor madidihang, pengam akuk rapa kapal long line dengan waktu yang beda-beda. gamatan pada jumlah cacat m a Jumlah sa atan dil an pada bebe ber Pen adidih ng di PPN Palabu ratu berdas n bobot didihang yang kurang dari 17 kg, berdasa an hasil wa cara denga etugas pel an l b madidihang dengan bobot kurang dari 17 kg merupakan produk yang tidak layak ekspor. Rentang bobot madidihang yang didaratkan kapal long kg, hal tersebut disebabkan oleh tidak tersedianya ruang pem sehingga pengamatan cacat hanya tertuju pada bobot ku a g . Namun penanganan yang diterapkan cukup baik, setiap ABK berusaha m ikan an cepat berhati-ha Pada Gam 15 j a pengendalian m kurang dari 17 kg yang didaratkan di anratu. Keterangan : CL = Center Limit batas tengah UCL = Upper Control Limit Batas atas LCL = Lower Control Limit batas bawah Berdasarkan Gambar 15, dapat dilihat bahwa produksi madidihang yang didaratkan kapal long line masih berada dalam proses pengendalian, karena titik- titik pada setiap proses belum melewati batas atas dan batas bawah. Contoh perhitungan peta kendali np madidihang segar, dapat dilihat pada Lampiran 8. han arka ma rk wan n p abuh menje askan ahwa line berkisar 12-70 rosesan tuna yang rang d ri 17 k saja enangani deng dan ti. bar disa ikan b tasan adidihang berdasarkan bobot PPN Palabuh Gambar 15 Peta kendali madidihang Thunnus albacares yang didaratkan kapal long line 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jum lah cacat No ulangan CL UCL LCL Peta kendali np madidihang 7 Stabilitas komponen penanganan madidihang segar yang didaratkan kapal long line Penangkapan ikan yang baik tentunya harus mampu untuk menyelamatkan hasil tangkapannya sebaik mungkin. Kapal long line sebagai suatu armada penangkapan tidak dapat dilepaskan fokusnya untuk memperoleh hasil yang banyak, dalam hal ini dapat diartikan bahwa seluruh ABK selalu dituntut perhatiannya untuk menangani operasi penangkapan, sedangkan penanganan hasil tangkapan walaupun penting artinya dalam menyelamatkan produksi, tetap dijadikan masalah ke dua setelah operasi penangkapan. Penanganan madidihang segar yang dilakukan dengan baik saat di kapal dan pelabuhan ditentukan oleh beberapa faktor penting, yaitu: nelayan, metode Faktor-faktor penting yang terdapat dalam penanganan dapat dilihat pada diagram ada halaman Lampiran 10 dan 11. an penanganan madidihang di kapal dan elayan terutama ABK kapal long line. P an nelayan dalam penanganan madidihang tidak terlepas dari pengetahuan nelayan akan penanganan yang didapatkan dari pengalaman selama alu dilakukan penyiangan dan pengeluaran darah, mengikat mulut madidihang dengan kabel nilon penanganan, lingkungan, material, dan sarana yang digunakan saat penanganan. sebab akibat p 1 Nelayan Semua hal yang berhubungan deng pelabuhan tidak lepas dari perlakuan n enangkapan madidihang dalam jumlah besar menuntut kinerja ABK yang cepat dan hati-hati, namun jika kinerja yang baik tidak diimbangi dengan jumlah ABK yang mumpuni maka penanganan yang baik mustahil dilakukan. ABK kapal long line berjumlah 15-16 orang. Kemampu bertahun-tahun melaut di kapal long line. 2 Metode penanganan Penanganan dilakukan sejak madidihang diangkat ke atas kapal. Cara penanganan yang cepat dan tepat akan menentukan mutu ikan yang dihasilkan. Penanganan dimulai saat ikan diangkat dari air, kemudian madidihang yang masih hidup dimatikan terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pembersihan dengan mencuci madidihang dengan air laut dan menyikat bagian insang sampai bersih, l air dalam palka, menyiapkan es or, terpal, dan mobil boks berpendingin. Setelah persiapan 3 an mengalami perubahan suhu long line bersuhu -1,2 o C merupakan suhu nylon cable tie selanjutnya dilakukan pengemasan menggunakan kantung plastik khusus, setelah itu madidihang disimpan dalam penyimpanan sementara yaitu di dalam palka berisikan air laut dingin dengan suhu -1,2 o C, suhu terus dicek agar tidak ada kenaikan yang signifikan. Dilanjutkan pada penanganan saat didarat, mengurangi debit curah, convey selesai, pembongkaran mulai dilakukan dengan mengangkat madidihang dari dalam palka, kemudian membuka kemasan plastik, setelah itu ditarik ke darat menggunakan ganco dan dibantu dengan conveyor, pengisian es pada bagian insang, lalu dipindahkan ke dalam mobil boks berpendingin. Pada Gambar 16 disajikan penanganan saat di kapal dan saat pembongkaran pada kapal long line. Lingkungan Madidihang yang dibongkar dari palka dan diangkat menuju darat saat dilakukannya pembongkaran di pelabuh ruangan. Palka kapal penyimpanan madidihang saat di laut, namun suhu akan berubah saat perpindahan madidihang dari palka menuju darat yang suhunya tidak sama dengan suhu palka, suhu di darat biasanya 25 o C jika diasumsikan dengan suhu ruangan yang mana suhunya dapat berubah-ubah karena terjadi perubahan musim, seperti musim kemarau dan musim hujan, sehingga saat pendistribusian madidihang dari palka menuju darat harus dilakukan dengan cepat dan harus didinginkan kembali menggunakan es saat dimasukkan ke dalam boks mobil berpendingin. Gambar 16 Diagram alir penanganan m ng line Material Dalam penanganan madidihang diperlukan bahan-bahan yang mendukung untuk terjaganya kualitas. Bahan- ia yang digunakan untuk mendinginkan telah didinginkan menggunakan refrigerator, pisau, nylon cable tie untuk adidihang segar pada kapal lo 4 bahan yang diperlukan yaitu : med madidihang seperti air laut yang Madidihang ditarik dari air dengan menggunakan ganco Madidihang yang hidup segera dimatikan dengan menusuk bagian lunak diantara kedua mata Madidihang disiangi, menghentikan aliran darah dengan memutuskan jantung ikan dan dibilas dengan air laut Madidihang dikemas menggunakan kantung plastik khusus Madidihang disimpan dalam palka berisikan air laut yang telah didinginkan menggunakan refrigerator bersuhu -1,2 o C Persiapan pembongkaran seperti, pengurangan debit air dari dalam palka, es curah, pemasangan terpal, conveyor, mobil boks berpendingin disiapkan Madidihang diangkat dari palka Plastik kemasan dibuka dan didistribusikan ke darat menggunakan conveyor P ng dan d e isian es pada bagian insang iangkat ke dalam mobil boks berpendingin Penanganan di kapal Penanganan di pelabuhan mengunci mulut madidihang, plastik kemasan, sejumlah balok es yang kemudian dihancurkan menjadi es curah, perbandingan es yang digunakan adalah empat es untuk satu tuk melindungi madidihang dari sin Sarana Sarana yang digunakan dalam pen a adalah palka, palka dilengkapi refrigera an air laut. Volume palka yang besar san an ikan dalam jumlah besar, kebersihan palka juga perlu diperhatikan, lalu penggunaan conveyor untuk memin ke darat. Alat penyedot air sangat berguna saat melakukan persiapan pembongkaran karena sejumlah air dalam palka h emudahkan pembongkaran, lalu mobil boks portasi didatangkan.

