27
migration dilakukan pada data prestack migration seperti pada kumpulan CMP dan dapat dilakukan dalam domain waktu atau kedalaman. Prestack migration
hanya diterapkan jika lapisan yang diamati memiliki profil kecepatan yang kompleks. Kecepatan lapisan adalah informasi yang dibutuhkan untuk melakukan
prestack migration waktu atau kedalaman. Prestack migration diterapkan untuk menghindari distorsi amplitudo yang disebabkan oleh perusakan CMP dan
moveout yang tidak hiperbolik Yadav, 2011. Poststack migration lebih cepat dari pada prestack migration, karena
stacking mengurangi jumlah trace yang harus di proses, selain itu poststack migration lebih murah daripada prestack migration. Prestack migration
memberikan kualitas gambaran yang lebih baik sehingga lebih disukai.
2.4.3. Migrasi Kirchhoff
Migrasi Kirchhoff bukan merupakan metode migrasi seismik yang menggunakan bentuk integral persamaan Kirchhoff dari persamaan gelombang.
Metode migasi Kirchhoff menggunakan persamaan geomerti dan prinsip – prinsip
muka gelombang seismik sebagai metode penjumlahan difraksi. Metode Kirchhoff menggunakan puncak dari kurva difraksi menjadi titik
reflektor yang benar. Metode Kirchhoff didasari oleh prinsip Huygens, yang berpendapat bahwa reflektor seismik dianggap seolah
– olah terdiri dari pola difraksi yang terdiri dari titik
– titik yang beredekatan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 18. Migrasi dari penampang seismik diperoleh dengan
menghilangkan setiap difraksi hiperbolik didaerah asal puncak. Setiap titik pada penampang migrasi dihasilkan melalui penjumlahan dari semua data difraksi yang
berpusat pada titik tersebut.
28
Sumber : Yadav, 2011 Gambar 18. Penjumlahan Difraksi. Titik-titik merupakan pusat dari hasil
penjumlahan data difraksi yang ditunjukkan dengan bentuk difraksi yang hiperbolik melengkung
Terdapat dua metode yang berbeda dalam pengolahan data sebelum dijumlahkan. Sementara itu, metode penjumlahan difraksi dari penjumlahan
amplitudo seismik dikoreksi dengan migrasi Kirchhoff. Metode koreksi yang pertama ditujukan untuk memperbaiki sudut pada
setiap sinyal yang tiba pada masing-masing receiver. Energi yang tiba dari reflektor ke receiver berada pada sudut yang berbeda. Jumlah energi yang tiba
pada masing-masing receiver bergantung pada sudut yang datang. Fenomena ini disebut faktor arah kemiringan. Gambar 19 menunjukkan gelombang melingkar
energi yang dihasilkan dari titik reflektor. Ketika energi tiba di permukaan, receiver yang terdekat dari titik datang energi merekam amplitido yang lebih
besar dari pada receiver yang terletak pada jarak yang lebih jauh. Faktor koreksi yang digunakan adalah dengan menggunakan kosinus sudut yang dibentuk oleh
sumbu vertikal dan garis yang ditarik dari lokasi titik reflektor ke masing-masing receiver. Koreksi untuk ke receiver di lokasi R6 akan sama dengan cos
β.
Sumber : Yadav, 2011 Gambar 19. Mekanisme Faktor Arah Miring. R
1+n
adalah receiver, v
1
adalah kecepatan di R
1
, z adalah kedalaman sumber gelombang,
β adalah sudut cosinus dan adalah sudut kemiringan reflektor.
29
Koreksi kedua adalah spherical divergence, atau spreading factor. Sebagai penjalaran dari muka gelombang dari source ke receiver akan menglami
pengurangan energi. Akibatnya, amplitudo berkurang dan waktu tempuh atau jarak dari sumber meningkat. Dalam skema migrasi Kirchhoff, amplitudo pada
domain kedalaman dikoreksi dengan faktor 1 r sebelum penjumlahan. Dalam domain waktu, koreksi amplitudo yang diterapkan adalah sama dengan 1 t,
dimana t adalah waktu tempuh dari seismik Yadav, 2011.
2.4.4. Prestack Time Migration PSTM