34
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Survei Serta Pengolahan Data
Kegiatan survei akuisisi data dilakukan selama 30 hari termasuk mobilisasi dan demobilisasi, yaitu dari tanggal 20 Januari hingga 18 Februari
2010. Kegiatan mobilisasi yang penting dilakukan adalah scouting. Scouting bertujuan untuk memeriksa keamanan jalur survei dari gangguan nelayan
rumpon dan untuk mengusir biota laut paus dan lumba-lumba agar berada jauh dari wilayah survei sehingga tidak mengganggu sistem komunikasi biota laut yang
menggunakan frekuensi sedang dan tinggi echolocation. Kegiatan survei dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional Bakosurtanal yang bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT, Departemen Luar Negeri, Dinas Hidro dan
Oseanografi DISHIDROS, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan PPPGL, dan Badan Riset Kelautan dan Perikanan
– Kementerian Kelautan dan Perikanan BRKP-KKP. Lokasi akuisisi data berada di Samudera
Hindia, tepatnya di sebelah Barat Aceh. Gambar 25 ditampilkan peta lokasi akuisisi data. Selama akuisisi data
dilakukan, adalah enam lintasan pengambilan data, namun yang akan digunakan dalam penelitian kali ini hanya terdiri dari dua lintasan, yaitu lintasan AB yang
terletak pada koordinat 3 33’9.84” LU hingga 91
25’25.18” BT dan 4 12’47.03”
LU hingga 93 4’38.69” BT
dan lintasan CD yang terletak pada koordinat 3
16 ’14.88” LU hingga 91
31 ’27.96” BT dan 3
32 ’59.79” LU hingga
92 15
’37.35” BT.
35
Pengolahan data dilakukan selama 35 hari, yaitu dari tanggal 4 April hingga 8 Mei 2011. Lokasi pengolahan data berada di laboratorium ProMAX
PPPGL, Bandung.
Gambar 25. Peta Akuisisi Data di Perairan Barat Aceh
3.2. Peralatan Survei
Peralatan survei yang digunakan terdiri dari wahana dan peralatan seismik. Peralatan seismik meliputi peralatan di laut in-sea dan peralatan di kapal on-
board. Peralatan seismik yang digunakan terdiri dari tiga parameter yaitu source system, recording system dan navigation system.
1. Wahana Wahana yang digunakan adalah kapal riset Baruna Jaya II dengan
spesifikasi pada Tabel 2. Draft merupakan tinggi dari lunas kapal hingga body kapal yang terkena air laut. Dead Weight Tonnage DWT atau disebut
juga bobot mati kapal merupakan berat dari muatan kapal yang dapat
36
dipindahkan. Ketahanan kapal merupakan kemampuan kapal untuk terus berlayar tanpa mengisi bahan bakar.
Tabel 2. Spesifikasi Baruna Jaya II
Spesifikasi
Panjang Lebar
Draft Kecepatan Maksimal
DWT Ketahanan
60 m 11.5 m
4 m 10 knot
1189 ton 14 hari
Sumber : BPPT 2010
2. Peralatan Seismik a
Peralatan di laut 1. Source System dan Recording System
Source system terdiri dari kabel Streamer, sedangkan recording system terdiri dari serangkaian gun yang terdiri dari dua buah gun
array yaitu kanan dan kiri, dengan setiap array terdiri dari 10 buah gun 8 x 150 cu.in dan 2 x 250 cu.in. Total volume gun yang
digunakan adalah 3100 cu.in sedangkan 300 cu.in adalah cadangan. Konfigurasi peralatan yang berada di laut ditunjukkan dalam Gambar
26, sedangkan spesifikasi dari gun array dan streamer ditunjukkan dalam Tabel 3.
Sumber : BPPT 2010 Gambar 26. Konfigurasi Peralatan di Laut
37
Tabel 3. Spesfikasi Array dan Streamer
Parameter Aray
Volume Total 3100 Cu.in 50,8 m
3
Tekanan Pengoperasian 2000 psi 138 Bar
konvigurasi Array 2 starboard and port side
Kedalaman Sumber 6 m
Parameter Streamer
Jumlah Streamer 1 buah
Panjang Streamer 1500 m
Jumlah Channel 120 buah
Interval Grup 12,5 m
Kedalaman Operasi 8 m
Sumber : BPPT 2010 2. Navigation system
Navigation system terdiri dari bird dan retreiver serta SEAMAP bouylink EX Tracking System. Bird berfungsi untuk mengatur
streamer pada kedalaman tertentu sedangkan retreiver berfungsi untuk mengeluarkan pelampung apabila streamer putus dan
tenggelam. SEAMAP bouylink EX adalah sitem penentuan posisi GPS yang mampu memberikan posisi pelampung gun, dan tailbouy
dengan ketelitian sub-meter. b
Peralatan di kapal on board 1
Source System i
Compressor Compressor yang digunakan untuk mengisi gun dengan udara
bertekanan tinggi adalah dua buah kompresor yang masing-masing berkapasitas 275 SCFM dengan tekanan 2000 Psi 138 Bar.
ii Gun Controller
Gun controller merupakan sistem untuk mengendalikan ledakan gun sesuai dengan kebutuhan survei. Gun controller yang
digunakan adalah Syntron.
38
2 Recording system
i Human Computer Interface HCI, berfungsi untuk set up
parameter, update, dan display seluruh sistem; interaksi dengan peralatan yang di turunkan, monitoring noise sebelum dan selama
penembakan tanpa adanya kehilangan data; display untuk aktifitas sistem; menampilkan, menganalisis, dan menyimpan hasil test serta
untuk mencetak semua parameter. ii Control Module XL CMXL
CMXL terdiri dari Sercel 408 XL dan paket software PRM. Sercel 408 XL berfungsi untuk menghubungkan peralatan elektronik
bagian laut in-sea electronics serta untuk mengenali Sinyal langsung pertama Time break. PRM adalah software pengolah
data yang diinstal di HCI atau pada workstation yang terpisah yang berfungsi untuk memformat data dari atau ke driver pita, ke plotter,
dan ke sistem SeaProQC. iii Power Unit
Power unit terdiri dari Power Module PWM dan Power Module Control PWMC. PWM berfungsi sebagai pembatas arus,
mendeteksi kebocoran untuk melindungi operator, stop kontak darurat dan untuk menampilkan pemakaian tegangan dan arus.
3 Navigation system
i Differential Global Positioning System DGPS
DGPS yang digunakan adalah Receiver F-185 yang berfungsi untuk mengkoreksi sinyal GPS dengan akurasi 3-5 meter.
39
ii Software Navigasi
Software navigasi yang digunanakan adalah Hydronav yang difasilitasi mampu memerintahkan waktu peledakan gun ke gun
controller sesuai dengan kebutuhan survei BPPT, 2010.
Berikut merupakan skema Gambar 27 dan penjelasan dari peralatan survei yang digunakan.
Sumber : BPPT 2010 Gambar 27. Skema Peralatan Survei
Navigasi System DGPS
Software Navigasi SEAMAP bouylink EX
Bird dan Retreiver Peralatan di Laut
Wahana Kapal Riset Baruna Jaya II
Peralatan survei
Peralatan Seismik Peralatan di Kapal
Source System Gun Array
Compressor dan Gun Controller
Recording System Streamer
HCL
PRM Sercel 408 XL
CMX L
Power Unit PWMC dan PWM
40
3.3. Metode Pengolahan Data