5.1.3 Penanganan madidihang pada kapal panc 1

Penanganan madidihang di kapal pancing tonda tidak jauh berbeda dengan masing- tonda m pancing ton yang dapat m kapal pancing tonda tidak m pendingin m madidihang. Adapun syarat penggunaan es harus mengikuti Keputusan Direktur Jenderal p Nomor: 264DPT.0PI.540.S4I09, yaitu: terbuat dari airair tidak ikan. ekor madidihang, pemasangan terpal un ar matahari. 5 anganan madidihang diantarany tor yang digunakan untuk mendingink gat mendukung dalam penyimpan dahkan madidihang dari kapal arus dikeluarkan agar m berpendingin sebagai sarana trans ing tonda Penanganan madidihang di kapal pancing tonda penanganan di kapal long line jika dilihat dari segi konsep yang diterapkan pada masing kapal yaitu penanganan suhu rendah. Namun pada kapal pancing emiliki perbedaan, yaitu dalam penyimpananan hasil tangkapan. Kapal da memiliki 2-3 palka dengan dimensi palka 1 x 1,2 x 1,5 m 3 pxlxt enampung madidihang sebanyak 20-70 kg pada tiap palka. Palka enggunakan refrigerator dan air laut sebagai elainkan menggunakan es curah sebagai media pendingin Perikanan Tangka laut yang memenuhi persyaratan, ditangani sesuai dengan persyaratan sanitasi, digunakan kembali untuk ikan lain, pasokan es jumlahnya mencukupi untuk kiri d 15, umpa layan tting dilakukan kecepatan kapal berkisar 1-2 knot. Penanganan mulai dilakukan saat madidihang diangkat dari air, pada saat adidihang ada ung kapal maka ABK emu al pancing tonda memiliki tempat yang terbatas untuk penanganan adid hang yang dapat kehilangan kelembaban dan menguapnya air dari daging ecara bertahap jika terpapar terlalu lama. Langkah selanjutnya adalah ema tubuh ikan Pada saat penangkapan dilakukan, ABK meletakkan pancing tonda di sisi an kanan kapal pada kayu yang telah dibuat khusus disebut taber Lampiran kemudian alat bantu penangkapan seperti layangan diterbangkan dimana n telah diikatkan terlebih dahulu pada tali pancingan lalu disambung pada gan, selama se diangkat dari air perlakuan yang dilakukan untuk mematikan m beberapa cara yaitu saat madidihang berada pada lamb m kul kepala madidihang dengan balok kayu atau martil sampai mati atau diangkat dari air sampai dek lalu madidihang ditusuk pada bagian kepala tepatnya bagian lunak yang terdapat antara sisi kiri dan kanan mata madidihang. Setelah ikan mati sempurna ABK segera melakukan proses penyiangan dengan membuang insang, isi perut, telur, dan membersihkan ikan dari darah yang mengalir saat penyiangan. Penanganan akan terasa sulit saat pengangkatan madidihang memiliki ukuran yang besar lebih dari 50 kg dan dalam jumlah yang banyak 2-3 ekor, mengingat kap m ihang, sehingga terpaparnya madidihang di dek kapal dengan sinar matahari merupakan hal yang tidak dapat dihindari karena kapal pancing tonda tidak memiliki atap yang berfungsi sebagai pelindung dari sinar matahari, hujan, dan cuaca yang tidak menentu, sehingga dapat mempengaruhi kualitas terutama kulit madidi s m sukkan es ke dalam tubuh madidihang dan memasukkan madidihang ke dalam palka, perbandingan es yang digunakan saat ikan berada di palka adalah tiga balok es telah dihancurkan untuk satu madidihang. Penyusunan es untuk madidihang perlu diperhatikan agar kalor yang mengalir pada tubuh madidihang dapat dikurangi dan menjaga suhu tetap turun. Penaburan es harus mengelilingi seluruh tubuh madidihang dari kepala sampai ekor dan diikuti dengan penyusunan madidihang lainnya. Sistem pembuangan sisa es yang mencair pada bagian dasar palka harus bekerja dengan ampai menjelang malam. Tidak banyak hal yang akan n di palabuhanratu, dan ke darat, lalu membuang sisa es yang ada di bagian baik, agar sisa es dapat terbuang keluar palka dan tidak menggenangi madidihang yang berada di dasar palka. 2 Penanganan madidihang di PPN Palabuhanratu Pendaratan hasil tangkapan pancing tonda seperti madidihang biasanya dilakukan pada waktu pagi s dikerjakan ABK kapal pancing tonda, mereka lebih cenderung beristirahat menunggu instruksi pembongkaran. Waktu kedatangan dan pendaratan ikan ke pelabuhan telah diberitahukan sebelumnya pada petugas pelabuhan bagian pencatatan hasil tangkapan untuk memudahkan melakukan pencatatan. Pada saat pembongkaran belum dilakukan, ABK kapal mengecek kembali kondisi madidihang di dalam palka dan es yang digunakan. Pembongkaran yang dilakukan saat pagi hari dan waktu malam hari, terkadang dilakukan dengan seadanya saja, madidihang di pindahkan dari palka ke darat dan diletakkan di atas alas tanpa terpal, mengigat kondisi cuaca palabuhanratu saat itu yang tidak menentu dengan hujan dapat turun kapan saja sehingga dapat mempengaruhi mutu madidihang. Terdapat kerusakan fisik seperti hancurnya kornea mata pada madidihang yang didaratka goresan sehingga mengurangi penilaian terhadap tampilan madidihang. Penanganan saat di darat pada hasil tangkapan pancing tonda tidaklah buruk namun kurang masimal. Adapun prosedur penanganan yang diterapkan kapal pancing tonda saat membongkar hasil tangkapannya adalah: 1 Menyiapkan es curah sesuai jumlah madidihang yang akan dibongkar, sementara itu mobil boks berpendingin didatangkan; 2 Madidihang diangkut insang hingga bersih; 3 Membasuh madidihang dengan air bersih dan mengelap tubuh madidihang dari kotoran yang menempel; 4 Menimbang bobot dan mengukur panjang madidihang; 5 Memasukkan es ke dalam insang dengan menggunakan bantuan alat; 6 Memasukkan madidihang ke dalam mobil boks yang sebelumnya telah dimasukkan es curah. Adapun proses penanganan madidihang yang diterapkan kapal pancing tonda disajikan pada Gambar 17 sampai 19. b Gambar 18 Penimbangan madidihang Gam ar 17 Tubuh madidihang dibasuh dengan lap yang telah dibasahi dengan air bersih Gambar 19 Es dimasukkan ke dalam bagian insang Penanganan yang dilakukan saat pembongkaran disajikan pada Gambar 20 diagram alir penanganan kapal pancing tonda. Es curah disiapkan dan mobil pengangkut Pembongkaran madidihang, sekaligus dilakukan pembersihan tubuh madidihang dari sisa es yang ada d an menghilangkan kotoran yang menempel Penimbangan dan pengukuran madidihang Pengisian es ke dalam insang madidihang agar menjaga kesabilan suhu Madidihang dipindahkan ke dalam mobil boks berpendingin dan disusun rapi Gambar 20 Diagram alir penanganan madidihang saat pembongkaran pada ka pal pancing tonda 3 Penampilan fisik madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda di PPN Pal Tampilan luar dari hasil tangkapan non budidaya seperti madidihang erup ngkapan kapal pancing tonda seperti m emiliki tampilan cukup baik pada mata dan warna kulit, n lit tidak begitu baik begitu juga oresan pada tubuh madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda masih lihat begitu jelas. Penggunaa ancing tonda dapat enyebabkan go ng melapisi tubuh adidihang dapat berisiko merusak dan menambah tekanan pada tubuh adidihang yang berada di bag jika pelapisan es disusun terlalu bal, sehingga kecermatan at menaburi es pada tubuh madidihang di dalam palka diharapkan dapat mengurangi kerusakan pada tubuh madidihang. 