Peta kendali Diagram Pareto

6 Tabel 2 lanjutan Mata Bola mata agak cekung, pupil berubah keabu-abuan, kornea agak keruh. Insang Merah agak kusam, sedikit lendir. Daging dan perut Sayatan daging masih cemerlang, di dua perut agak lembek, agak kemerahan pada tulang belakang, perut agak lembek, sedikit bau susu. Konsistensi Agak lunak, kurang elastis bila ditekan dengan jari, agak mudah menyobek daging dari tulang belakang. 5 Mata Bola mata agak cekung, pupil keabu-abuan, kornea agak keruh. Insang Mulai ada diskolorasi merah muda, merah coklat, sedikit lendir. Daging dan perut Sayatan daging mulai pudar, di dua perut lembek, banyak pemerahan pada tulang belakang, bau seperti susu. Konsistensi Agak lunak, belum ada bekas jari bila ditekan, mudah menyobek daging dari tulang belakang. 4 Mata Bola mata cekung, pupil mulai berubah menjadi putih susu, kornea keruh. Insang Mulai ada diskolorasi, sedikit lendir. Daging dan perut Sayatan daging tidak cemerlang, di dua perut lunak, pemerahan sepanjang tulang belakang, rusuk mulai lembek, bau perut sedikit asam. Konsistensi Lunak, bekas jari terlihat bila ditekan tetapi cepat hilang, mudah menyobek daging dari tulang belakang. 3 Mata Bola mata cekung, pupil putih susu, kornea keruh.. Insang Perubahan warna merah coklat, lendir tebal. Konsistensi Lunak, bekas jari terlihat lama bila ditekan dan mudah menyobek daging dari tulang belakang. 2 Insang Warna merah coklat atau kelabu, lendir tebal. Daging dan perut Sayatan daging kusam, warna merah jelas sekali pada sepanjang tulang belakang, dinding perut lunak sekali, bau asam amoniak. Konsistensi Lunak, bekas jari terlihat lama bila ditekan, mudah sekali menyobek daging dari tulang belakang. 1 Mata Bola mata tenggelam, ditutupi lendir kuning yang tebal. Insang Warna putih kelabu, lendir tebal sekali. Daging dan perut Sayatan daging kusam sekali, warna merah jelas pada sepanjang tulang belakang, bau busuk. Konsistensi Sangat lunak, bekas jari tidak mau hilang bila ditekan, mudah sekali menyobek daging dari tulang belakang. Sumber: Dewan Standardisasi Nasional, 1992 Segar : nilai organoleptik berkisar antara 7-9 Agak segar : nilai organoleptik berkisar antara 4-6 Tidak Segar : nilai organoleptik berkisar antara 1-3 SNI 01-2729-1992

3.3.3 Peta kendali

Baganpeta kendali kualitas adalah grafik yang dipergunakan untuk membedakanmemisahkan hasil dari suatu proses yang berada dalam kendali dan yang tidak. Peta kendali memiliki garis tengah yang menunjukkan rata-rata proses, sebuah garis diatasnya, disebut sebagi peta kendali atas, dan sebuah garis dibawah yang disebut sebagai peta kendali bawah. Tujuan peta kendali ialah untuk memantau suatu proses dalam rangka mengekspose kehadiran penyebab khusus yang mempengaruhi proses operasi Herjanto, 2007. Prosedur umum dalam menyusun bagan kendali ketidaksesuaian sebagai berikut: 1 Memilih karakteristik mutu. Jika dikehendaki pengukuran dalam proporsi ketidaksesuaian, gunakan bagan p, namun jika dikehendaki pengukuran dalam bentuk jumlah ketidaksesuaian, gunakan bagan np. Jika menggunakan bagan p, ukuran subgroup dapat konstan atau bervariasi, namun jika menggunakan bagan np, ukuran subgroup harus samakonstan. 2 Kumpulkan data. Sampel diambil berdasarkan subgroup, dengan ukuran subgroup n sebaiknya lebih dari 50. 3 Hitung persen ketidaksesuaian dari setiap subgroup pi dan masukkan kedalam lembar data. Pi = Jumlah ketidaksesuaian npi x 100 Jumlah unit dalam subgroup ni 4 Tentukan garis tengah Central line,CL, batas kendali atas Upper control limit, UCL, dan batas kendali bawah Lower control limit, LCL dengan menggunakan rumus sebagai berikut: • Bagan p CL = р = m pi ∑ = mn np ∑ UCL = p + z . бp LCL = p - z . бp • Bagan np CL = np = m np ∑ UCL = np + б np 1 p np 1 p LCL = np - б Dimana; p = rata-rata persen ketidaksesuaian dalam sampel m = jumlah sampel subgrup n = ukuran subgroup z = deviasi standar normal бp = deviasi standar dari distribusi sampling U P бp = 5 Buat bagan p atau bagan np dengan memasukkan data observasi kedalamnya. Pada bagan p Jika n bervariasi, UCL, dan LCL tidak berbentuk garis lurus.

3.3.4 Diagram Pareto

Menurut Herjanto 2007, proses pembuatan diagram pareto dapat diuraikan sebagai berikut: Pilih beberapa faktor penyebab dari suatu masalah bisa diketahui dari analisis sebab akibat. 1 Kumpulkan data dari masing-masing faktor dan hitung persentase kontribusi dari masing-masing factor; 2 Susun faktor-faktor dalam urutan baru dimulai dari yang memiliki persentase kontribusi terbesar dan hitung nilai akumulasinya; 3 Bentuk kerangka diagram dengan aksis vertikal sebelah kiri menunjukkan frekuensi, sedangkan aksis vertikal sebelah kanan dalam bentuk kumulatif. Tinggi aksis sebelah kiri dan kanan sama; 4 Berpedoman pada aksis vertikal sebelah kiri, buat kolom secara berurutan pada aksis horizontal yang menggambarkan kontribusi masing-masing factor; 5 Berpedoman pada aksis vertikal sebelah kanan, buat garis yang menggambarkan persen kumulatif, dimulai dari 0 pada ujung bawah aksis sebelah kiri sampai 100 di ujung atas aksis sebelah kanan. Adapun pada Gambar 3 disajikan model diagram pareto. Gambar 3 Diagram pareto Diagram ini digunakan untuk menggambarkan tingkat kepentingan relatif antara berbagai faktor. Dengan diagram ini dapat diketahui faktor yang dominan dan yang tidak. Faktor yang dominan ialah faktor-faktor yang secara bersama- sama menguasai sekitar 70 sampai 80 dari nilai akumulasi tetapi biasanya hanya terdiri dari sedikit faktor critical. Variabel kelas B ialah faktor-faktor yang secara bersama-sama menguasai sekitar 10 sampai 20 dari nilai total. Sedangkan variabel kelas C ialah faktor-faktor yang secara bersama-sama hanya menguasai sekitar 10 sampai 15 dari total nilai tetapi terdiri dari banyak faktor non dominan Herjanto, 2007.

3.3.5 Diagram sebab akibat