Model-model Kondisi Geologi TINJAUAN PUSTAKA

30 migrasi waktu memiliki banyak kegunaan yaitu dapat di-stack untuk mendapatkan migrasi prestack serta dapat digunakan untuk memperbaiki dan memperkirakan velositas RMS. Prestack migrasi waktu tidak hanya mengkoreksi distorsi geometri karena refleksi dan difraksi dari gelombang seismik, tetapi juga memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Prestack migrasi memfasilitasi picking veloitas karena memperpendek difraksi, memfokuskan energi dan posisi yang terkoreksi. Velositas yang di- pick sesudah prestack migrasi mendekati posisi yang sebenarnya daripada yang di-pick sebelum migrasi. 2. Migrasi meningkatkan resolusi spasial sehingga dianggap juga sebagai dekonvolusi spasial. Sesudah migrasi, resolusi lateral adalah susunan dari panjang gelombang.

2.5. Model-model Kondisi Geologi

Kondisi geologi yang terekam dalam penampang seismik memiliki perbedaan dengan kondisi geologi yang sebenarnya. Hal ini karena seismik hanya mampu mendeteksi batas litologi yang memiliki perubahan impedansi yang besarnya lebih dari detectable limit dari gelombang seismik yang dipakai. Bila batas tersbut cukup rapat, interferensi dapat mempengaruhi respon seismik sehingga mengganggu intepretasi. Kesalahan dalam intepretasi dapat disebabkan oleh efek multiple, bow tie, difraksi sidewipe dan teknik pemrosesan yang terlalu menonjolkan kontinuitas sehingga rekaman seismik seolah-olah memiliki kualitas yang baik. Berikut merupakan kondisi dasar geologi yang sering dijumpai pada penampang seismik. 31 1. Kondisi lipatan fold Gambar 20 Secara garis besar, kondisi pelipatan dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok Sukmono, 2008: a. Lipatan yang berasosiasi dengan kompresi skala regional akibat proses perubahan bentuk kerak regional. b. Lipatan yang berasosiasi dengan kompresi skala lokal, misalnya lipatan akibat pergeseran sesar. c. Lipatan yang berhubungan langsung dengan proses pensesaran seperti struktur antiklin rollover yang berkembang akibat pergerakan sesar normal listrik. d. Lipatan monoklinal dari lapisan sedimen akibat proses reaktivitas sesar atau proses kompaksi diferensial dari benda yang lebih dalam. e. Lipatan akibat intrusi benda yang terletak lebih dalam. Sumber : Nord, C 2009 Gambar 20. Antiklin dan Sinklin di Parry Sound, Ontario, CA 2. Kondisi sesar fault Kondisi sesar terdiri dari berbagai jenis Gambar 21, akan tetapi yang di jelaskan hanya terdiri dari tiga jenis, yaitu sesar normal, sesar naik, dan graben. Antiklin Sinklin 32 Sumber : MedcoEnergi 2011 Gambar 21. Berbagai Jenis Sesar a. Sesar Normal Sesar Normal merupakan sesar yang pergeseran dominannya kearah dip dan bagian hanging wall bergerak relatif turun dibandingkan dengan foot wall Gambar 22 Sukmono, 2008. Sumber : Murati Ermin 2011 Gambar 22. Sesar Normal 33 b. Sesar Naik dan Anjak Sesar Naik mempunyai pergeseran yang dominan dengan arah kemiringan, dimana hanging wall relatif bergeser keatas dibandingkan dengan blok foot wall. Sesar Naik sudut rendah disebut dengan sesar anjak Gambar 23 Sukmono, 2008. Sumber : Bradfort 2010 Gambar 23. Sesar Anjak c. Graben Sebagian besar kondisi Graben sebenarnya merupakan kombinasi dari dua buah Half Graben dengan perbedaan usia Cramez, 2006. Graben adalah blok yang bergerak ke bawah yang kedua sisinya terikat oleh sesar normal yang non paralel Gambar 24. Sumber : Anderson 2010 Gambar 24. Graben dan Horst 34

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Survei Serta Pengolahan Data

Kegiatan survei akuisisi data dilakukan selama 30 hari termasuk mobilisasi dan demobilisasi, yaitu dari tanggal 20 Januari hingga 18 Februari 2010. Kegiatan mobilisasi yang penting dilakukan adalah scouting. Scouting bertujuan untuk memeriksa keamanan jalur survei dari gangguan nelayan rumpon dan untuk mengusir biota laut paus dan lumba-lumba agar berada jauh dari wilayah survei sehingga tidak mengganggu sistem komunikasi biota laut yang menggunakan frekuensi sedang dan tinggi echolocation. Kegiatan survei dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Bakosurtanal yang bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT, Departemen Luar Negeri, Dinas Hidro dan Oseanografi DISHIDROS, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan PPPGL, dan Badan Riset Kelautan dan Perikanan – Kementerian Kelautan dan Perikanan BRKP-KKP. Lokasi akuisisi data berada di Samudera Hindia, tepatnya di sebelah Barat Aceh. Gambar 25 ditampilkan peta lokasi akuisisi data. Selama akuisisi data dilakukan, adalah enam lintasan pengambilan data, namun yang akan digunakan dalam penelitian kali ini hanya terdiri dari dua lintasan, yaitu lintasan AB yang terletak pada koordinat 3 33’9.84” LU hingga 91 25’25.18” BT dan 4 12’47.03” LU hingga 93 4’38.69” BT dan lintasan CD yang terletak pada koordinat 3 16 ’14.88” LU hingga 91 31 ’27.96” BT dan 3 32 ’59.79” LU hingga 92 15 ’37.35” BT.