4 Kondisi madidihan l pancing tonda di PPN Palabuhanratu Berdasarkan hasil pe awancara dengan beberapa pihak terkait, seperti penguru tonda dan petugas pelabuhan, terdapat cacat pada sejum kan. Sejumlah madidihang dagin kurang kenyal, diikuti dengan warna daging coklat eme abuhanratu m akan hal yang penting dalam penilaian awal, diantaranya kesegaran, kelengkapan organ tubuh, adanya goresan atau tidak, dan lain-lain. Hasil ta adidihang m amun kecerahan ku g ter n es pada penanganan madidihang di kapal p resan pada tubuh madidihang. Es curah ya m m m ian bawah palka serta kehati-hatian sa te g yang didaratkan kapa ngamatan di lapangan dan w s kapal pancing lah madidihang yang didarat yang didaratkan tidak layak produksi karena masih dibawah standar bobot yang diberlakukan yaitu 17 kg. Pada pengamatan lainnya terdapat kondisi dimana g madidihang menjadi k rahan, kemudian warna daging yang memudar, serta terjadi kerusakan fisik yaitu rusaknya mata madidihang. Pada Tabel 10 terdapat beberapa tipe cacat berdasarkan bobot kurang dari 17 kg yang mendominasi dalam penanganan madidihang pada kapal pancing tonda. kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu cat fisik seperti mata rusak dapat disebabkan dari kesalahan dalam pada ikan yang berada pada posisi paling bawah dari palka. Cacat produksi seperti ambar 21 Diagram pareto madidihang Thunnus albacares yang didaratkan kapal pancing tonda madidihang adalah bobot ikan kurang dari 17 kg dengan jumlah 16 ekor serta Tabel 10 Proporsi tipe cacat dengan jumlah cacat madidihang yang didaratkan Sumber: Hasil wawancara yang telah diolah kembali Pada Tabel 10 terlihat bahwa mutu hasil tangkapan sudah menurun dan dapat dikatakan mengalami cacat produksi. Produksi hasil tangkapan yang mengalami ca Tipe cacat Jumlah cacat ekor Jumlah kumulatif Persentase cacat Persentase kumulatif Bobot kurang dari 17 kg 16 16 51,61 51,61 Daging kurang kenyal 6 22 19,35 70,97 Warna daging coklat kemerahan 4 26 12,90 83,87 Warna daging memudar 3 29 9,68 93,55 Mata ikan rusak 2 31 6,45 100 Jumlah 31 penyusunan ikan didalam palka dan tergerus dengan pecahan es, biasanya terjadi ini hanya terdapat pada hasil tangkapan pancing tonda, oleh karena itu penyusunan ikan di dalam palka harus diperhatikan lebih cermat. Pada Gambar 21 dapat dilihat diagram pareto madidihang pada kapal pancing tonda. 16 6 4 3 51.61 70.97 83.87 93.55 100 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Persentase kumulatif Jumlah cacat ekor 2 0.00 20.00 Bobot kurang dari 17 kg Daging kurang kenyal Warna daging coklat kemerahan Warna daging memudar Mata ikan rusak G Berdasarkan Gambar 21, tipe cacat yang mendominasi dalam penanganan proporsinya sebesar 51,61, dan diikuti dengan tekstur daging kurang kenyal dengan jumlah 6 ekor serta proporsinya sebesar 70,97. 5 oleptik adidihang yang didaratkan kapal adidihang yang dibongkar di PPN Palabuhanratu oleh kapal un terjadi beberapa kerusakan -rata memiliki nilai sebesar 7,65 dengan kisaran penilaian dari 7 sampai 9. Pada bagian tubuh madidihang seperti dinding perut rata-rata memiliki nilai 7,65 dengan kisaran penilaian dari 7 sampai 8. Untuk konsistensi dan kepadatan daging memiliki nilai yang baik dengan nilai 8, sedangkan bau yang tercium segar sehingga penilaian yang diberikan yaitu 8. Pada Gambar 22 akan disajikan pengamatan pada beberapa bagian tubuh madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda. tubuh madidihang yang rlihat setelah pembongkaran dilakukan. Bagian tubuh madidihang seperti mata Perubahan nilai organ m pancing tonda Kondisi m pancing tonda memiliki tampilan yang baik, nam akibat penanganan yang kurang baik. Salah satu parameter atau kriteria untuk menentukan kesegaran ikan dapat ditentukan dengan penentuan nilai organoleptik. Organoleptik adalah cara penilaian secara sensorik dengan pengamatan pada ikan secara langsung dan memberikan nilai berdasarkan ketentuan yang telah ada. Pengamatan di lapangan dapat dibantu dengan pengujian organoleptik yang menunjukkan bahwa penilaian pada mata, dinding perut, konsistensi, dan bau berada pada kondisi yang baik. Pada organ tubuh seperti mata rata Gambar 22 Tampilan beberapa bagian tubuh madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu, 1 mata, 2 dinding perut Berdasarkan Gambar 22, terlihat beberapa bagian 2. Dinding perut daging, dinding perut 1. Mata cerah kornea jernih dengan kondisi utuh te yang tidak begitu lama sekitar 3-4. Untuk dinding perut masih dalam keadaan Pada pengamatan di lapangan m ngkapan pancing tonda memiliki tampilan yang sangat baik pada mata. Pada kornea mata, hal tersebut tidak dim mu pada sebagian madidihang yang berada pada bagian paling bawah dari palka, terlihat jernih pada bagian kornea, hal tersebut disebabkan oleh penyimpanan baik dengan daging ikan yang masih utuh. Pengamatan organoleptik pada madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Pengamatan organoleptik pada beberapa bagian tubuh madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu Jenis ikan Sampel ke- Pengamatan Organoleptik Mata Dinding Konsistensi Bau perut Thunnus albacares Madidihang 1 8 8 8 8 2 8 8 8 8 3 8 7 8 8 4 8 7 8 8 5 8 8 8 8 6 9 7 8 8 7 8 8 8 8 8 8 7 8 8 9 8 7 8 8 10 7 8 8 8 11 8 7 8 8 12 7 7 8 8 13 8 8 8 8 14 9 8 8 8 15 8 8 8 8 16 9 8 8 8 17 8 8 8 8 18 9 8 8 8 19 7 8 8 8 20 7 8 8 8 Rata-rata 7,65 7,65 8 8 Kisaran 7-9 7-8 8 8 enunjukkan bahwa beberapa hasil ta bagian mata madidihang yang didaratkan terlihat jernih pada bagian pupil dan ilki oleh hasil tangkapan kapal long line karena se a hasil tangkapannya direndam di dalam air bersuhu -1,2 o C sampai 1,5 o C dan disimpan dalam waktu yang cukup lama sekitar 7-10 hari penyimpanan, sedangkan kapal pancing tonda meyimpan madidihang tidak begitu lama, berkisar 3-4 hari dengan suhu palka 3-4 o C. Namun efek penggunaan es dapat merugikan . baik sepe da bagian mata memiliki nilai yang menyebar dari 7 sa mata masih terjaga keasliannya pada beberapa madidihang yang didaratkan. Untuk dinding perut masih berada pada kondisi yang baik walaupun sudah dihilangkan bagian dalaman perut seperti, kandung telur, telur, dan isi perut, namun pada bagian ini sisik mudah terlepas dan kulit perut sedikit mudah mengelupas. Konsistensi sih baik, terlihat dari daya ungkit daging ikan saat tekan akan ke ali lagi dan tidak meninggalkan bekas jari. Bau ma segar karena penanganan suhu rendah dapat menetralkan bau serta menurunkan kerja bakteri pembusuk yang menyebabkan bau yang tidak sedap pada ikan. 6 Analisis fluktuasi mutu madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda Produksi madidihang yang diharapkan an berkesina menerus berhubungan dengan mu yang akan capai, yaitu d an pengen lian penanganan terhadap hasil tangkapan agar produksi dapat terus berjalan. Untuk m kah p uksi madidihang bera dalam proses pengendalian atau tidak, diperlukan parameter pengendalian, salah satunya yaitu peta kendali np. Peta kendali np adalah peta kendali yang digunakan untuk memantau jumlah ketidaksesuaian yang dihasilkan dari suatu proses. Untuk menganilisisnya, dilakukan pengamatan langsung pada proses pendaratan madidihang, kem ian mencatat jumlah tuna yang tidak layak ekspor. Dari pengam n diperole ata seperti disajikan pada Tabel 12. penyusunan yang kurang baik akan menambah tekanan sehingga dapat memberikan efek rusak pada bagian lunak pada tubuh madidihang seperti mata Berdasarkan Tabel 11, terlihat beberapa bagian tubuh serta pencitraan yang rti konstistensi elastisitas dan bau yang baik. Pa mpai dengan 9, tampilan ma di mb sih ak mbungan dan terus tu di eng da engetahui apa rod da ud ata h d abel 12 Perbandingan jumlah madidihang yang tidak layak ekspor dengan enanganan yang baik menjadi hal yang harus ipahami setiap ABK kapal pancing tonda, kecepatan, kebersihan, dan kehati- disajikan peta kendali madidihang berdasarkan bobot kurang dari 17 kg yang T beberapa batasan pengedalian yang didaratkan kapal pancing tonda No ulangan Jumlah Sampel Jumlah Cacat Proporsi CL UCL LCL 1 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 2 5 2 0,4 1,33 4,33 -1,63 3 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 4 5 2 0,4 1,33 4,33 -1,63 5 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 6 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 7 5 2 0,4 1,33 4,33 -1,63 8 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 9 5 2 0,4 1,33 4,33 -1,63 10 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 11 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 12 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 Total 60 16 pengamatan didasarkan pada bobot madidihang yang kurang dari 17 kg, berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pelabuhan menjelaskan bahwa madidihang dengan bobot kurang dari 17 kg merupakan produk yang tidak layak ekspor, sedangkan rentang bobot madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda berkisar 11-68 kg, hal tersebut disebabkan oleh tidak tersedianya ruang pemrosesan tuna sehingga pengamatan cacat hanya tertuju pada bobot yang kurang dari 17 kg saja. Tidak dapat dipungkiri bahwa mutu awal madidihang yang buruk tidak dapat diubah menjadi berkualitas baik walaupun ditangani dengan penanganan yang sangat baik. P p 1,33 0,27 d hatian menjadi kunci utama dalam penanganan madidihang. Pada Gambar 23 didaratkan kapal pancing tonda. Ga l p Keterangan : CL batas tengah UCL imit batas atas LCL = ower Contro imit batas bawah erdasarkan mbar 23, dapat dilihat bahwa produksi madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda masih berada dalam titik-titik pada setiap oses belum m wati batas a an ba C perhitungan peta kendali np madidiha segar, dapat at Lam tas komponen penang madidih segar yang didaratkan Peta kendali madidihang Thunnus albacares yang didaratkan kap 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 LCL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jum lah cacat No ulangan CL UCL Peta Kendali np Madidihang mbar 23 a ancing tonda = Center Limit = Upper Control L L l L B Ga proses pengendalian, karena pr ele tas d batas wah. ontoh ng dilih pada piran 9. anan ang 7 Stabili kapal pancing tonda Penanganan yang diterapkan kapal pancing tonda termasuk baik, namun memiliki beberapa kendala yang membuat menurunnya mutu hasil tangkapan. Penurunan mutu bisa terjadi saat penanganan di laut, sewaktu ikan ditangkap dan diangkat ke atas kapal, ikan menggelepar dengan hebat dan tidak segera dimatikan sehingga proses kejang pada ikan rigormortis dapat terjadi dengan singkat dan hal ini tidak baik untuk mutu ikan. Penurunan mutu dapat terjadi saat penyusunan es dan ikan, hubungan waktu dengan kegiatan pembongkaran juga dapat memberi pengaruh terhadap mutu madidihang. Untuk mengetahui Penanganan madidihang at pada diagram sebab akibat pada halaman ampiran 12 dan 13. Nelayan Nelayan pancing tonda di PPN Palabuhanratu beroperasi sekitar rumpon laut dalam yang telah dipasang sebelumnya, nelayan pancing tonda berjumlah 3-6 orang. Satu orang juru masak merangkap pemancing, satu orang juru mudi, dan sisanya sebagai pemancing sekaligus pencari tanda- tanda keberadaan ikan. Kemampuan nelayan dalam penanganan madidihang di atas kapal tidak terlepas dari pengetahuan nelayan yang didapatkan dari pengalaman selama bertahun-tahun melaut di kapal pancing tonda. 2 Metode penanganan Metode penanganan madidihang di laut merupakan tahapan awal dalam mempertahankan mutu madidihang untuk tahapan berikutnya. Penanganan embuang insang, isi perut, dan mengeluarkan darah, dari bekas darah yang menempel susun di dalam palka ngan baik. Sesampainya di darat madidihang dapat dibongkar pada waktu pagi sampai menjelang malam. P an madidihang ke dalam mobil boks berpendingin untuk didistribusikan ke g tonda. segar yang dilakukan saat di kapal dan pelabuhan dapat dilihat dari beberapa faktor penting, yaitu: nelayan, metode penanganan, lingkungan, material, dan sarana yang digunakan saat penanganan. Faktor-faktor penting yang terdapat dalam penanganan dapat dilih L 1 di laut dimulai saat ikan diangkat dari air, mematikan ikan dengan balok kayumartilalat tusuk spike pada bagian kepala madidihang, lalu dilanjutkan dengan m setelah selesai tubuh madidihang dicuci pada tubuh madidihang. Langkah selanjutnya ikan di berisikan es curah dan disusun de embongkaran dapat dilakukan dengan dua orang untuk mengangkat madidihang ke darat, lalu es dikeluarkan dari insang dan dilakukan pembasuhan dengan air bersih pada tubuh madidihang. Langkah selanjutnya madidihang ditimbang dan diukur panjangnya, lalu memindahk Jakarta. Pada Gambar 24 disajikan diagram alir penanganan madidihang segar pada kapal pancin adidihang segar pada kapal pancing tonda. Penanganan di kapal Madidihang ditarik dari air dengan menggunakan ganco Madidihang yang hidup segera dimatikan dengan balok atau menusuk bagian tengah antara kedua mata Gambar 24 Diagram alir penanganan m 3 Lingkungan Palka kapal pancing tonda bersuhu 3-0 o C merupakan suhu penyimpanan madidihang saat di laut, namun suhu akan berubah saat perpindahan madidihang dari palka menuju darat yang suhunya tidak sama dengan suhu palka, suhu di darat biasanya 25 o C jika diasumsikan dengan suhu ruangan yang mana suhunya dapat berubah-ubah karena terjadinya perubahan musim, seperti musim kemarau dan musim hujan, sehingga saat memindahkan madidihang dari palka menuju darat harus dilakukan dengan cepat dan harus didinginkan kembali menggunakan es saat dimasukkan ke dalam boks mobil berpendingin. Madidihang disiangi dan dibuang isi perut lalu dicuci dengan air laut Madidihang disimpan dalam penyimpanan sementara palka berisikan es yang bersuhu 3-4 o C Pembongkaran dipersiapkan seperti, es curah, Penanganan di mobil boks berpendingin, lalu madidihang diangkat dari palka Pembersihan tubuh madidihang dari sisa es Penimbangan dan pengukuran panjang lalu pengisian es pada bagian insang dan diangkat ke dalam mobil boks berpendingin pelabuhan 4 war untuk kebutuhan nelayan, dan saat pencucian menggunakan air laut. 5 Sarana Kapal pancing tonda merupakan kapal yang berukuran sekitar 10 GT, kapal pancing tonda biasanya memiliki 3 palka, dua digunakan untuk madidihang dan satu palka cadangan d

5.2 Pembahasan .2.1 Trend produksi madidihang d

Berdasarkan Gambar 25 dapat diliha adidihang engalami pergerakan yang fluktuatif pada setiap tahunnya, hal tersebut tidak lepas dari penangkapan madidihan ng emiliki potensi madidihang seperti barat Sumatra, Bali, Selat Makassar, bagian elatan Jawa Barat, dan lain-lain rtangkapnya madidihang yang b dapat dan per ang yang layak tangkap kedepannya. Pada Gambar 25 akan disajikan adidihang tiap tahunnya selama lima tahun, mulai dari tahun 2005 sampai 2009. Gamb Material Material yang digunakan dalam penanganan madidihang pada kapal pancing tonda adalah es yang diisi secara penuh ke dalam palka sebelum berangkat ke daerah penangkapan, air ta igunakan untuk ikan berukuran kecil. 5 i PPN Palabuhanratu t bahwa trend produksi m m g secara besar-besaran di beberapa daerah ya m s . Hal tersebut diperparah dengan sering erukuran 17 kg ke bawah, sehingga tumbuhan madidih te berefek negatif terhadap regenerasi kenaikan dan penurunan produksi m ar 25 Grafik produksi madidihang dari tahun 2005-2009 di PPN Palabuhanratu. 1,495,105 677,842 683,271 590,557 542,584 500,000 - 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun 1,000,000 1,500,000 2,000,000 Total Produksi kg 1.495 cende tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 5.729 kg sehingga produksi tahun ini engalami peningkatan sebesar 683.271 kg. Pada tahun 2008 penurunan kembali rjadi sehingga produksi menjadi 590.557 kg. Pada data produksi tahun 2009 lah hasil tangkapan yang paling rendah dibandingkan dengan mpa kg.

5.2.2 apal long line dan kapal pancing tonda

buhanratu . ikan semaksimal ungkin, bermula saat ditangkap sampai ke tangan konsumen untuk dikonsumsi. usnya madidihang, lebih mengarah pada penanganan suhu , sehingga kualitas adid adidihang yang baru ditangkap, mengingat standar kualitas madid memperhatikan penanganan madidihang baik saat ditangkap maupun saat pendistribusian. Penanganan madidihang yang diterapkan kedua kapal saat di kapal tidak jauh berbeda, penanganan dimulai saat ikan diangkat dari air. Pada kapal long line dan kapal pancing tonda penanganan awal yang dilakukan saat ikan berada di dek Produksi madidihang pada tahun 2005 mencapai titik tertinggi yaitu sebesar .105 kg, lalu laju penurunan produksi dimulai pada tahun 2006 yang rung menukik tajam dengan total produksi sebesar 677.842 kg. Namun pada m te mencatat bahwa jum e t tahun sebelumnya, pada tahun ini produksi madidihang mencapai 542.584 Penanganan madidihang pada k di PPN Pala 1 Penanganan madidihang di laut Konsep penanganan madidihang tidak jauh berbeda dengan penanganan segar lainnya. Konsepnya adalah mempertahankan mutu m Namun pada tuna khus rendah, dari hulu hingga hilir yang dijaga dengan ketat m ihang tetap terjaga dengan baik. Penanganan madidihang lebih identik dengan penanganan yang eksklusif, karena penanganan yang dilakukan berbeda dengan ikan-ikan lainnya, hal tersebut disebabkan madidihang memiliki nilai jual yang sangat tinggi ketika sampai di pasar internasional, terutama Jepang. Jepang merupakan pasar terbesar dunia untuk komoditi madidihang segar, sedangkan pemasok utama madidihang segar ke Jepang adalah Indonesia Suharno Santoso, 2008. Kualitas madidihang yang akan diekspor tidak boleh berbeda jauh dengan m ihang yang diterapkan di pasar Jepang sangat tinggi, membuat pengusaha kapal long line dan kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu sangat kapal adalah pelumpuhan stunning madidihang dengan alat tusuk. Penggunaan alat tusuk spike sangat efektif dalam melumpuhkan madidihang, hanya membutuhkan beberapa detik untuk melumpuhkan madidihang dengan cara menekan mata madidihang lalu menusukkan alat tusuk pada bagian lunak diantara kedua mata dan segera setelah penusukan dilakukan ikan akan mati, namun penggunaan martil dan balok masih digunakan dalam melumpuhkan madidihang pada kapal pancing tonda, sedangkan penggunaan kedua benda tersebut tidak terlalu menguntungkan dari segi kerusakan fisik dan kekhawatiran yang Penanganan berikutnya adalah membuang bagian insang sebagai salah satu sumb ra langsung saat berada di dalam palka, namun penggunaan plastik kemas tidak digunakan pada kapal pancing tonda yang diharapkan dapat melindungi ikan tidak bekerja dengan baik. Langkah selanjutnya adalah memasukkan madidihang ertahap ditimbulkan jika mematikan madidihang tidak dilakukan dengan sempurna. er bakteri, lalu menghentikan pendarahan madidihang dengan cara memutuskan jantung ikan yang terletak tepat dibelakang hubungan antara ujung insang bagian bawah dengan tubuh ikan, kemudian dilanjutkan dengan menyikatnya, menyiram bagian insang dengan menggunakan air laut. Pada kapal long line mulut madidihang diikat dengan kabel nilon agar gigi madidihang tidak merobek plastik pembungkus . Madidihang pada kapal long line yang telah bersih, telah diikat mulutnya dan bebas dari bekas darah dikemas menggunakan plastik khusus yang berfungsi untuk melindungi madidihang dari gesekan dan benturan seca dari gesekan es dan melindungi ikan dari lelehan es jika saluran pembuangan ke dalam palka. Sarana penanganan yang dimiliki kapal long line diantaranya adalah wadah penyimpanan palka pada kapal long line dapat memuat 400 ekor lebih madidihang dalam sekali pembongkaran, media yang digunakan untuk mendinginkan madidihang di dalam palka adalah air laut yang sebelumnya telah didinginkan menggunakan refrigerator, penggunaan media cair ini dapat menguntungkan dari segi keamanan fisik madidihang dari goresan yang sering terjadi pada kapal pancing tonda dan air laut dapat mendinginkan madidihang secara merata ke seluruh tubuh dan konstan karena dibantu dengan refrigerator, air laut dingin akan menyerap kalor pada tubuh madidihang secara b u palka jika bobot dari masing-masing madidihang berkisar dari hingga suhu tubuh madidihang turun mendekati suhu air laut. Pada beberapa kapal long line di PPN Palabuhanratu telah memiliki konstruksi seperti atap pelindung yang dapat melindungi madidihang saat dilakukannya penanganan dari sinar matahari dan hujan, sehingga terpaparnya madidihang terhadap sinar matahari dan air hujan dapat dihindari. Pada kapal pancing tonda memiliki sarana penanganan yang sederhana, seperti: wadah penyimpanan palka yang dapat menampung madidihang sekitar 10 ekor dalam sat 20 kg sampai 30 kg, pendinginan di dalam palka menggunakan es curah. Penggunaan es pada kapal pancing tonda sebenarnya lebih menguntungkan dari segi pendinginan yang lebih cepat terjadi, tetapi dilain sisi akan banyak jumlah es yang hilang sehingga lebih banyak es yang digunakan, sehingga sejumlah es yang ada harus digunakan dengan cermat agar pasokan es yang dibawa untuk mendinginkan madidihang di laut dapat dimaksimalkan. Proses pendinginan ikan di dalam palka kapal pancing tonda dimulai saat es bersentuhan dengan tubuh madidihang, proses pemindahan kalor terjadi dari tubuh madidihang yang kemudian diserap oleh es. Proses pemindahan kalor ini akan berhenti saat suhu tubuh madidihang mendekati suhu es. Es yang digunakan untuk mendinginkan madidihang pada kapal pancing tonda didapatkan dari proses penghancuran balok es menjadi es curah dengan menggunakan mesin penghancur es. Mesin yang digunakan untuk menghancurkan balok es menjadi es curah perlu diperhatikan, mesin yang digunakan saat menghancurkan es pada kapal pancing tonda biasanya dalam kondisi yang memprihatinkan, sehingga es yang dihasilkan tidak begitu mulus cenderung masih kasar, sehingga dapat berefek pada tubuh madidihang menjadi cepat tergores di dalam palka. Ukuruan es tidak hanya ditujukan pada keamanan fisik madidihang di dalam palka namun juga ditujukan untuk mempercepat proses pendinginan selama penyimpanan. Faktor penting dalam mempercepat proses pendinginan adalah ukuran es yang telah dihancurkan. Pada Tabel 13 akan disajikan hubungan ukuran es dengan kecepatan pendinginan dalam menit. ng Lama pendinginan Tabel 13 Pengaruh ukuran es terhadap kecepatan pendinginan Jumlah es ya digunakan Potongan es besar 10x10x10 cm Potongan es sedang 4x4x4 cm kecil 1x1x1cm Potongan es 100 dari berat ikan 154 menit 134 menit 89 menit 75 dari berat ikan 161 menit 137 menit 95 menit 50 dari berat ikan 192 menit 164 menit 120 menit Sumber: Adawiyah, 2007 Penyusunan es dalam melapisi madidihang di dalam palka harus dilakukan dengan benar agar dapat mengurangi kerusakan pada tampilan madidihang. Menurut Adawiyah 2007, penyusunan ikan di dalam palka dapat dilakukan dengan cara, ikan-ikan ditumpuk di dalam ruangan palka, di dasar palka diberi es setebal ± 15 cm. Jika pada bagian-bagian yang bersinggungan dengan dinding kapal karena bagian tersebut selalu panas oleh air laut, maka lapisan es harus diberi lebih tebal. Ikan ditumpuk berlapis-lapis dan bergantian dengan lapisan es. Jika ikan disiangi, maka bagian perut ikan menghadap ke bawah agar tidak ada air yang tertampung pada bagian perut ikan. Seluruh tubuh ikan diusahakan tertutupi oleh es dan bagian atas ditutupi dengan lapisan es yang tebal. Tumpukan ikan dan iliki atap pelindung pada konstruksinya, es tidak boleh lebih dari 50 cm, jika lebih maka ikan yang berada pada dibagian bawah akan terlalu banyak menerima tekanan dari ikan-ikan di atasnya sehingga akan rusak dan beratnya berkurang. Ikan yang akan disimpan dalam jumlah besar harus diberi sekat-sekat horizontal, sekat tersebut merupakan sekat hidup yang dapat dibongkar pasang sehingga memudahkan pekerjaan. Sebaiknya diusahakan agar lelehan air tidak mengalir ke bawah karena akan mengkontaminasi ikan yang ada pada lapisan bawah. Penanganan madidihang yang dilakukan saat berada di laut pada kapal pancing tonda terdapat kendala pada media pelindung dari sinar matahari yang terintegrasi dengan konstruksi kapal seperti atap pelindung, atap yang berfungsi sebagai pelindung dari sinar matahari dan hujan sangat membantu saat dilakukannya penanganan madidihang pada siang hari. Mayoritas kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu tidak mem sehingga kemungkinan terpaparnya madidihang saat penanganan di laut sangat mungkin terjadi sehingga dapat mempengaruhi kualitas madidihang. litasnya tetap terjaga. Penanganan yang baik menjadi tuntutan yang harus dilakukan setiap ABK apal, baik kapal long line maupun kapal pancing tonda. Penanganan saat di kapal s ikan agar tetap memiliki mutu yang baik. Tujuan utama dalam penanganan primer di kapal adalah untuk m bat pen a prin insip penanganan m di kapal dapat dilakukan pada langkah- l nanganan untuk menyiangi ikan, seperti alat penusuk Rentang waktu yang digunakan kapal pancing tonda dalam penangkapan dan pendaratan tidak begitu lama, yaitu sekitar 7 hari, dan masa penyimpanan 3-4 hari di dalam palka, sedangkan pada kapal long line rentang waktu yang digunakan dalam penangkapan dan pendaratan dapat mencapai 14 hari dan waktu penyimpanan selama 10 hari. Masalah rentang waktu dan suhu penyimpanan saat di laut menuju pelabuhan lebih identik pada kesegaran, madidihang yang disimpan dalam suhu rendah dengan waktu tertentu dapat berefek pada kualitasnya, sehingga waktu penyimpanan dan suhu yang diterapkan pada masing- masing kapal perlu diperhatikan agar kesegaran dan kua k merupakan tahap awal yang penting dalam menjaga kualita emperlam urunan mutu m didihang. Adapun sip-pr adidihang yang benar saat angkah berikut : 1 Persiapan peralatan pe untuk mematikan madidihang spike, pisau, gunting sirip semuanya harus dalam kondisi siap pakai, bersih dan tajam, plastik kemasan dipersiapkan, nylon cable tie tali pengait plastik keras untuk dikaitkan pada mulut ikan. Dek harus basah dan didinginkan dengan cara mengaliri dek dengan air dari selang secara terus menerus. Persiapan untuk menaikkan madidihang dengan menyiapkan alas pelindung agar ikan yang diangkat ke dek kapal tidak terbentur papan dek kapal. Waktu penyiangan disiapkan pula bantalan busa yang bersih dan basah, ini dilakukan agar penanganan tetap dalam kondisi higienis dan sanitasi yang baik, agar ikan tidak terkontaminasi dari peralatan dan naiknya suhu tubuh karena temperatur lingkungan Bahar Bahar,1991; 2 Cara pengangkatan madidihang ke dek kapal juga perlu diperhatikan, mengangkat madidihang dengan cara mengganco bagian insang, lalu melepas pancing yang masih mengait pada mulut madidihang dengan hati-hati Partosuwiryo, 2008; ang digunakan adalah dengan menusukan spike ke arah eralis mulai ri lendir, ikan dicuci dengan air bertekan 6 Langkah berikutnya adalah ikan di packing dengan plastik yang aman. 3 Melumpuhkan ikan yang masih hidup adalah dengan merusak bagian modula oblongata, cara y otak ikan. Penusukan dilakukan pada bagian lemah di atas kepala antara mata kiri dan mata kanan Endroyono, 1983; 4 Proses pengeluaran darah ikan dilakukan dengan cara memutuskan jantung ikan yang terletak tepat dibelakang hubungan antara ujung insang bagian bawah dengan tubuh ikan. Untuk mengeluarkan darah ikan lebih banyak dan lebih cepat, ikan ditusuk pada bagian sirip dada pectoral fin. Penusukan ini dilakukan tegak lurus terhadap garis linea lateralis dan tidak terlalu dalam 2-3 cm. Penusukan pada bagian tersebut tidak merugikan, sebab sepanjang garis line lat da pectoral fin sampai ke pangkal ekor membentang pembuluh darah yang cukup besar, serta daging sepanjang pembuluh darah tersebut berwarna merah dan mutunya kurang baik Endroyono, 1983; 5 Penyiangan dilakukan pada saat madidihang mati sempurna, dilakukan penyiangan untuk mengeluarkan isi perut dan insang dengan cara membuka tutup insang, kemudian mengunci mulut madidihang dengan tali pengait plastik. Memotong sekat antara jantung dan rongga perut, memotong pangkal insang sampai putus dan membuangnya ke laut. Untuk membuang sisa-sisa darah dan an tinggi sampai bersih Bahar Bahar,1991. Menurut Endroyono 1983 tujuan dari penyiangan adalah : a Untuk menghindari sumber-sumber penyebab pembusukan pada ikan sepeti mikroorganisme bakteri dan enzim pencernaan proses autolisis yang terpusat pada insang, pencernaan perut, dan lendir pada permukaan kulit; b Membuat bentuk penampilan ikan yang sesuai dengan tuntutan konsumen dalam perdagangan. Menurut KEP MEN 2007 bahan kemasan packing dan bahan lain yang kontak langsung dengan hasil perikanan harus memenuhi persyartan higienis, dan khususnya : a Tidak boleh mempengaruhi karakteristik organoleptik dari hasil perikanan; b Tidak boleh menularkan bahan-bahan yang membahayakan kesehatan manusia; ntuk menurunkan suhu ikan dari dalam suhu -1 – 0 o C No. Jenis Suhu o C Kelembaban Waktu penyimpanan c Harus cukup kuat melindungi hasil perikanan. 7 Setelah mengemas ikan dengan plastik, ikan dimasukkan ke dalam palka yang terisi air laut dingin. Penggunaan air laut dingin dapat mengurangi perubahan warna pada daging, oksidasi lemak, dan tanggalnya sisik pada ikan. Prinsip dasar pendinginan ikan adalah u suhu awal misal 20 o C ke suhu rendah sekitar -1 sampai 0 o C Ilyas, 1983, ini bertujuan agar penyimpanan ikan agar tetap awet. Pada Tabel 14 dapat dilihat mengenai ambang batas waktu kesegaran ikan pada suhu -1 sampai 0 o C. Tabel 14 Penyimpanan 1. Tuna sirip biru -1-0 - Segar selama dua minggu 2. Tuna mata besar -1-0 - 3. Tuna sirip kuning -1-0 - Sumber : OFCF, 1987 Pada saat penyiangan untuk dinding rongga perut tidak dibelah di laut agar tidak terjadi peresapan air garam dan larutnya lemak yang terdapat dalam daging enunggu litasnya dan kegiatan pemrosesan berikutnya, sehingga pembongkaran yang dilakukan pada waktu siang hari sampai menjelang senja menjadi efektif karena dan pembelahan dinding perut dilakukan pada ruang proses di darat Bahar Bahar,1991. 2 Penanganan madidihang di pelabuhan Kunjungan kapal terdiri dari dua jenis yaitu tambat labuh. Tambat adalah apabila kapal bersandar atau mengikat tali di tempat tertentu untuk melakukan kegiatan membongkar hasil tangkapan, sedangkan kapal dikatakan berlabuh apabila setelah membongkar hasil tangkapan kapal bersandar atau mengikat tali di tempat tertentu yang bukan tempat bongkar, untuk istirahat dan m keberangkatan ke laut atau yang menunggu naik dock atau dalam keadaan floating repair Yuliastuti, 2010. Kegiatan tampat kapal long line di PPN Palabuhanratu tidak dilakukan pada waktu bersamaan dengan merapatnya kapal ke darmaga, membutuhkan persiapan terlebih dahulu. Biasanya pembongkaran dilakukan pada waktu siang hari sampai menjelang senja. Hal tersebut dilakukan karena hasil tangkapan kapal long line seperti madidihang langsung didistribusikan ke Jakarta untuk dicek kua b selesa lebih u Jakarta pada waktu pagi hari. Kegiatan tambat kapal pancing tonda tidak jauh aktu ibusian pada saat pembongkaran yang dilakukan pada kapal long ke bagian insang dan diangkut ke dalam boks mobil, namun pada kapal pancing , pembongkaran dimulai saat hankan agar suhu pada pusat produk konstan selama pem rm an sah, suhu ada pusat pr lama distribusi harus dilindungi dari roduk harus ditangani dan diperlakukan dengan cermat, hati-hati dan cepat. Semua sarana harus memenuhi persyaratan sanitasi, pem ongkaran membutuhkan waktu yang lama dan biasanya pembongkaran i pada malam hari, oleh sebab itu pendistribusian pada malam hari menjadi cepat karena aktifitas kendaran di jalan menjadi lebih berkurang dan mem dahkan proses penanganan selanjutnya di perusahaan ekspor madidihang di berbeda dengan kapal long line dan pendistribusiannya juga dilakukan pada w pagi, senja dan menjelang malam hari, namun hasil tangkapan seperti madidihang beberapa diantaranya langsung didistribusikan ke pasar lokal. Pendistr line dilakukan saat madidihang diangkat dari palka, kemudian dipindahkan darat menggunakan alat seluncur conveyor, lalu dilakukan pengisian es pada tonda pendistribusian dilakukan sedikit berbeda madidihang diangkat dari palka, kemudian dilakukan pembersihan dengan mengeluarkan sisa es dari bagian insang, dilanjutkan dengan membasuh tubuh madidihang dengan air bersih dengan tujuan agar tubuh madidihang bebas dari sisa es yang berasal dari palka dan kotoran yang menempel, lalu ditimbang bobotnya, diukur panjangnya, dan diangkut ke dalam boks mobil. Menurut Ilyas 1983 prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian saat pembongkaran ikan adalah sebagai berikut : 1 Suhu dan kondisi lainnya harus diperta indahan te asuk penyimpan , pengangkutan, dan pengeceran. Khusus pada ikan ba p oduk 0 o C; 2 Produk dingin se produksi dan penularan kontaminasi oleh bakteri, jamur, senyawa kimia, dan kotoran lainnya yang berasal dari air laut, es, dan lain-lain bahan dari luar yang dapat membahayakan manusia; 3 Selama ditribusi p demikian juga pemeliharaannya. lengkapan nelayan, ot madidihang kapal penangkap madidihang merupakan masalah yang dapat ditimbulkan akibat dari kelalaian Menurut Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor: 264DPT.0PI.540.S4I09, pembongkaran yang ideal adalah pembongkaran yang dilakukan dengan memenuhi beberapa kriteria berikut: 1 Pembongkaran ikan dilakukan dengan hati-hati, cepat dan menghindari sinar matahari langsung; 2 Suhu ikan di dalam palka sesuai dengan persyaratan rantai dingin. 3 Pada saat pembongkaran, ikan diletakkan pada tempatwadah yang bersih dan higienis; 4 Suhu ikan, setelah di bongkar dari kapal dan diletakkan di tempatwadah penampung masih memenuhi persyaratan rantai dingin; 5 Tempatwadah penampungan ikan setelah pembongkaran, melindungi ikan dari kontaminasi dan tidak merusak ikan; 6 Perlengkapan yang digunakan saat pembongkaran ikan dalam kondisi baik dan tidak mengakibatkan kontaminasi produk ikan; 7 Peralatan, kendaraan yang digunakan selama proses muat ikan harus dapat mempertahankan suhu sesuai dengan yang dipersyaratkan serta tidak mengkontaminasi produk ikan. Pada saat kapal long line dan kapal pancing tonda berlabuh, ABK kapal biasanya melakukan persiapan untuk kegiatan melaut berikutnya. ABK kapal membersihkan dek kapal, palka, mengisi BBM, logistik, per air tawar, umpan, mengecek alat tangkap dan mengisi palka dengan es pada kapal pancing tonda. Kapal long line dan kapal pancing tonda akan kembali melaut kembali setelah semua persiapan telah lengkap. 3 Kondisi madidihang yang didaratkan kapal long line dan kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu Madidihang yang didaratkan di PPN Palabuhanratu memiliki kondisi yang berbeda-beda, kondisi yang sering terjadi di laut setelah penangkapan dan penanganan dilakukan seperti masalah cacat yang sering timbul dari kondisi madidihang yang didaratkan di PPN Palabuhanratu adalah bob kurang dari 17 kg, warna daging coklat kemerahan, dan tekstur daging kurang kenyal. Setiap cacat pada hasil tangkapan yang yang didaratkan dapat ng tidak diketa permu mend edalaman pancing yang diturunkan dari masing-masing kapal perlu diperhatikan. Kapal long line di PPN Palabuhanratu line hauler dari d emudahkan ABK dalam menarik an menggunakan tenaga nusia tidak dim menurunkan pancing pada kedalaman seperti kapal long line tetapi menurunkan namun pena enggunakan tenaga manusia. sedik ng berukuran kecil permukaan perairan, sedangkan m endiami laut dalam, namun tertangkap dekat dengan perm kurang dari 17 kg tidak lepas dari laut, sehingga kem angkap oleh nelayan yang menggunakan kurang cermatnya ABK dalam penanganan awal saat berada di kapal dan juga berasal dari madidihang sendiri. Madidihang dengan bobot kurang dari 17 kg merupakan kendala ya dapat dihindari dalam penangkapan, namun dapat dicegah. Hal tersebut dapat hui dari habitat madidihang yang berukuran kecil yang sering mendiami kaan perairan jika dibandingkan dengan madidihang dewasa yang sering iami lautan dalam sehingga k biasanya mampu menurunkan pancing sampai kedalaman 50 m dan menggunakan sebagai alat yang digunakan untuk menarik pancing serta madidihang alam air, penggunaan line hauler sangat m pancing dan madidihang jika mengingat kedalaman pancing yang diturunkan sampai kedalaman 50 m yang dirasakan sangat berat dengan ditambah tekanan yang diberikan madidihang hidup sehingga penarik ma ungkinkan untuk diterapkan. Pada kapal pancing tonda tidak pancing sampai kedalaman 10 m karena pada kapal pancing tonda tidak menggunakan line hauler sebagai alat pembantu penarikan madidihang dari air, rikan hanya m Menurut Schultz 2004, pola hidup madidihang yang berukuran kecil it berbeda dengan madidihang dewasa, madidihang ya hidup secara bergerombol membentuk schooling ikan yang besar dan mendekati adidihang dewasa m terkadang mereka juga hidup pada permukaan perairan, dan madidihang sering ukaan perairan menggunakan pancing. Tertangkapnya madidihang yang berukuran kecil terutama memiliki bobot swimming layer yang dekat dengan permukaan ungkinan besar tert pancing. Pada Tabel 15 berikut terdapat pola swimming layer beberapa spesies tuna yang mendiami laut lepas. mutu, warna daginnya menjadi coklat eme amaan dengan penurunan Swimming Layer m Tabel 15 Swimming layer beberapa jenis tuna No Jenis Tuna 1 Bluefin 50 – 300 2 Bigeye 50 – 400 Sumber : Endroyono, 1983 3 Madidihang 0 – 200 Pada Tabel 15 menjelaskan bahwa kedalaman lautan yang menjadi habitat madidihang berada pada 0 m sampai 200 m yang mana bagian terdalam dari 50 m sampai 200 m menjadi habitat madidihang dewasa dan bagian permukaan menjadi habitat madidihang yang belum dewasa berukuran kecil. Cacat dominan berikutnya pada kapal long line adalah warna daging coklat kemerahan, hal tersebut merupakan reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh madidihang akibat perubahan pigmen darah. Menurut Endroyono 1983 warna daging tuna yang berkualitas bagus adalah merah cerah, namun pada beberapa tuna yang mengalami kemunduran k rahan. Warna daging tuna dibentuk oleh pigmen yang terdapat di dalam tubuh tuna. Pigmen merah pada daging tuna cenderung beroksidasi dengan udara sehingga warna daging menjadi coklat kemerahan. Pigmen daging tuna adalah myoglobin dan berada di dalam daging sebagai oxymyoglobin dan metmyoglobin. Metmyoglobin inilah yang menghasilkan disklorisasi kecoklatan. Kadar metmyoglobin meningkat sesuai dengan peningkatan waktu sesudah ikan mati. Tuna yang bermutu tinggi memiliki kandungan metmyoglobin tidak boleh lebih dari 30 dari myoglobin seluruhnya. Reaksi disklorosi berlangsung cepat pada daging ikan tuna yang sedang membeku dan sangat dipengaruhi oleh keasaman pH. Pada pH yang lebih rendah reaksi disklorisasi akan berlangsung lebih cepat. Pada kapal pancing tonda cacat dominan setelah bobot kurang dari 17 kg adalah tekstur daging kurang kenyal. Proses penguraian protein dan lemak oleh enzim protase dan lipase yang terdapat di dalam daging disebut proses autolisis. Hal ini disebabkan di dalam daging ikan mengandung protein, maka proses ini dapat disebut proteolisis. Enzim-enzim ini sebenarnya sudah aktif sejak ikan masih hidup, akan tetapi ketika aktivitasnya dimanfaatkan untuk menghasilkan energi dan pemeliharaan tubuh. Autolisis dimulai bers pH. Mula-mula protein terpecah menjadi molekul makro, yang menyebabkan peningkatan dehidrasi lalu terpecah menjadi pepton, polipeptida, dan akhirnya menjadi asam amino. Disamping asam amino, autolisis menghasilkan pula sejum irim rin, basa yang dibebas asam nukleat. Bersamaan dengan itu, hidrolisis lemak mengh sam lemak adidihang, ari beberapa madidihang yang didaratkan kapal ancing tonda masih seperti aslinya sehingga diberikan nilai penuh. Pengamatan adidihang yang didaratkan kapal long line memiliki kisaran ing perut madidihang pada kapal ersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa perut adid ang didaratkan kapal lah kecil p idin dan pu kan pada pemecahan asilkan a gliserol. Autolisis akan mengubah struktur daging sehingga kekenyalan menurun Dwiari et al., diacu dalam Wangsadinata, 2009. Pengamatan terhadap fisik madidihang jika didasari oleh uji organoleptik, maka pengamatan akan terfokus pada beberapa pengujian pada tubuh m diantaranya adalah mata, dinding perut, konsistensi, dan bau. Pada keempat komponen tersebut dapat menunjukkan kesegaran yang dimiliki madidihang. Parameter mata madidihang yang didaratkan kapal long line memiliki kisaran dari 7 sampai 8, dan kisaran yang dimiliki madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda yaitu 7 sampai 9, mata d p pada dinding perut m yang sangat baik yaitu 8-9, dan kisaran dind pancing tonda yaitu 7-8, hal t m ihang yang lembek dan bau isi perut yang netral. Pengujian konsistensi pada tubuh madidihang yang didaratkan kapal long line menunjukkan hasil yang sangat baik, yaitu 9, hal tersebut disebabkan tekstur dagingnya yang sangat padat, pengamatan pada konsistensi pada tubuh madidihang y pancing tonda agak padat, sehingga nilai yang diberikan yaitu 8. Bau yang tercium pada tubuh dan isi perut madidihang yang didaratkan kedua kapal masih tergolong baik, yaitu 8. Pengujian pada keempat komponen yang digunakan pada uji organoleptik pada kedua kapal memiliki rataan yang tidak jauh berbeda, 8,25 untuk kapal long line sedangkan 7,82 untuk kapal pancing tonda, nilai yang didapatkan dari kedua rataan tersebut menunjukkan bahwa madidihang yang didaratkan masih dalam keadaan segar jika mengacu pada Dewan Standardisasi Nasional tahun 1992. Pengamatan yang dilakukan pada sejumlah madidihang di PPN Palabuhanratu yang didaratkan oleh kapal long line memiliki tampilan lebih cemerlang pada bagian tubuh, mulus dan bebas goresan. pada madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda, madidihang yang didaratakan kapal pancing h aik. tonda memiliki tubuh kurang cemerlang serta kulit madidihang mudah terkelupas dan goresan yang tampak jelas pada beberapa tempat dibagian tubuh madidihang, namun beberapa diantaranya terdapat pada bagian mendekati ekor, dibawah tutup insang dan dekat sirip dada serta sirip lengan renang. Penanganan yang baik pada kapal long line dan sarana yang mendukung membuat madidihang memililki tampilan dan kesegaran yang baik, namun bukan berarti madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda memiliki kualitas yang buruk. Beberapa madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda memiliki mata sangat jernih dan pupil masih seperti aslinya, hal tersebut disebabkan oleh penyimpanan di dalam palka yang tidak begitu lama 3-4 hari jika dibandingkan dengan waktu penyimpanan pada kapal long line 7-10 hari dan madidihang tidak terendam dalam air seperti madidihang pada kapal long line, sehingga mata tetap jernih dan hal tersebut tidak ditemukan pada madidihang yang didaratkan kapal long line, namun indikator mata sering tidak digunakan dalam penentuan grade madidihang yang akan diekspor, cenderung pada tampilan tubuh dan kualitas daging. Bagian seperti dinding perut, dagingnya masih utuh, bau segar, konsistensi pada hasil tangkapan kedua kapal masi b Berdasarkan pengamatan menggunakan peta kendali np, didapatkan bahwa, pergerakan fluktuatif pada diagram peta kendali np berasal dari jumlah cacat madidihang yang didaratkan pada masing-masing kapal. Jumlah cacat pada setiap ulangan mempengaruhi pergerakan garis fluktuatif pada diagram peta kendali np, jika jumlah cacat melebihi batas atas maka penanganan tersebut berada diluar batas pengendalian. Diagram peta kendali np menunjukkan bahwa suatu penanganan berada pada pengendalian atau tidak, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah ulangan yang digunakan, jumlah sampel yang diambil dan jumlah cacat madidihang yang didaratkan. Tiga hal tersebut sering digunakan dalam pengujian pengendalian suatu proses penanganan, sehingga dari ketiga hal tersebut jika diolah lebih lanjut berdasarkan perhitungan peta kendali np dapat diketahui bahwa apakah suatu proses penanganan berada dalam pengendalian atau tidak. Pengamatan yang dilakukan pada kapal long line dan kapal pancing tonda menunjukkan pergerakan garis dari jumlah cacat yang tidak seragam, memiliki kisar 4,17, rata-rata ini didapatkan dari rasio total cacat acat pada kapal long line g line dengan 25 GT kecenderungan pergerakan yang berbeda-beda, namun masih berada pada tahapan yang aman dalam pengendalian. Pada kapal long line jumlah cacat madidihang adalah 50 ekor, sampel yang digunakan pada tiap ulangan adalah 91 ekor dengan 12 ulangan dan kapal pancing tonda memiliki madidihang yang cacat berjumlah 16 ekor, sampel yang digunakan pada tiap ulangan adalah 5 ekor dan menggunakan ulangan yang sama yaitu 12. Hasil yang didapatkan pada kapal long line jika mengacu pada rata-rata cacat madidihang ber dengan jumlah ulangan. Rata-rata cacat berhubungan dengan batas atas pengendalian, semakin tinggi rata-rata cacat 4,17 maka semakin tinggi pula batas atas pengendaliannya 10,14. Hal tersebut dikuatkan dengan rata-rata cacat madidihang pada kapal pancing tonda, nilai rata-rata cacatnya yaitu 1,33 dan batas atas pengendaliannya 4,33. Nilai rata-rata cacat dan batas atas pengendalian yang didapatkan pada masing-masing kapal masih berada pada batas pengendalian karena jumlah cacat dari masing-masing ulangan dari total 12 ulangan tidak melewati nilai dari batas atas pengendalian. Proporsi c dan kapal pancing tonda dipengaruhi oleh perbandingan rasio jumlah cacat yang didapatkan dengan jumlah sampel yang digunakan, kedua hal tersebut saling mempengaruhi secara linear, sehingga didapatkan bahwa nilai proporsi semakin mengecil jika rasio pada jumlah cacatnya lebih kecil daripada jumlah sampel yang digunakan. Proporsi cacat pada pada kapal long line lebih kecil 0,05 jika dibandingkan pada kapal pancing tonda 0.27, hal tersebut disebabkan penggunaan jumlah sampel yang digunakan pada pengujian madidihang di kapal long line lebih besar 91 daripada pengujian madidihang pada kapal pancing tonda 5, hal tersebut tidak terlepas dari hubungan antara total hasil tangkapan yang didaratkan pada masing-masing kapal dengan waktu yang dilaksanakan selama penelitian. Kapal long line dan kapal pancing tonda memiliki perbedaan yang mencolok dalam bobot kapalGross Ton GT, kapal lon dapat mengangkut ratusan ekor dalam setiap trip, sedangkan kapal pancing tonda dengan 10 GT dapat mengangkut puluhan ekor dalam setiap trip. Pengumpulan data yang dihimpun selama tujuh hari di kapal long line menghasilkan 1092 ekor N Palabuhanratu dapat menentukan harga yang dengan bobot sekitar 42.696,8 kg, sedangkan data dari kapal pancing tonda yang diperoleh selama 25 hari menghasilkan 60 ekor dengan bobot sekitar 2.370 kg, sehingga berdasarkan perhitungan matematis pada halaman Lampiran 14 menunjukkan bahwa setiap satu GT pada kapal long line akan menghasilkan 243,98 kg atau mendekati 244 kg setiap harinya, sehingga jika bobot madidihang yang terpancing sekitar 50 kg, maka kapal long line dapat menangkap 4-5 ekor madidihang dalam sehari. Berbeda dengan kapal pancing tonda pada setiap satu GT akan menghasilkan 9,48 kg atau mendekati 9,5 kg atau hanya satu ekor pada setiap harinya yang mana merupakan bobot madidihang yang belum dewasa. Berdasarkan masalah di atas dapat menunjukkan bahwa setiap satu GT kapal dapat menghasilkan sejumlah madidihang pada setiap harinya. Berdasarkan hasil wanwancara dengan pihak terkait, seperti petugas pelabuhan, bobot ikan tuna di PP akan di pasarkan. Harga berkisar dari Rp 14.000 sampai Rp 32.000 tergantung bobot dan tampilan tuna yang didaratkan. Bobot tuna diatas 30 kg dan memiliki tampilan yang baik dihargai Rp 30.000 - Rp 32.000, sedangkan bobot tuna di bawah 30 kg walaupun memiliki tampilan yang baik tetap dihargai dari harga Rp 14.000 – Rp 20.000. Harga yang berlaku di PPN Palabuhanratu tidak semahal yang berlaku di negara tujuan ekspor, hal tersebut disebabkan adanya perlakuan yang ketat mengenai pengecekan kualitas daging, tampilan tuna, bobot, tekstur daging, dan lain-lain, sehingga harga yang diterapkan menjadi lebih mahal di negara pengimpor. Menurut Tragistina 2011 harga ikan tuna di pasar Jepang berkisar antara ¥ 800 sampai ¥ 1000 per kilogram, harga tersebut jika dikonversikan ke dalam rupiah dengan asumsi satu yen adalah Rp 100, maka satu kilogram tuna berkisar Rp 80.000 - Rp 100.000. Ikan tuna yang diekspor ke Jepang memiliki permintaan dan harga yang tinggi daripada di dalam negeri, hal tersebut didukung dengan kebiasaan masyarakat Jepang yang makanan sehari- harinya tidak terlepas dari tuna, sehingga tuna di pasar Jepang sangat digemari jika dibandingkan dengan Amerika dan Uni Eropa. 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah: 1 Penanganan madidihang di PPN Palabuhanratu ada dua: 1 Penanganan saat di kapal Penanganan saat di kapal long line menerapkan sistem pendinginan menggunakan refrigerator yang dapat mendinginkan madidihang sampai suhu -1,2 o C, serta air laut sebagai media pendingin madidihang. Penanganan yang diterapkan kapal pancing tonda saat di laut untuk menurunkan suhu tubuh madidihang adalah dengan menggunakan es curah yang menyelimuti tubuh madidihang yang mana suhunya dapat turun dari 3 o C sampai 0 o C. 2 Penanganan saat di pelabuhan Penanganan madidihang yang diterapkan pada kapal long line saat di pelabuhan adalah menggunakan media pelindung seperti terpal yang dapat melindungi madidihang dari terpaan sinar matahari dan air hujan saat dilakukannya pembongkaran, sedangkan pada kapal pancing tonda pembongkaran madidihang saat di pelabuhan tidak menggunakan terpal sebagai media pelindung madidihang. 2 Penanganan yang diterapkan kapal long line lebih baik, berdasarkan pada tampilan madidihang yang didaratakan, lebih cemerlang serta kurangnya goresan pada bagian tubuh dan proporsi cacatnya berdasarkan pada bobot madidihang kurang dari 17 kg lebih kecil 5 daripada kapal pancing tonda, tampilan kurang cemerlang dan terdapat banyak goresan pada tubuh madidihang yang didaratkan dan proporsi cacatnya lebih besar berdasarkan pada bobot madidihang kurang dari 17 kg, sebesar 27. 3 Bentuk penanganan yang tepat untuk madidihang adalah dengan menerapkan ruang penyimpanan berisikan air laut, plastik pembungkus madidihang dan suhu penyimpanan dibawah 0 o C serta rantai dingin yang terus dijaga sejak penanganan di kapal sampai pelabuhan.

6.2 Saran